Dasar-dasar Perbandingan Bahasa

Dasar-dasar Perbandingan Bahasa
Teori Hockett-Ascher merupakan teori yang mampu menjelaskan pertumbuhan bahasa secara menyeluruh sebagai suatu sistem komunikasi. Keduanya mengakui bahwa apa yang mereka kemukakan mempergunakan data arkeologis, fosil, dan data geologis yang telah diselidiki ahli lain. Mereka hanya sekadar menghubung-hubungkan semua data untuk menjelaskan pertumbuhan bahasa manusia sejak awal mula perkembangannya. Bahasa diperkirakan baru timbul sekitar 100.000-40.000 tahun yang lalu.
Bidang Perbandingan Bahasa
Bahasa memiliki ciri-ciri kesemestaan tertentu, kesemestaan bahasa mencakup:
Kesamaan dalam bentuk dan makna. Bahasa memiliki bentuk tertentu yang dikaitkan dengan maknanya yang khas untuk memudahkan referensi.
Tiap bahasa memiliki perangkat unit fungsional terkecil yaitu fonem dn morfem. Walaupun jumlah fonem itu kecil dan berbeda dari bahasa ke bahasa, terdapat kenyataan yang menarik bahwa tiap bahasa memiliki perankat yang terkecil untuk mebdakan makna kata, dan gabungan dari bunyi yang sangat terbatas ini menghasilkan perlambang yang tak terbatas jumlahnya. Berkisar sampai lima puluh buah fonem, tetapi umla ini sanggup menghasilkan ribuan morfem, yaitu satuan terkecil yang mengandung makna.
Tiap bahasa di dunia memiliki kelas-kelas tertentu yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, kata ganti orang, dan kata bilangan.
Linguistik bandingan historis hanya mempergunakan kesamaan bentuk dan makna sebagai pantulan dari sejarah warisan yang sama. Bahasa-bahasa kerabat yang berasal dari bahasa proto yang sama selalu akan memperlihatkan kesamaan berikut :
Kesamaan sistem bunyi (fonetik) dan susunan bunyi (fonologis)
Kesamaan morfologis, yaitu kesamaan dalam bentuk kata dan kesamaan dalam bentuk gramatikal
Kesamaan sintaksis, yaitu kesamaan relasi antara kata-kata dalam sebuah kalimat.
Kesamaan Bentuk
Linguistik Bandingan Historis juga melandaskan bentuk-bentuk kata yang sama antar bahasa dengan makna yang sama, diperkuat lagi dengan kesamaan-kesamaan unsur tata bahasa. Misalnya bahasa-bahasa tersebut harus diturunkan dari suatu bahasa proto yang sama. Relasi gramatikal yang dapat menunjang hipotesis relasi historis tersebut misalnya:
Inggris: good better best; drink drank drunk
Jerman: gut besser beste; trinken trank trunken
Pada awal perkembangan penelitian bahasa, banyak orang tertarik pada kesamaan-kesamaan yang disebabkan oleh bentuk-bentuk onomatopoetis, yang urutan-urutan bunyinya memberi sugesti pada sesuatu atau meniru sistem fonologi suatu hal tertentu.
Kesamaan atau kemiripan bentuk makna sebagai akibat perkembangan sejarah yang sama, atau perkembangan dari suatu bahasa proto yang sama. Bahasa-bahasa yang mempunyai hubungan yang sama atau berasal dari suatu bahasa proto yang sama, serta kemudian berkembang jadi bahasa-bahasa baru, termasuk dalam satu keluarga bahasa (language family).
Kemiripan bentuk makna dapat terjadi karena tiga faktor, yaitu:
Karena warisan langsung (inheritance) oleh dua bahasa atau lebih dari suatu bahasa proto yang sama. Bentuk yang sama tersebut dinamakan bentuk kerabat (cognate).
Faktor kebetulan (by chance). Misalnya kata ‘mata’ dalam bahasa Indonesia dan mati dalam bahasa Yunani; kata ‘badh’ dalam bahasa Didinga yang berarti jahat dan kata ‘bad’ dalam bahasa Inggris dengan makna yang sama.
Faktor pinjaman (borrowing). Suatu kemiripan bentuk makna terjadi karena suatu bahasa akseptor menyerap unsur tertentu dari sebuah bahasa donor akibat kontak dalam sejarah.
Penetapan Kata Kerabat
Asumsi mengenai kata-kata kerabat yang berasal dari sebuah bahasa proto didasarkan pada beberapa kenyataan berikut;
Ada sejumlah besar kosa kata dari suatu kelompok bahasa tertentu secara relatif memperlihatkan kesamaan yang besar bila dibandingkan dengan kelompok-kelompok lainnya.

Gloss
tebu
hiu
tuba
pandan
padi
beras
anak

Melayu
təbu
hiyu
tuba
pandan
padi
bəras
anak

Aceh
təbe
ye
tuba

pade
bəröh

Batak
tobu

pandan
page
boras
anak

Nias
töwu
hiu

faghe

Jawa
təbu
hyu
tuba
pandan
pari
wos
anak

Sunda
tiwu
hiyu
tuwa
pandan
padi
beyas
anak

Bali
təbu

tuba
pandan
padi
bahas
anak

Dayak
tewu
hiu
tuwa

paräi
bəhas
anak

Bugis
təbu

pandaŋ

bərə
anak

Makasar
tabu

tuwa
pandaŋ
pare
berasa
anak

Lamalera
təfo
io
nufa
pədá

ana

Tagalog
tobu

tubá

palay
bigas
anak

Bisaya
tobu
ihu
tubá

bogas
anak

Malagasi

akiu

fandrani
wary

sanaki

Perubahan fonetis dalam sejarah bahasa-bahasa tertentu memperlihatkan pula sifat yang teratur.
Jawa Kuno
: anwam
wwas
wwang
wwas
Lwas

Jawa
: anom
wos
wong
woh
Los

‘mudah’
‘beras’
‘orang’
‘buah’
‘keras’

Bahasa-bahasa kerabat banyak terdapat kesamaan antara pokok-pokok yang dibandingkan.
Inggris: mouse, Inggris Kuno: mũs, Latin: mũs
Korespondensi yang teratur antar bahasa dapat dijelaskan sebagai akibat perubahan bunyi yang teratur antara bahasa-bahasa kerabat. Perubahan pada bahasa-bahasa kerabat sejauh yang dicatat dalam naskah-naskah tua, kemudian dirumuskan, sehingga dapat mencakup pra-histori bahasa.
Korespondensi yang teratur antar segmen sebagai akibat perubahan fonetis yang teratur dapat muncul dalam situasi yang berbeda-beda:
antara bentuk-bentuk beruntun (suksesif) dari kata yang sama dalam satu bahasa dalam tingkat perkembangan yang berlainan:
Inggris Kuno
sticca
nama
sonu
mona
brid
hros

Inggris
stick
name
son
moon
bird
horse

Latin
ripa
mũtãre

fata
amica

Spanyol
riba
mudar

fada
amiga

(pantai)
(berubah)

(nasib)
(kawan)

antara kata-kata yang terkorespondensi dalam bahasa-bahasa kerabat, sebagai warisan langsung:
Gloss
padi
dua
udang

Indonesia
padi
dua
udaŋ

Jawa
pari
(lo)ro
uraŋ

Sunda
pare
duwa
huraŋ

Batak
page
dua
udaŋ

Tagalog
palai
(do)lua
olaŋ

Lamalera

rua
kujã

kontak areal, yaitu sebagai akibat pinjaman dari suatu bahasa donor oleh sebuah bahasa akseptor.
Belanda
: familie
fabriek
faillil
vacantie

Indonesia
: permili
pabrik
pailil
pekansi