Dampak Rokok Di Kalangan Remaja Dan Anak Dibawah Umur

Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami peralihan dari tahap anak-anak ke tahap dewasa dan mengalami perubahan baik emosi, fisik atau tubuh, minat dan bakat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah yang timbul karena adanya perubahan dari anak-anak menuju dewasa (Hurlock, 1998). Masa remaja juga dapat diartikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua perubahan perkembangan yang terjadi sebagai persiapan memasuki masa dewasa yang meliputi aspek fisik, psikis, dan psikososial. Oleh karena itu, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Masa remaja merupakan suatu periode di dalam kehidupan manusia yang batasan usianya maupun seperti apa peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dulu dianggap sebagai tanda awal masa keremajaan ternyata kini tidak lagi valid sebagai patokan atau tidak bisa dijadikan batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dulu terjadi pada akhir usia belasan (16-19) kini terjadi pada awal usia belasan bahkan bisa terjadi sebelum usia 13 tahun. Seorang anak berusia 12 tahun mungkin saja sedang (atau sudah) mengalami masa pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan bukan berarti mereka sudah siap menghadapi dunia orang-orang dewasa. Remaja belum siap untuk menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang bersamaan remaja juga sudah dikategorikan bukan anak-anak lagi.

Berbeda dengan balita yang perkembangannya dapat dengan jelas dilihat dan lebih mudah untuk diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali seorang remaja menjadi bingung karena kadang-kadang mereka masih diperlakukan seperti anak-anak tetapi dilain waktu mereka dituntut untuk bisa bersikap mandiri seperti layaknya orang dewasa. Memang banyak perubahan yang terjadi pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik saja dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, semakin kesini konflik yang akan dihadapi oleh remaja juga akan semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri remaja. Untuk dapat memahami seorang remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi pada dimensi dimensi tersebut.

Di masa sekarang ini, remaja dan anak dibawah umur merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing dan mudah sekali ditemukan di berbagai penjuru Indonesia. Bahkan pravalensi remaja perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Kebiasaan merokok memang dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, tetapi dilain pihak juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Contoh dampak negatif dari segi ekonomi adalah merokok pada dasarnya hanya akan menghabiskan uang saku remaja yang belum memiliki penghasilan sendiri, dari segi sosial asap rokok bisa menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang-orang yang berada di sekitar perokok, sedangkan dari segi psikologis merokok dapat menyebabkan ketagihan dan ketergantungan yaitu si remaja akan merasa cemas ketika tidak bisa merokok. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya, seperti nikotin, karbon monoksida, dan tar akan merangsang kerja sistem saraf pusat dan detak jantung untuk mempercepat, menstimulasi kanker, dan berbagai penyakit yang ditimbulkan akibat rokok lainnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat pengakuan, untuk menghilangkan kekecewaan, dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma. Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang seringnya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di depan lingkugan dan teman-temannya karena mereka sangat tertarik atau sangat membutuhkan pengakuan dari teman-teman sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan lingkungan tempat tinggalnya serta teman-teman sebayanya.

Penyebab Remaja Merokok antara lain:

  1. Pengaruh orang tua, salah satu temuan dari hasil survey tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak dibawah umur yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memberikan perhatian kepada anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang terlalu keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibandingkan dengan anak-anak dibawah umur yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Hal ini dikarenakan remaja yang berasal dari keluarga yang tidak bahagia lebih mudah mengalami stress daripada remaja yang berasal dari keluarga yang bahagia. Remaja dan anak dibawah umur yang sering melihat orang-orang yang dituakan dalam keluarga dan lingkungannya, baik itu orang tua, kakak, dan yang lainnya memiliki kebiasaan merokok, mereka akan berpikir bahwa kebiasaan merokok itu tidak apa-apa dan sah-sah saja untuk dilakukan.
  2. Pengaruh teman, Berbagai fakta mengungungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok dan demikian juga sebaliknya. Dari fakta tersebut terdapat dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan kemungkinan yang kedua yaitu teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh si remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Faktor pertemanan bisa jadi merupakan hal yang paling besar mendorong remaja untuk mulai merokok, sebab di usia remaja seorang anak sangat membutuhkan penerimaan dan pengakuan dari teman-teman dan lingkungannya. Sehingga pada saat remaja ikut merokok dengan teman-temannya, dia merasa diterima dan diakui oleh teman-temannya di lingkungan tempatnya tinggal.
  3. Faktor Kepribadian, Orang mencoba untuk merokok karena alasan timbulnya rasa ingin tahu yang tinggi atau ingin melepaskan diri dari stress dan beban pikiran yang berlebihan, atau membebaskan diri dari kebosanan. Karena kandungan nikotin dalam rokok yang dapat membuat kecanduan, remaja dan anak muda yang awalnya hanya sekedar coba-coba akan sulit menghentikan kebiasaan buruknya. Hal inilah yang menyebabkan remaja yang awalnya hanya sekedar coba-coba lalu benar benar menjadi perokok karena kecanduan dan sulit untuk berhenti merokok.
  4. Pengaruh Iklan atau Konten, Melihat iklan di media massa dan sosial yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan, atau terpengaruh kata kata “tidak merokok berarti tidak jantan”, membuat remaja seringkali terpengaruh untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. Kebiasaan merokok juga dapat timbul dari konten konten yang dilihat oleh remaja dan anak anak dibawah umur baik dari media sosial maupun dari media massa, saat remaja dan anak dibawah umur sudah sering melihat konten konten merokok, maka hal itu secara otomatis terprogram dikepala mereka dan tinggal menunggu aktivasi saat remaja merasakan stres. Hal yang terlintas dipikirannya bisa jadi merokok bisa menghilangkan stress, inilah yang menyebabkan mereka mulai mencoba merokok.

Merokok pada umumnya sangat berbahaya pada diri kita sendiri maupun diri orang lain disekitar kita yang ikut menghirup asap rokok atau menjadi perokok pasif. Dalam sebatang rokok banyak mengandung zat-zat berbahaya seperti nikotin dan tar yang dapat merusak organ tubuh manusia, diantaranya yaitu kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. Merokok bahkan menyebabkan dampak yang lebih besar kepada remaja jika dibandingkan dengan orang yang sudah dewasa, diantaranya yaitu mengganggu prestasi belajar di sekolah, perkembangan paru-paru terganggu, terlihat lebih tua dari usianya, lebih sulit sembuh disaat sakit karena rokok melemahkan sistem imun di dalam tubuh, sering memiliki jerawat atau masalah kulit lainnya serta menimbulkan plak pada gigi, dan juga kecanduan, saat memutuskan untuk berhenti merokok maka akan muncul gejala sakau seperti depresi, sulit tidur, mudah marah, dan juga menimbulkan masalah mental yang dapat berdampak negatif pada kinerja remaja di sekolah dan sikap perilakunya.

Pencegahan harus lebih diutamakan dari pada pengobatan seperti kata pepatah “Mencegah lebih baik daripada mengobati”. Jangan sekali kali mencoba untuk merokok karena hampir dari semua yang terjerumus berawal dari coba-coba, pikirkan bentuk pergaulan dengan sebaik-baiknya jangan sampai terjerumus kedalam pergaulan yang salah terutama merokok karena jika sudah terjerumus dan kecanduan, maka akan sulit sekali untuk berhenti merokok lagi. Mencegah remaja untuk merokok jauh lebih baik daripada menunggu remaja menjadi perokok lalu melakukan pengobatan atau terapi berhenti merokok kepada mereka. Menekankan pada pencegahan merokok maka perlu dipikirkan cara dan upaya yang lebih sungguh sungguh dan terpadu baik itu di sekolah, di rumah dan melibatkan pihak-pihak lain. Cara pencegahan agar remaja tidak merokok yaitu mengadakan sosialisasi tentang bahaya dan akibat dari penggunaan rokok dari pusat pencegahan merokok kepada para remaja di sekolah, orang tua mengawasi dan tidak mencontohkan anaknya untuk merokok, serta remaja harus pintar-pintar menahan diri agar tidak mudah dipengaruhi oleh teman yang merokok, serta harus bergaul dengan teman-teman yang baik.

Sumber :

Atkinson (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat (2001). Buku Pedoman Umum Tim Pembina, Tim Pengarah & Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa. Direproduksi oleh Proyek Peningkatan Kesehatan Khusus APBD 2002.

Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih Bahasa oleh Soedjarmo & Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.

Mappiare, A. (1992). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Azwar, S. 2002. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset.

Kozier, B (1991. Fundamental of Nursing : Concept, Process, and Practice.

Fourth Edition. California : Addison-Wesley Publishing Company.

Stuart & Sundeen (1998). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. 6 th. Ed. Philadelphia: The C V Mosby.