Fenomena Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi

Saat ini pandemi virus corona menjadi perbincangan masyarakat Indonesia. Dalam waktu singkat saja, namanya menjadi trending topik, dibicarakan di sana-sini, dan diberitakan secara masif di media cetak maupun elektronik. Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019.

Pandemi COVID-19 memberikan pengaruh besar dalam semua aspek, termasuk aspek pendidikan, sesuai Surat Edaran Kemendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19). Beberapa pemerintah daerah memutuskan menerapkan kebijakan untuk meliburkan siswa dan mulai menerapkan metode belajar dengan sistem daring atau online. Kebijakan pemerintah ini mulai efektif diberlakukan di beberapa wilayah provinsi di Indonesia pada Senin, 16 Maret 2020 yang juga diikuti oleh wilayah-wilayah provinsi lainnya.

Pembelajaran daring di Indonesia sebenarnya sudah diterapkan oleh beberapa pendidik sebelum pemberlakuan social distancing oleh pemerintah. Namun istilah pembelajaran daring semakin populer setelah social distancing. Pembelajaran daring yang diterapkan kepada peserta didik lebih cenderung pada bentuk penugasan via aplikasi. Siswa diberikan tugas-tugas untuk diselesaikan kemudian dikoreksi oleh guru sebagai bentuk penilaian dan diberikan komentar sebagai bentuk evaluasi. Banyak kendala yang dialami ketika pembelajaran daring dipilih menjadi bentuk pembelajaran pengganti tatap muka. Mulai dari keterbatasan sinyal dan ketidaktersediaan gawai pada setiap siswa. Tidak semua siswa berasal dari keluarga mampu. Adanya bentuk penugasan via daring justru dianggap menjadi beban bagi sebagian siswa dan orang tua. Bagi siswa dan orang tua yang belum pernah mengenal gawai akan kebingungan dan akhirnya tidak menyelesaikan tugas yang disampaikan oleh guru. Hal seperti ini biasanya terjadi pada siswa pada tingkat sekolah dasar. Istilah pembelajaran yang dijadikan solusi oleh pemerintah menjadi asing karena keterbatasan fasilitas peserta didik, misalnya keterbatasan device untuk pembelajaran serta untuk dapat mengakses pembelajaran online secara lancar peserta didik harus menggunakan koneksi internet yang lebih stabil dan cepat. Oleh karena itu, pada tingkat sekolah dasar di beberapa wilayah, pembelajaran daring masing tidak berjalan secara maksimal.

Dibalik kendala pada pembelajaran daring, sebenarnya pembelajaran daring memiliki tujuan salah satunya yakni mampu menjadikan siswa mandiri tidak bergantung pada orang lain. Hal ini dikarenakan melalui pembelajaran daring siswa akan fokus pada layar gawai untuk menyelesaikan tugas ataupun mengikuti diskusi yang sedang berlangsung, seperti siswa lebih fokus dan meminimalisir interaksi terhadap sesuatu yang tidak penting diluar pembelajaran guna mencapai kompetensi yang diharapkan. Oleh karena itu, melalui pembelajaran daring siswa diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan secara mandiri.

Sumber : https://bdkjakarta.kemenag.go.id/

1 Like