Eksplorasi Serunya Belajar Sastra dengan Cerpen “Orang Orang Aneh dari Selatan” Lewat PJBL

Prolog
Cerita pendek atau biasa disingkat cerpen merupakan salah satu jenis prosa yang isi ceritanya bukan kejadian nyata tetapi cerita fiksi (tidak sebenarnya). Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang seorang pembaca cerpen kebanyakan akan terinspirasi dari sifat maupun kehidupan tokoh yang ia baca. Tidak sedikit dari mereka juga akan meniru kehidupan maupun sikap tokoh yang mereka kagumi dalam sebuah cerpen. Menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen merupakan tindakan menyelidiki terhadap suatu peristiwa atau kejadian yang ada pada cerita pendek (cerpen) untuk mengetahui keadaan sebenarnya dengan cara menguraikan isi keseluruhan. Yaitu menggunakan model tertentu yang kebenaran dan keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan. Menganalisis unsur-unsur instrinsik cerpen begitu penting dikuasai oleh mahasiswa.

Tema
Tema cerita ini mengangkat konflik antara nilai tradisional dan modern. Dalam hal ini, masyarakat desa mempercayai bahwa Laut Pantai Selatan dihuni makhluk gaib yang memiliki kekuatan luar biasa, mencerminkan kepercayaan spiritual yang kuat. Namun, karakter utama yang berasal dari dunia modern bersikap skeptis dan menolak mitos tersebut, menganggapnya sebagai imajinasi orang tua. Pengalaman jiwa tokoh utama digambarkan melalui perasaan fisik, organik, sosial, egoik, dan divine. Ia merasakan ketegangan antara dunia fisik yang ia alami, perasaan aneh yang merayap di tubuhnya, serta konflik sosial dan egoistik dengan masyarakat desa yang menganggapnya asing. Pada tingkat yang lebih dalam, karakter ini mulai meragukan realitas dan keyakinannya sendiri, mempertanyakan apakah dunia yang ia kenal selama ini benar-benar seperti yang ia yakini. Tema utama ini menggambarkan benturan antara modernitas yang rasional dan tradisi yang penuh dengan mitos dan kepercayaan tak kasat mata.

Pemplotan
Plot merupakan unsur fiksi yang penting karena berkaitan dengan kejelasan antarperistiwa. Peristiwa yang dikisahkan secara linear, mampu mempermudah pemahaman pembaca terhadap cerita yang di tampilkan. Berdasarkan pembedaan plot berdasarkan urutan waktu, cerpen Orang-Orang Aneh dari Selatan memuat plot lurus atau plot progresif. Hal ini dapat dilihat dari peristiwa-peristiwa yang diceritakan bersifat kronologis atau cerita disajikan secara runtut dari tahap awal, tengah, dan akhir.

Berdasarkan kriteria jumlah, cerpen ini mengandung plot tunggal karena hanya mengembangkan sebuah cerita dengan mengikuti perjalanan tokoh dalam menghadapi permasalahan serta konflik yang dialaminya. Pembedaan plot berdasarkan kriteria kepadatan pada cerpen ini adalah plot padat karena cerita disajikan secara cepat dan antarperistiwa saling berkaitan sehingga pembaca seolah-olah seperti dipaksa untuk terus-menerus mengikuti.

Penokohan
Cerpen “Orang-orang Aneh dari Selatan” karya Ni Komang Ariani mengangkat dinamika sosial dan harapan di tengah kemiskinan. Tokoh utama, narator (Aku), bersikap pasif namun reflektif, mencerminkan kenyataan pahit desa Rembulan tanpa mengalami perubahan karakter, sebagaimana dikatakan, “Aku hanya mencoba untuk tetap kenyang dengan belajar menyukai umbi-umbian.” Tokoh tambahan, seperti Mai, orang-orang dari Selatan, dan penduduk desa Rembulan, memperkuat latar sosial cerita. Orang-orang dari Selatan mencerminkan harapan yang kandas akibat tekanan hidup, sementara penduduk desa statis dan masa bodoh terhadap kemiskinan mereka, terlihat dalam pernyataan, “Orang-orang desa Rembulan terbiasa ditempa kemiskinan sejak dapat mengingat dirinya.” Cerpen ini tidak memiliki tokoh berkembang. Konflik lebih menggambarkan ironi sosial ketimbang perubahan karakter, menekankan harapan palsu dalam perjuangan hidup manusia.

Teknik Pelukisan Tokoh
Cerpen Orang-Orang Aneh dari Selatan menggunakan berbagai teknik untuk menggambarkan latar, karakter, dan konflik. Teknik ekspositori menjelaskan kerasnya kehidupan di desa Rembulan yang tanpa belas kasihan. Teknik cakapan terlihat dalam dialog “Lapar juga bisa bahagia,” yang menyiratkan konflik batin. Teknik tingkah laku tampak pada cara orang Selatan berbicara terbata-bata dengan wajah curiga, serta tokoh “aku” yang menghukum anaknya tanpa makan, meniru pola asuh orang tuanya. Teknik pikiran dan perasaan menunjukkan keraguan tokoh “aku” terhadap orang Selatan yang mengejar kebahagiaan hingga menderita.

Dalam teknik reaksi tokoh, tokoh “aku” bertahan dengan menyukai umbi-umbian, sedangkan teknik reaksi tokoh lain menunjukkan warga desa yang curiga pada orang Selatan. Teknik pelukisan latar menggambarkan kontras antara kawasan Selatan yang hancur dengan kota Sanya yang megah, sementara teknik pelukisan fisik menampilkan perbedaan wajah gelap orang Selatan dan fisik pekerja keras orang Rembulan.

Pelataran
Latar waktu dalam cerpen menggambarkan dinamika kehidupan sehari-hari yang penuh huru-hara. Pagi ditandai kesibukan tergesa-gesa, siang diwarnai rasa lelah, subuh menciptakan suasana mengerikan, dan malam menjadi waktu istirahat bagi tubuh yang letih. Setiap bagian hari memiliki maknanya sendiri dalam perjuangan hidup tokoh utama. Latar sosial menunjukkan kemiskinan sebagai bagian tak terpisahkan dari masyarakat Desa Rembulan. Hidup penuh kesulitan, seperti tokoh utama yang masa kecilnya dihabiskan bekerja keras di ladang untuk bertahan hidup. Latar tempat mencerminkan kesederhanaan Desa Rembulan, yang diapit perbukitan dan dialiri Sungai Kuning. Desa ini menjadi kontras dengan kemewahan Kota Sanya, menegaskan perbedaan yang jontras antara kehidupan desa dan kota.

Sudut Pandangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sudut pandang merupakan pandangan atau perspektif seseorang terhadap suatu hal, situasi atau peristiwa. Selain itu, sudut pandang dapat diartikan sebagai pandangan dari si penulis untuk membawa cerita yang akan dibuatnya. Salah satu jenis sudut pandang orang ketiga dalam sebuah cerita, yaitu sudut pandang orang ketiga jamak. Sudut pandang ornag ketiga jamak merupakan kata ganti “mereka” untuk menyebutkan tokoh dalam cerita. Kata ganti aku merupakan kata ganti orang pertama tunggal yang digunakan untuk merujuk pada kata ganti diri sendiri. Dalam penggunaan kata ganti orang pertama tunggal, perlu diperhatikan konteks dan situasinya, kata ganti “aku” digunakan dalam komunikasi yang bersifat tidak resmi dan lebih santai.

Epilog
Tema dari cerpen tersebut menggambarkan antara karakter dengan penduduk desa yang memiliki kepercayaan tradisional. Sedangkan untuk pemplotan memperkenalkan latar belakang desa rembulan dengan kondisi sosial desa yg miskin dan penuh akan keputusasaan serta ketegangan. Penokohan pada cerpen ini merupakan pusat narasi yang bersikap pasif terhadap orang-orang dari Selatan tetapi menyampaikan perenungan mendalam tentang kehidupan yang ada. Dan ada kelompok tertentu yang menggambarkan posisi netral. dan kemudia pada sisi teknik pelukisan tokohnya terdapat kalimat yang menunjukkan peresaan cemas dan ragu dari tokoh “aku” kepada orang orang Selatan. Serta terdapat kalimat yang menggambarkan permasalahan batin orang orang selatan. Untuk pelataran ada latar tempat yang berada di Desa Rembulan, kota Senaya, kemudian latar waktu yaitu menggambarkan waktu sesuai dengan perspektifnya dalam cerita Dan latar sosial menggambarkan kondisi kehidupan sisoal yang ada dalam cerita tersebut. Dan yang terakhir yaitu sudut pandang, pada cerpen ini mereka merupakan salah satu jenis sudut pandang orang ketiga. Sedangkan kata ganti aku merupakan kata ganti orang pertama tunggal yang digunakan untuk merujuk pada kata ganti diri sendiri.

Referensi

  • Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  • Ni Komang Ariani. Cerpen: Orang-Orang Aneh dari Selatan.
  • KBBI Online. 2024. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Penulis: Ovi, Lailatun, Yasmin, Fani, Naysila dan Puspita | S1 PBSI FKIP UNTIDAR

Prolog
Cerita pendek atau biasa disingkat cerpen merupakan salah satu jenis prosa yang isi ceritanya bukan kejadian nyata tetapi cerita fiksi (tidak sebenarnya). Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang seorang pembaca cerpen kebanyakan akan terinspirasi dari sifat maupun kehidupan tokoh yang ia baca. Tidak sedikit dari mereka juga akan meniru kehidupan maupun sikap tokoh yang mereka kagumi dalam sebuah cerpen. Menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen merupakan tindakan menyelidiki terhadap suatu peristiwa atau kejadian yang ada pada cerita pendek (cerpen) untuk mengetahui keadaan sebenarnya dengan cara menguraikan isi keseluruhan. Yaitu menggunakan model tertentu yang kebenaran dan keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan. Menganalisis unsur-unsur instrinsik cerpen begitu penting dikuasai oleh mahasiswa.

Isi
Tema
Tema cerita ini mengangkat konflik antara nilai tradisional dan modern. Dalam hal ini, masyarakat desa mempercayai bahwa Laut Pantai Selatan dihuni makhluk gaib yang memiliki kekuatan luar biasa, mencerminkan kepercayaan spiritual yang kuat. Namun, karakter utama yang berasal dari dunia modern bersikap skeptis dan menolak mitos tersebut, menganggapnya sebagai imajinasi orang tua. Pengalaman jiwa tokoh utama digambarkan melalui perasaan fisik, organik, sosial, egoik, dan divine. Ia merasakan ketegangan antara dunia fisik yang ia alami, perasaan aneh yang merayap di tubuhnya, serta konflik sosial dan egoistik dengan masyarakat desa yang menganggapnya asing. Pada tingkat yang lebih dalam, karakter ini mulai meragukan realitas dan keyakinannya sendiri, mempertanyakan apakah dunia yang ia kenal selama ini benar-benar seperti yang ia yakini. Tema utama ini menggambarkan benturan antara modernitas yang rasional dan tradisi yang penuh dengan mitos dan kepercayaan tak kasat mata.

Pemplotan
Plot merupakan unsur fiksi yang penting karena berkaitan dengan kejelasan antarperistiwa. Peristiwa yang dikisahkan secara linear, mampu mempermudah pemahaman pembaca terhadap cerita yang di tampilkan. Berdasarkan pembedaan plot berdasarkan urutan waktu, cerpen Orang-Orang Aneh dari Selatan memuat plot lurus atau plot progresif. Hal ini dapat dilihat dari peristiwa-peristiwa yang diceritakan bersifat kronologis atau cerita disajikan secara runtut dari tahap awal, tengah, dan akhir.
Berdasarkan kriteria jumlah, cerpen ini mengandung plot tunggal karena hanya mengembangkan sebuah cerita dengan mengikuti perjalanan tokoh dalam menghadapi permasalahan serta konflik yang dialaminya. Pembedaan plot berdasarkan kriteria kepadatan pada cerpen ini adalah plot padat karena cerita disajikan secara cepat dan antarperistiwa saling berkaitan sehingga pembaca seolah-olah seperti dipaksa untuk terus-menerus mengikuti.

Penokohan
Cerpen “Orang-orang Aneh dari Selatan” karya Ni Komang Ariani mengangkat dinamika sosial dan harapan di tengah kemiskinan. Tokoh utama, narator (Aku), bersikap pasif namun reflektif, mencerminkan kenyataan pahit desa Rembulan tanpa mengalami perubahan karakter, sebagaimana dikatakan, “Aku hanya mencoba untuk tetap kenyang dengan belajar menyukai umbi-umbian.”
Tokoh tambahan, seperti Mai, orang-orang dari Selatan, dan penduduk desa Rembulan, memperkuat latar sosial cerita. Orang-orang dari Selatan mencerminkan harapan yang kandas akibat tekanan hidup, sementara penduduk desa statis dan masa bodoh terhadap kemiskinan mereka, terlihat dalam pernyataan, “Orang-orang desa Rembulan terbiasa ditempa kemiskinan sejak dapat mengingat dirinya.” Cerpen ini tidak memiliki tokoh berkembang. Konflik lebih menggambarkan ironi sosial ketimbang perubahan karakter, menekankan harapan palsu dalam perjuangan hidup manusia.
Teknik Pelukisan Tokoh
Cerpen Orang-Orang Aneh dari Selatan menggunakan berbagai teknik untuk menggambarkan latar, karakter, dan konflik. Teknik ekspositori menjelaskan kerasnya kehidupan di desa Rembulan yang tanpa belas kasihan. Teknik cakapan terlihat dalam dialog “Lapar juga bisa bahagia,” yang menyiratkan konflik batin. Teknik tingkah laku tampak pada cara orang Selatan berbicara terbata-bata dengan wajah curiga, serta tokoh “aku” yang menghukum anaknya tanpa makan, meniru pola asuh orang tuanya. Teknik pikiran dan perasaan menunjukkan keraguan tokoh “aku” terhadap orang Selatan yang mengejar kebahagiaan hingga menderita.
Dalam teknik reaksi tokoh, tokoh “aku” bertahan dengan menyukai umbi-umbian, sedangkan teknik reaksi tokoh lain menunjukkan warga desa yang curiga pada orang Selatan. Teknik pelukisan latar menggambarkan kontras antara kawasan Selatan yang hancur dengan kota Sanya yang megah, sementara teknik pelukisan fisik menampilkan perbedaan wajah gelap orang Selatan dan fisik pekerja keras orang Rembulan.

Pelataran
Latar waktu dalam cerpen menggambarkan dinamika kehidupan sehari-hari yang penuh huru-hara. Pagi ditandai kesibukan tergesa-gesa, siang diwarnai rasa lelah, subuh menciptakan suasana mengerikan, dan malam menjadi waktu istirahat bagi tubuh yang letih. Setiap bagian hari memiliki maknanya sendiri dalam perjuangan hidup tokoh utama. Latar sosial menunjukkan kemiskinan sebagai bagian tak terpisahkan dari masyarakat Desa Rembulan. Hidup penuh kesulitan, seperti tokoh utama yang masa kecilnya dihabiskan bekerja keras di ladang untuk bertahan hidup. Latar tempat mencerminkan kesederhanaan Desa Rembulan, yang diapit perbukitan dan dialiri Sungai Kuning. Desa ini menjadi kontras dengan kemewahan Kota Sanya, menegaskan perbedaan yang jontras antara kehidupan desa dan kota.

Sudut Pandangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sudut pandang merupakan pandangan atau perspektif seseorang terhadap suatu hal, situasi atau peristiwa. Selain itu, sudut pandang dapat diartikan sebagai pandangan dari si penulis untuk membawa cerita yang akan dibuatnya. Salah satu jenis sudut pandang orang ketiga dalam sebuah cerita, yaitu sudut pandang orang ketiga jamak. Sudut pandang ornag ketiga jamak merupakan kata ganti “mereka” untuk menyebutkan tokoh dalam cerita. Kata ganti aku merupakan kata ganti orang pertama tunggal yang digunakan untuk merujuk pada kata ganti diri sendiri. Dalam penggunaan kata ganti orang pertama tunggal, perlu diperhatikan konteks dan situasinya, kata ganti “aku” digunakan dalam komunikasi yang bersifat tidak resmi dan lebih santai.

Epilog
Tema dari cerpen tersebut menggambarkan antara karakter dengan penduduk desa yang memiliki kepercayaan tradisional. Sedangkan untuk pemplotan memperkenalkan latar belakang desa rembulan dengan kondisi sosial desa yg miskin dan penuh akan keputusasaan serta ketegangan. Penokohan pada cerpen ini merupakan pusat narasi yang bersikap pasif terhadap orang-orang dari Selatan tetapi menyampaikan perenungan mendalam tentang kehidupan yang ada.Dan ada kelompok tertentu yang menggambarkan posisi netral. dan kemudia pada sisi teknik pelukisan tokohnya terdapat kalimat yang menunjukkan peresaan cemas dan ragu dari tokoh “aku” kepada orang orang Selatan. Serta terdapat kalimat yang menggambarkan permasalahan batin orang orang selatan. Untuk pelataran ada latar tempat yang berada di Desa Rembulan, kota Senaya, kemudian latar waktu yaitu menggambarkan waktu sesuai dengan perspektifnya dalam cerita Dan latar sosial menggambarkan kondisi kehidupan sisoal yang ada dalam cerita tersebut. Dan yang terakhir yaitu sudut pandang, pada cerpen ini mereka merupakan salah satu jenis sudut pandang orang ketiga.Sedangkan kata ganti aku merupakan kata ganti orang pertama tunggal yang digunakan untuk merujuk pada kata ganti diri sendiri.