Darurat Sampah Makanan, Masalah Baru Bagi Lingkungan

Sampah makanan atau food waste adalah makanan yang siap dikonsumsi atau bahan makanan yang siap diolah namun terbuang tanpa suatu alasan yang jelas. Makanan yang dibuang ini termasuk yang masih layak dimakan.

Orang-orang cenderung menyisakan atau bahkan membuang makanan daripada membungkus lalu menyimpannya lagi. Mereka mungkin tidak pernah menyadari jika menyisakan makanan itu memberikan dampak negatif bagi lingkungan sekitar.

Bagi orang yang memiliki kelebihan makanan, membuang makanan yang masih bersisa merupakan hal sepele bagi mereka. Namun, disisi lain masih banyak orang yang kesulitan dalam mendapatkan makanan untuk menyambung kehidupannya. Sebagian penduduk Bumi harus hidup dalam kelaparan. Ironisnya, di belahan Bumi lain orang-orang secara konstan membuang makanan yang tidak habis mereka makan.

Sampah makanan sangat berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca. Sampah dari makanan tersebut menghasilkan gas rumah kaca yang disebut metana yang sangat berbahaya daripada CO2 ketika membusuk di tempat pembuangan sampah. Ketika membuang makanan sama saja dengan membuang sumber daya berharga yang digunakan untuk memproduksi makanan tersebut, seperti penggunaan tanah, kendaraan yang mengangkut makanan, dan sumber daya alam lainnya.

Kelebihan jumlah gas rumah kaca seperti metana, CO2 dan CFC akan menyerap radiasi infra merah dan memanaskan atmosfer bumi sehingga akan menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Para ilmuwan meyakini bahwa jika kita berhenti membuang makanan, kita dapat mencegah 11% emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sistem pangan.

Indonesia adalah negara ketiga penghasil sampah makanan terbesar di dunia setelah Arab saudi dan Amerika Serikat. Berdasarkan data kajian Bappenas, pada tahun 2000-2019 mencapai sebanyak 23-48 juta ton per tahun sampah makanan yang terbuang di Indonesia atau setara 115-184 kilogram per kapita setiap tahunnya. Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2021, sampah sisa makanan menjadi komposisi sampah yang paling banyak yaitu sebesar 29,1 persen dari total sampah keseluruhan yang ada di Indonesia.

Banyak orang mengabaikan hal-hal kecil tentang makanan padahal hal itu menyumbang pengaruh besar pada alam. Menyisakan makanan di piring sudah menjadi hal biasa bagi banyak orang. Mereka yang selalu mengambil porsi makanan terlalu berlebihan sehingga tidak habis makanannya. Banyak juga sekarang yang terlalu gengsi menghabiskan makanan di depan umum.

Kehidupan komsumtif juga menjadi penyebab penghasil sampah makanan bagi sebagian orang seperti tidak mengonsumsi makanan hingga melewati masa kadaluwarsa dan membeli atau memasak yang tidak terlalu disukai sehingga boros akan makanan dan mubazir.

Kesadaran pada tiap orang merupakan salah satu jalan yang paling tepat dalam menyelesaikan permasalahan food waste ini. Hanya dengan langkah kecil seperti mengatur porsi makan yang sesuai saja sudah membantu mengurangi sampah makanan. Tidak membeli makanan secara berlebihan dan mengecek dahulu waktu kadaluwarsa sebelum membeli suatu produk perlu agar tidak membuang-buang makanan nantinya.

Selain itu, menyimpan makanan di lemari pendingin untuk memperpanjang masa konsumsi juga bisa dilakukan daripada dibuang langsung sehingga dapat meminimalisir sampah makanan yang ada di dunia.

Referensi
Bappenas. 2021. Pengelolaan Limbah Makanan yang Berkelanjutan Berkontribusi pada Pembangunan Rendah Karbon di Indonesia. http://greengrowth.bappenas.go.id/pengelolaan-limbah-makanan-yang-berkelanjutan-berkontribusi-pada-pembangunan-rendah-karbon-di-indonesia/ [diakses pada tanggal 30 November 2022]
KLHK. 2021. Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional 2021. https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/ [Diakses pada tanggal 30 November 2022].