Eksistensi dan Pengaruh Karya Sastra Pesantren pada Masa Sekarang

Karya sastra memiliki dampak yang besar bagi masyarakat Indonesia. Pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dapat mengubah pola hidup dan perilaku masyarakat serta memperbaiki tingkah laku masyarakat ke arah yang lebih baik. Karya sastra akan selalu bisa dinikmati kapan saja walaupun pengarangnya sudah tidak ada di dunia lagi. Salah satu karya sastra lama yang masih eksis dan dipelajari hingga masa kini adalah karya sastra pesantren.

Sejak awal kemunculan pesantren abad ke-12 sastra dan pesantren memiliki keterkaitan yang jelas, sehingga antara keduanya tidak bisa dipisahkan (Nugroho, 2018: 141). Sastra memberi daampak yang besar untuk pendidikan pesantren. Bahkan, di luar pesantren karya sastra yang ditulis oleh para kyai, syekh, atau pemuka agama lainnya masih digunakan dan dikembangkan pada masyarakat.

Karya-karya yang masih eksis dan dimanfaatkan bagi kemaslahatan hingga sekarang antara lain:

1. Syi’ir Laki Rabi karya Haji Zakaria dari Kampung Pabean, Surabaya

Syi’ir yang terbit pada tahun 1406 H tersebut masih dipelajari, terutama di Majelis Taklim Al-Mushlihun Kendal (Mussaif, 2017: 82). Syi’ir ini mengajarkan adab-adab hubungan suami istri. Jika banyak orang mengatakan bahwa islam mendidik wanita untuk selalu di bawah dan nurut kepada suami.

Namun pada Syi’ir ini lebih mengajarkan tentang keseimbangan dalam menajlin hubungan suami istri. Keduanya memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi satu sama lain. Sehingga tidak ada yang kalah dan menang dalam hubungan suami istri, namun sama-sama saling melengkapi dan paham akan tugas masing-masing.

2. Aqidatul Awam karya Sayyid Ahmad Marzuki

Kitab ini menjelaskan tengang ilmu ketauhid-an. Di uraikan oleh penulis dengan materi-materi yang mendasar bagi orang yang ingin mengetahui tentang ilmu ketauhid-an. Yang mana menjadi pedoman dan rujukan untuk memamtapkan keyakinan dan kepercayaan agama melalui pola pikir (akal). (Rosyada, 2020).

Biasanya Aqidatul Awam dipelajari dengan cara dilagukan (Nadhom) dan masih sering dibacakan pada majelis-majelis taklim sebagai penguat aqidah ahlussunnah wal jama’ah. Kitab ini menjelaskan tentang sifat-sifat Allah dan Rosulullah beserta keluarganya.

3. Kasidah Burdah karya Al-Imam Al-Bushiry

Karya sastra ini populer pada abad ke-13 masehi (Manshur, 2006: 102) pada masa itu, Imam Al-Bushiry ingin menyampaikan keteladanan Rosulullah dalam bersikap. Masyarakat diharapkan dapat meniru tingkah laku Rosulullah dalam berkehidupan sehingga hidup dengan sesama menjadi damai. Kasidah ini masih populer dan terus dibacakan pada acara-acara maulid Nabi di bulan Rabi’ul Awal. Tak hanya itu, di kalangan para habaib juga masih sering membaca burdah di majelis-majelis yang didirikan walaupun di luar bulan maulid.

4. Kitab Syarah Al-Hikam karya K.H. Sholeh Darat

Kitab Syarah ini merupakan terjemahan dari kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah Al-Isykandari. Pada dasarnya Kitab Syarah al-Hikam menekankan pada perbaikan akhlak yang luhur dengan cara mengendalikan pangkal segala kemaksiatan yaitu nafsu. (Aziz, 2017: 14). Kitab ini masih sering dibacakan pada pesantren-pesantren juga majelis taklim. Dr. Fachruddin Faiz dosen filsafat di UIN Sunan Kalijaga Jogja sering menyampaikan kitab ini dalam taklimnya di Masjid Jendral Sudirman yang biasa dikenal dengan Ngaji Al-Hikam.

Selain empat yang diungkapkan diatas, masih banyak karya sastra pesantren yang berkembang pada masa dahulu dan masih dipelajari hingga saat ini. karya-karya tersebut eksis dikalangan para santri bahkan masyarakat luas. Saat ini juga telah berkembang kajian-kajian kitab, syarah, syi’ir, pujian-pujian, kasidah, dan karya sastra lainnya pada platform-platform digital sehingga lebih mudah dipelajari.

Pengaruhnya begitu besar pada masyarakat karena dapat memperbaiki akhlak dan menata tatanan kehidupan bermasyarakat agar lebih damai. Pesan-pesan yang disampaikan pada karya pesantren menjadi bengkel untuk memperbaiki masyarakat yang melenceng jauh dari aturan Allah sehingga kehidupan juga akan semakin damai, kejahatan-kejahatan berkurang dan tentunya kemaslahatan masyarakat lebih terjaga. Sikap-sikap saling tolong menolong dan sikap positif lainnya akan terus berkembang.

Daftar Pustaka

  • Azis, A. 2017. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Syarah Al-Hikam Karya
  • K.H. Sholeh Darat (Dikaitkan Dengan Konteks Kekinian). SKRIPSI. UIN Raden fatah Palembang.
  • Manshur, F. M. 2006. Resepsi Kasidah Burdah Al-Bushiry dalam Masyarakat Pesantren. HUMANIORA. 18(2): Hal. 102-113.
  • Mussaif, M. M. 2017. Kesetaraan Gender dalam Sastra Pesantren (Kajian terhadap Kitab Syi’ir Laki Rabi). NUSA. 12(2): Hal. 80-89.
  • Nugroho, M. Y. A. 2018. Kontribusi K.H. Achmad Faqih Muntaha dalam Mengembangkan Sastra Pesantren. Jurnal Ilmiah Studi Islam. 18(1): Hal. 141-149.
  • Rosyada, M. I. 2020. Nilai Nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab Aqidatul Awam Karya Sayyid Ahmad Marzuqi. SKRIPSI. UNISMA. Malang.