Dia yang hadir Dia yang Pergi

Dia yang Hadir, Dia yang Pergi

Hii guyss, aku mau cerita sedikit tentang seseorang yang pernah jadi bagian penting di hidupku. Iya, dia orang yang sempat aku (Gera) suka. Mungkin ceritaku nggak terlalu istimewa, tapi aku cuma pengen berbagi aja. Cerita ini terjadi di masa-masa akhir SMA, tepatnya di salah satu SMA Negeri di Cilacap. Ada dua tokoh utama di cerita ini: aku sendiri, Gera Zephaniah, dan seorang cewek yang bernama Amara Lagertha.

Kalian pasti udah bisa nebak ke mana arah ceritanya, kan? tapi tetap aja… yuk lanjut baca, siapa tahu kalian relate sama ceritaku.

Awal Mula

Di SMA itu, aku anak kelas 12 IPS 2. Jujur, aku agak terkenal di sekolah—tapi sayangnya bukan karena prestasi. Lebih karena sering bikin ulah. Dari bolos, bikin masalah kecil-kecilan, sampai bikin guru-guru geleng-geleng.

Pernah suatu hari, waktu sekolah ngadain acara Campus Fair, aku dan teman-temanku malah kabur ke kantin. Niat awalnya cuma cari angin, tapi nggak lama kemudian dua panitia acara datang. Dengan muka kesal, mereka nyuruh kita balik ke ruangan. Ya udah, dengan ogah-ogahan, aku dan teman-temanku akhirnya ikut acara itu lagi.

Nah, di sinilah pertama kali aku ketemu Amara.

Pertemuan Pertama

Lagi jalan di stand-stand acara, aku lihat seorang cewek duduk sendirian di belakang. Cewek itu kelihatan beda—mungkin karena auranya yang tenang tapi bikin penasaran. Namanya Amara Lagertha, yang sering disapa Amara. Karena penasaran, aku nekat duduk di sebelahnya.

“Eh, kamu Amara, kan?” tanyaku, sok basa-basi.
“Iya, kenapa emang?” jawabnya santai.
Aku mikir sebentar, terus nanya, “Abis lulus, kamu mau kuliah di mana?”
“Belum tahu, masih bingung,” katanya sambil senyum kecil.

Aku cuma bisa nyaut, “Ohhh,” sambil ngangguk-ngangguk. Tapi sebelum aku sempat mikir obrolan lain, Amara malah bilang, “Follow IG-ku dong.”

Aku sedikit kaget, tapi pura-pura santai. “Ya udah, cari aja sendiri username-nya,” kataku sambil ngasih handphone ke dia. Dan, sejak saat itu, kita saling follow di Instagram.

Dekat dengan Amara

Setelah hari itu, aku mulai nyari cara buat dekat sama dia. Mulai dari chat di Instagram sampai iseng main ke kelasnya. Kebetulan, kelas Amara nggak jauh dari kelasku, jadi gampang buat aku lihat dia.

Lucunya, setiap kali Amara ke kantin, aku suka diam-diam memperhatikan dia sambil senyum-senyum sendiri. Rasanya kayak anak SMA yang baru pertama kali jatuh cinta. Lama-lama, kita makin akrab. Kita sering ngobrol, jalan bareng di sekolah, sampai teman-teman mulai ngeh soal kedekatan kita.

Saat-Saat Indah dan Perpisahan

Waktu itu, acara graduation kelas 12 akhirnya tiba. Hari itu aku senang banget karena bisa ngerayain momen ini bareng Amara. Aku bahkan bawain buket bunga buat dia.

“Ini buat kamu,” kataku sambil nyodorin bunga.
Amara kelihatan kaget. “Serius buat aku? Makasih banget!” katanya sambil senyum malu-malu.

Kita berdua foto bareng, ngobrol, dan nikmatin momen itu. Tapi, kebahagiaan itu nggak berlangsung lama. Dua bulan setelah graduation, hubungan kita mulai renggang.

Aku baru tahu kalau Amara masih ada perasaan sama mantannya, Roby. Waktu Roby graduation, Amara datang ke acara itu dan bawain buket bunga buat dia. Rasanya… sakit. Aku tahu Amara masih sayang sama dia, tapi aku nggak bisa marah.

“Maaf ya, tadi aku pergi ke acara graduation Roby,” katanya jujur.
Aku menarik napas panjang. “Iya, gapapa. Aku tahu kamu masih sayang sama dia. Aku seneng kamu jujur.”

Tapi, setelah itu, hubungan kita makin nggak jelas. Aku masih ingin bertahan, tapi Amara… dia terlihat semakin menjauh. Hingga akhirnya dia benar-benar pergi. Semua yang aku pikirkan dari awal ternyata memang benar Amara nggak pernah sepenuhnya ada buat aku.

Pelajaran Berharga

Dari cerita ini, aku belajar banyak hal. Orang lama memang sering jadi pemenang, tapi itu nggak masalah. Aku jadi tahu kalau mencintai seseorang terlalu dalam, tanpa memikirkan batasan, bisa bikin sakit sendiri.

Sekarang, aku melanjutkan hidupku. Aku kuliah di Magelang, sementara Amara memilih melanjutkan pendidikannya di Batam. Ceritaku mungkin belum selesai sepenuhnya, tapi aku berharap suatu hari aku bisa menulis akhir yang lebih bahagia.

1 Like