Dampak Sosial Masyarakat Desa Krendowahono di Era Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 sudah melanda selama 2 tahun hingga sekarang di hampir seluruh dunia termasuk Indonesia. Semua lapisan masyarakat di Indonesia terkena dampaknya, baik masyarakat kota maupun masyarakat desa. Pandemi COVID-19 yang awalnya menyebar di kota-kota besar kini telah menyebar luas di masyarakat pedesaan juga, sehingga banyak masyarakat desa yang akhirnya sadar akan pentingnya protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, hingga mengurangi mobilitas. Pada awal pandemi ini terjadi, masyarakat desa terkesan acuh dan menganggap sepele COVID-19 dan ketika kasusnya meningkat hingga banyak mengakibatkan kematian barulah masyarakat desa menyadari betapa bahayanya virus ini.

Pandemi ini berdampak pada semua aspek kehidupan masyarakat pedesaan, mulai dari ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, kesehatan, dan aspek kehidupan lainnya. Banyaknya masyarakat yang bekerja dari rumah atau bahkan di-PHK karena wabah ini, tidak terkecuali masyarakat Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Desa Krendowahono tepatnya di dusun Krendowahono yang terkenal akan situs Krendowahono milik Kraton Surakarta ini merupakan desa yang aman dan tentram. Meskipun begitu, ancaman akan virus corona tidak dapat terhindarkan dari desa ini.

Warga Desa Krendowahono merasakan dampak yang signifikan seperti dibatasinya interaksi sosial, berbagai kegiatan kemasyarakatan (PKK, pengajian, karang taruna, poktan, dan lain sebagainya) yang diberhentikan, hingga aktivitas sekolah yang diadakan secara daring guna menekan angka peningkatan wabah COVID-19 di desa tersebut. Kami sempat mewawancarai salah satu tokoh masyarakat di Desa Krendowahono tentang kehidupan masyarakat selama pandemi ini. “Masyarakat sini tentu terkena dampaknya bahkan beberapa waktu yang lalu ada salah satu warga kami yang meninggal karena virus ini,” jelas Pak Ihsan, Ketua RT 3 Desa Krendowahono. Berdasarkan pernyataan Pak Ihsan, sudah terdapat dua warga yang meninggal karena virus corona yang disebabkan kurangnya kesadaran akan protokol kesehatan dan usia mereka yang sudah lanjut.

Adapula beberapa warga yang kesulitan dalam pekerjaan yang diharuskan WFH (Work From Home), tetapi tidak dengan warga yang berprofesi sebagai petani. “Walau pandemi seperti ini, petani tetap ke sawah untuk menggarap sawah. Kalau nggak ke sawah ya mereka nggak bisa makan,” jelas Pak Ihsan. Warga desa ini yang didominasi oleh petani menganggap virus corona bukan menjadi penghalang mereka dalam menjalankan usahatani. Mereka tetap menjalankan aktivitas pertanian seperti menanam, membajak, memanen, hingga menjual hasil pertanian layaknya yang mereka lakukan saat sebelum virus COVID-19 menjalar desa ini.

Walaupun begitu, faktanya para petani disini tidak ada yang terserang virus corona karena sudah memiliki imun yang kuat. Berdasarkan pernyataan dari tokoh masyarakat yang ada, memang sebagian besar masyarakat Desa Krendowahono taat terhadap protokol kesehatan, namun adapula beberapa oknum yang abai sehingga merugikan diri sendiri dan orang sekitarnya. Pak Ihsan berharap agar warga Desa Krendowahono dapat lebih taat terhadap protokol kesehatan meskipun kasus COVID-19 sudah menurun demi keamanan dan kondisi kesehatan bersama.