Saat duduk di bangku SMA sudah mulai diberitahu tips dan trik untuk masuk ke perguruan tinggi. Salah satunya bisa menggunakan tiket emas berupa SNBP dengan syarat nilai dari kelas 10 hingga kelas 12 semester 1 baik dan memenuhi. Ketika mendengar seperti itu semangat aku langsung terpacu. Aku merasa ini adalah kesempatan emas yang tak boleh disia-siakan. Mengetahui bahwa nilai akademis selama tiga tahun akan menentukan masa depan, aku berusaha lebih rajin dalam belajar dan bertekad untuk meraih hasil yang maksimal. Ibu selalu mengingatkanku bahwa pendidikan adalah jalan terbaik untuk meraih masa depan, dan nasihat itu terus terngiang dibenakku.
Sejak saat itu setiap kali belajar aku berusaha lebih giat, dengan menyusun jadwal belajar yang disiplin. Pada saat pembelajaran aku menggunakan peluang agar mendapatkan tambahan nilai, dengan aktif bertanya kepada guru untuk memahami materi dengan lebih baik. Dua semester berlalu Alhamdulillah nilai yang didapatkan cukup memuaskan. Dengan kerja keras yang begitu tinggi, saat semester 3 nilaiku berangsur naik. Ibu sering membantuku menciptakan suasana yang kondusif di rumah, mesikpun ia sendiri harus bekerja keras sepanjang hari. Dengan begitu aku lebih terpacu untuk belajar, dengan harapan nilaiku bisa lebih tinggi dari sebelumnya.
Saat pembagian raport semester 4 aku berharap nilai aku naik, namun betapa terkejutnya saat melihat nilai kimia yang hanya mendapatkan 7. Saat itu aku masih tidak percaya karena baru pertama kalinya dalam raport mendapatkan nilai 7. Jujur sangat sedih pada saat itu, aku sampai bertanya kepada guruku. Dan yang menyedihkannya lagi pesanku tidak dibalas sama sekali. Sampai aku berpikir, apa aku berbuat salah atau guru tersebut ada dendam denganku. Ketika aku merasa putus asa karena nilai kimia yang rendah, ibu dengan lembut berkata bahwa kegagalan kecil ini adalah bagian dari perjuangan, dan aku harus terus mencoba. Bayang - bayang nilai 7 terus menghantuiku, sampai saat tidur pun terbawa mimpi. Aku tidak berharap banyak pada saat itu untuk mendapatkan tiket emas, hanya bisa menunggu pengumuman dan selalu berdoa.
Beberapa bulan berlalu, tibalah pembagian surat pengumuman siswa yang dapat melanjutkan ke perguruan tinggi melalui SNBP. Disaat aku dan teman-teman masih membahas suatu tugas, namaku dipanggil untuk mengambil selembaran yang berisi undangan daftar kuliah lewat jalur SNBP. Di situ aku benar-benar bersyukur, bisa mendapatkan tiket tersebut. Setelah mendapatkan surat undangan aku berdiskusi dengan orang tuaku, apakah ini boleh diambil atau tidak. Karena jika tidak ambil dapat mengundurkan diri dan akan digantikan dengan yang lebih memerlukan. Orang tuaku pun menyetujui untuk aku mengambil tiket emas tersebut. Setelah itu aku dan teman-teman mengurus semua keperluan yang dibutuhkan sampai selesai. Ibu selalu bangun lebih awal untuk mendoakanku setiap pagi, meskipun aku tidak pernah memintanya, dan aku yakin doa-doa itu menjadi kekuatan besar dalam perjuanganku.
Mendekati hari pengumuman SNBP aku selalu berdoa dan tidak lupa untuk meminta orang tua bahkan temanku untuk ikut mendoakan. Pada tanggal 26 Maret 2024 pengumuman nya dibuka pukul 15.00, saat itu aku masih di sekolah, namun aku tidak berani membukanya. Aku membukanya di rumah, saat ingin mencoba ternyata banyak server yang down karena ribuan orang sedang mengakses situs tersebut. Kepanikanku terus menjadi sampai aku menelfon temanku untuk menemani membuka pengumuman tersebut. Akhirnya ada jalan pintas untuk dapat mengakses situs itu, aku pun mencobanya dengan ditemani temanku itu. Dengan tangan gemetar aku membukanya dan hasilnya berwarna biru yang menandakan aku lolos. Aku masih tidak percaya dan meminta salah satu temanku untuk mencobanya lagi, alhasil sama juga berwarna biru. Karena kaget, aku berteriak sekencang mungkin sampai orang tuaku kaget mendengarnya. Begitu bersyukur pada saat itu aku bisa lolos dengan pilihan pertama, mengingat nilaiku tadi sudah turun.
Aku mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan teman-temanku yang sudah ikut mendoakan. Senang sekali rasanya pada saat itu, hal yang tidak pernah kusangka kini aku bisa mencapainya. Yang tidak menyangkanya lagi aku bisa masuk perguruan tinggi negeri dengan jalur SNBP, dengan nilai yang mungkin bisa dibilang hanya cukup. Aku tidak tahu lagi jika tidak lolos ini apakah aku masih kuliah apa sudah bekerja, karena dulu pernah bicara dengan diri sendiri nanti jika tidak lolos SNBP ini kemungkinan aku tidak akan daftar SNBT atau yang lainnya. Terlebih lagi orang tuaku yang dulu tidak ada angan-angan untuk menguliahkan anak, kini mereka bisa menguliahkannya walaupun masih ada saudaraku yang masih duduk di bangku sekolah. Mereka juga turut senang dengan pencapaian anaknya, dan selalu mendukung apa yang diinginkan jika itu bersifat positif dan bermanfaat.