Doa dan Usaha dalam Meraih Cita

Seperti dalam salah satu kutipan “Sekeras apapun usahamu, jika tidak diiringi dengan doa, tidak akan bermakna”, begitulah kiranya perjalanan hidupku hingga dapat mencapai titik ini. Kisah ini berawal ketika aku menginjak kelas 12, tahun terakhir masa SMA-ku yang artinya selangkah lagi aku akan memilih jalan menuju masa depanku.

Sejak awal kelas 12 aku mulai tertarik dengan salah satu sekolah tinggi kedinasan yang sangat populer. Aku tau untuk masuk kesana tidaklah mudah, butuh perjuangan yang sangat ekstra. Dengan segala keyakinan dan tekad yang aku punya, aku mulai berambisi untuk masuk ke kedinasan. Aku mulai mencari banyak informasi terkait dengan sekolah tinggi tersebut, syarat, dan berbagai macam seleksinya. Selain itu aku juga mengikuti bimbel khusus untuk mempersiapkan tes masuknya.

Setiap rencana pasti punya resiko kegagalan. Untuk meminimalisir kegagalan, aku membuat rencana cadangan. Seenggaknya, kalau tidak keterima di kedinaasan, aku masih diterima di universitas lain. Akhirnya aku memilih salah satu prodi di PTN sebagai plan b ku. Aku merancang plan b tidak serta merta hanya agar bisa keterima kuliah saja, tetapi karna memang aku mempunyai minat di bidang tersebut. Aku meliihat dari sisi jangka panjangnya. Setelah lulus nanti bisa bekerja di perusahaan mana saja yang sesuai dengan bidang ilmunya yang dibutuhkan di hampir semua sektor pekerjaan. Tetapi, aku tetap mengupayakan rencana pertamaku yaitu sekolah kedinasan.

Memasuki bulan Maret 2020 Indonesia dilanda pandemi Covid-19, dimana seharusnya 2 bulan lagi menjelang ujian tes masuk sekolah kedinasan populer. Awalnya aku pikir tidak akan berdampak apa-apa, tapi ternyata Seleksi Penerimaan Siswa Baru sekolah kedinasan yang aku inginkan tahun 2020 ditutup. Sedih, kecewa, dan kesal pastinya saat mendengar kabar itu. Perjuangan selama hampir 7 bulan sirna karena pandemi.

Namun aku tidak menyerah, aku tidak terlarut dalam kesedihan, perjuanganku tidak hanya berhenti di situ saja. Masih ada sekolah kedinasan yang lain dan SBMPTN. Dengan bermodalkan waktu kurang lebih hanya satu setengah bulan aku mencoba mengejar ketertinggalan materi UTBK dan terus berdoa kepada Tuhan agar diberi kemudahan. Sebelumnya, fokusku banyak tertuju pada persiapan kedinasan sehingga persiapan untuk UTBK sangat minim. Tetapi untungnya untuk model tes nya hampir mirip antara UTBK dengan soal ujian masuk sekolah kedinasan yang telah aku pelajari dulu. Jadi tidak terlalu sulit untuk mengejar ketertinggalanku.

Setelah UTBK aku merasa sangat putus asa dan pesimis tidak akan diterima SBMPTN karena pada saat mengerjakan tes tidak terlalu lancar. Pikiran buruk mulai menyelimutiku. Berbagai rencana telah aku persiapkan untuk kemungkinan buruk jika aku tidak diterima. Walaupun begitu aku tetap berdoa semoga ada keajaiban aku akan diterima di PTN pilihanku. Apapun hasilnya akan aku terima karena aku telah berusaha dengan sebaik mungkin.

Singkat waktu, pengumuman seleksi sekolah kedinasan lain diumumkan. Untuk kedua kalinya, Dewi Fortuna belum berpihak padaku. Perasaan sedih dan cemas menyelimuti batin. Dengan ini, maka harapan terakhirku bergantung hanya pada SBMPTN, karena aku tidak ikut seleksi mandiri karna satu dua alasan. Tak hentinya aku terus memanjatkan doa kepada tuhan agar harapaan terakhirku tidak mengecewakan. Di samping itu, orang tuaku juga terus menengadah dengan penuh harapan kepada tuhan agar anaknya, aku, diberikan jalan yang terbaik.

Dan hari pengumuman pun tiba, aku merasa sangat gugup dan cemas. Aku pasrah dengan hasilnya seperti apa. Tapi memang hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha dan doa. Aku melihat barcode dan warna hijau di layar smartphone ku yang artinya aku diterima di PTN pilihanku. Perasaan cemasku pun akhirnya menjadi lega. Tuhan telah mendengar doaku dan doa orang tuaku.

Dalam hidup, pasti kita akan merasakan pahit, sedih, dan kecewa. Sebagai manusia kita hanya bisa bermimpi, berencana, dan berdoa. Namun, di tangan Tuhan lah takdir seseorang ditentukan. Setiap usaha harus berprogres, tetapi semua butuh proses. Tidak ada hasil yang instan. Semua butuh perjuangan, pengorbanan, dan kegagalan. setiap usaha juga harus diiringi dengan doa dan juga restu kedua orang tua. Tanpa adanya sinergi dari kedua hal tersebut, rencana kita hanya akan menjadi sebuah rencana.