Fenomena Trend Berbahasa Inggris di Kalangan Anak Muda

Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia sedang tren dengan fenomena bahasa Anak Jakarta Selatankhususnya di lingkungan para remaja. Fenomena ini menunjuk pada kebiasaan Anak Jakarta Selatan yang berkomunikasi dengan mencampurkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Hal ini menunjukkan adanya proses perkembangan bahasa dan fenomena ini tidakbisa dihindari.Hal ini diungkapkan oleh Poedjosoedarmo (2009) proses perubahan bahasa ada dua macam, yaituperubahan internal yang terjadi karena sistem gramatikanya dan perubahan eksternal yang disebabkan karena datangnya pengaruh bahasa lain. Maka dari itu fenomena bahasa Anak Jakarta Selatan terjadi karena masuknya pengaruh bahasa Inggris dalam dalam kehidupan merekadan fenomena ini disebut code mixing. Menurut Muysken (2000), disebutkan bahwa code mixing adalah dua bahasa yang digunakan dalam satu kalimat dimana tata bahasa dan leksikal tidak ada dalam topik. Gaya berbahasa ini sangat viral dalam lingkungan Anak Jakarta Selatan karena mereka menggunakannya dalam komunikasi sehari-harinya. Mereka menggunakan bahasa ini di tempat kerja, lingkungan sekolah, tempat tongkrong, atau bahkan di media sosial mereka.

Selain menjadi bahasa komunikasi yang umum digunakan dalam pengetahuan dan teknologi berskala internasional. Namun kenyataannya kemampuan berbahasa Inggris masyarakat dan generasi muda bangsa Indonesia masih cukup rendah.

Bertambah maraknya penggunaan istilah-istilah asing terutama bahasa Inggris dalam pergaulan anak muda, mereka menggunakan kata-kata gaul dalam bahasa Inggris untuk berbincang dengan teman mereka . Budaya menggunakan istilah bahasa Inggris ini banyak dilakukan oleh para anak muda di Jakarta Selatan (Jaksel) sehingga disebut juga dengan “budaya bahasa jaksel”. Para pemuda di Jakarta Selatan sering menggunakan istilah - istilah bahasa Inggris seperti “which is , literally, you know” dan masih banyak lainnya.Budaya “bahasa jaksel” ini merupakan salah satu efek dan akibat dari globalisasi. Globalisasi menyebabkan mudahnya sebuah informasi masuk dan hal itu yang membuat terciptanya budaya “bahasa jaksel”.

Salah satu media sosial yang membuat gaya bahasa Anak Jakarta Selatan ini viral adalah twitter. Madcoms (2010) berpendapat bahwa twitter merupakan salah satu dari sekian banyak media sosial yang menarik perhatian pengguna internet. Hal tersebut disebabkan penggunaannya yang mudah guna saling bertukar informasi sehingga setiap individu di planet ini dapat saling terhubung. Terlebih twitter dan tiktok memungkinkan pengguna memposting status, mengikuti akun lain, dan berinteraksi dengan pengguna lain. Dimana media sosial ini sangat populer dikalangan artis dan tokoh masyarakat sehingga menarik minat kalangan remaja untuk mengikutinya. Melalui twitter twitter dan tiktok, anak-anak muda saling berinteraksi sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran budaya berbahasa dan salah satunya adalah gaya berbahasa Anak Jakarta Selatan. Sehingga penyebaran gaya bahasa Anak Jakarta Selatan menjadi sangat cepat.

Mereka merasa bangga dan merasa keren dengan berbicara menggunakan istilah - istilah dalam bahasa Inggris. Lalu para anak muda tersebut juga merasa bahwa dengan berbicara dan berbincang menggunakan istilah bahasa Inggris tersebut, mereka memiliki status sosial yang lebih tinggi dan merasa dirinya lebih pintar dari para pemuda daerah atau para pemuda yang kurang mengerti bahasa Inggris. Padahal hal ini tidaklah benar. Berbicara menggunakan istilah - istilah asing tidak membuat anak muda tersebut menjadi seseorang yang keren dan pintar. Sebaliknya anak muda tersebut akan terlihat tidak pintar dan keren jika mereka mengucapkan istilah asing tersebut dengan pengucapan dan pelafalan yamg salah, juga dalam konteks yang keliru. Lalu mereka sendiri belum tentu mengerti apa arti dari kata dan istilah yang mereka ucapkan. Hal tersebut sangatlah miris, karena mereka sendiri pun tidak mengetahui apa yang mereka bicarakan. Mereka berbicara dengan menggunakan istilah asing hanya untuk terlihat keren saja.

Hal lainnya yang membuat miris adalah beberapa anak muda tersebut tidak dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Akibatnya terjadi pergeseran dalam tata bahasa para anak muda tersebut dan hal itu tidak sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mereka seharusnya lebih bangga menggunakan bahasa Indonesia daripada menggunakan istilah asing karena kosakata pada KBBI sendiri telah terdapat beberapa kata baru sehingga kita tidak perlu menggunakan istilah asing untuk mendeskripsikan suatu hal. Lalu para bapak pendiri bangsa Indonesia telah bersusah payah memperjuangkan Indonesia agar memiliki satu bahasa sebagai pemersatu dan identitas bangsa. Oleh karena itu mari kita menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam kehidupan kita sehari-hari.

Fenomena bahasa Jaksel sendiri telah ramai digunakan, dengan fenomena trend ini diharapkan bagi anak muda zaman sekarang bisa memahami bahasa asing. Dimana bahasa asing sendiri diperlukan bagi anak muda untuk bisa berkomunikasi diskala internasional. Walaupun fenomena trend ini mempunyai dampak yang baik, akan tetapi kita sebagai anak muda Indonesia harus bisa juga fasih berbahasa Indonesia dengan tidak melupakan bahasa nasional kita sendiri. Dengan kata lain, alangkah baikna kita bisa fasih dan baik dalam berbahasa Indonesia dan berbahasa asing.

Referensi

Azra, N. K. (2022, April 7). Bahasa Jaksel di Era Milenial. Retrieved from Kompasiana.com: https://www.kompasiana.com/nayla19845/624dc6a6bb448645ee310f35/bahasa-jaksel-di-era-milenial

Nugroho, D. S. (2021). FENOMENA BAHASA ANAK JAKARTA SELATANDI TWITTER. PROSIDINGSEMINARNASIONALLINGUISTIK DANSASTRA(SEMNALISA), 60-62.

Pranata, A. N. (2022, Juni 25). Penggunaan Istilah Bahasa Inggris sebagai Standar dalam Pergaulan. Retrieved from Kompasiana.com: https://www.kompasiana.com/albertiusnirwasita7007/62b6aba3bb44861093280632/penggunaan-istilah-bahasa-inggris-sebagai-standar-dalam-pergaulan

Poedjosoedarmo, S. (2006). Perubahan Tata Bahasa: penyebab, Proses, Akibatnya. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Musyken, P. (2004). Bilingual Speech: A Typology of Code-Mixing. Cambridge: Cambridge University Press.

Madcom. (2010). Facebook, Twitter, dan Plurk dalam Satu Genggaman. Yogyakarta: Penerbit Andi.mobile.twitter.com.