Di siang hari yang mendung, di suatu sekolah terdapat sekelompok anak-anak yang sedang berkumpul di dalam kelas dengan bersenda gurau. Di dalam kelompok itu seorang anak yang memiliki wajah bulat dan terdapat bintik-bintik di wajahnya tersenyum senang. Anak yang selalu ceria itu tidak akan menyangka hal yang akan terjadi pada hidupnya.
Hari ini saat sedang berkumpul bersama teman-temanku seperti biasanya, aku mendapatkan kabar bahwa aku diterima menjadi calon Dewan Ambalan. Sebenarnya aku terkejut saat menerima kabar itu, karena aku hanya iseng mendaftar. Selain itu, aku juga menerima kabar bahwa sekolah kami mengadakan kemah pada hari Rabu dan Kamis minggu depan. Aku dan teman-temanku membaca pesan itu dengan cermat. Terdapat beberapa barang yang harus kami siapkan untuk acara tersebut dan kami harus menyiapkannya sebelum hari Senin. Dan untuk anak-anak yang diterima menjadi calon Dewan Ambalan harus melengkapi buku SKU sebelum hari kemah tersebut tiba. Sejujurnya aku sedikit malas dan menyesal mendaftar organisasi itu, aku bahkan berpikiran untuk berhenti pada saat itu. Namun, temanku menyuruhku untuk menjalaninya terlebih dahulu dan jika benar-benar tidak cocok aku boleh berhenti. Aku menuruti perkataannya, aku mencobanya sampai hari itu tiba.
Pagi ini, aku berpamitan kepada orang tuaku dan berangkat dengan senang hati sekaligus gugup karena ini adalah pertama kalinya aku ikut berkemah.
Hari ini ternyata berjalan cukup lancar walaupun aku merasa sedikit kesal karena kegiatan yang berjalan tidak sesuai dengan jadwal. Tetapi aku merasa cukup senang acara api unggun yang sudah kami siapkan berjalan sangat lancar dan memuaskan, walaupun sangat disayangkan aku tidak bisa berkumpul dengan teman-temanku karena aku harus menjalani pelantikan dengan para calon Dewan yang lainnya. Aku tidur pada jam 11 malam dengan tidak nyenyak karena satu jam setelahnya aku dibangunkan oleh kakak pembina kami. Kepalaku cukup pusing saat itu karena dibangunkan dengan tiba-tiba. Kami disuruh mencari bantara dalam kegiatan jerit malam, kami melakukannya sampai subuh sebelum matahari terlihat dengan titik kumpul di lapangan suatu desa. Di sana kami dikumpulkan dan diberi pertanyaan-pertanyaan salah satu pertanyaannya itu mempertanyakan teman kami yang ternyata jatuh sakit saat menjalani kegiatan tersebut, saat itu kami tidak tahu dan diberi hukuman oleh kakak-kakak kami. Kami disuruh berguling-guling di lapangan yang basah, aku merasa energiku terkuras habis saat itu, namun aku masih mencoba baik-baik saja. Setelah menjalani malam yang lelah itu, kami disuruh untuk beristirahat sejenak sebelum memulai kegiatan selanjutnya. Pagi menjelang siangnya kami semua melakukan kegiatan di luar sekolah. Kami melakukannya di desa sekitar sekolah, banyak misi yang harus selesaikan salah satunya yaitu kami disuruh tiarap di sawah dan melewatinya. Saat itu rasanya aku benar-benar kesal walaupun sebenarnya cukup menyenangkan, sampai saat hampir sampai di ujung aku merasa dadaku sesak, aku tidak bisa bernapas, rasa panik muncul dalam diriku. Aku mencoba meminta tolong kepada teman dekatku, namun entah kenapa dia hanya tertawa seperti tidak percaya padaku. Aku mengalami sesak nafas dan raut wajah temanku berubah panik, begitupun kakak-kakak yang mengurus kami. Aku diangkat dari sawah dan dibawa ke pinggir, aku hanya bisa menangis pasrah dadaku terasa sakit. Aku mendengar salah satu kakak Dewan Ambalan angkatan sebelumnya yang menyuruhku tenang dan bernapas pelan-pelan. Aku digotong ke sekolahan dan dibawa ke ruang kesehatan. Di sana aku dirawat oleh kakak pembina dan dipasangkan selang oksigen dihidungku dan akhirnya aku sudah mulai bisa bernapas.
Aku cukup terkejut dengan kejadian yang baru kualami. Aku merenung sejenak, seharusnya aku tidak usah berangkat saja seperti yang orang tuaku katakan. Sebenarnya aku baru sembuh dari sakitku, tetapi aku memaksa untuk ikut karena aku ingin berkumpul dengan teman-temanku dan bersenang-senang dengan mereka. Yang ada dipikiranku saat itu, kemah yang akan kujalani ini seperti yang di film-film ataupun cerita yang kubaca, tapi ternyata di dunia nyata perkemahan ini sangat menguras tenaga, pikiran dan emosiku. Setelah kejadian itu, aku mulai menjaga kesehatanku dan mendengarkan kata-kata orang tuaku. Kejadian itu cukup mengesankan bagiku, aku berharap semoga kedepannya kejadian ini tidak terulang lagi.