Apa itu hubungan sedarah, dan apakah hal tersebut merupakan gangguan seksual?
Hubungan sekerabat atau merupakan suatu gangguan perilaku seksual di mana seseorang tertarik pada anggota keluarganya sendiri atau melakukan persetubuhan dengan orang yang masih terikat garis keluarga. Tindakan ini dilarang oleh hukum, salah satunya pasal 294 ayat 1 KUHP dan agama maupun adat. Meskipun hubungan sedarah merupakan hal yang tabu, kenyataannya kasus ini marak terjadi, bahkan beberapa juga disertai dengan kekerasan. Hubungan sedarah termasuk sebagai penyimpangan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima, dimasukkan ke dalam golongan parafilia sebagai sebuah ketertarikan yang kuat terhadap individu, benda atau sesuatu yang tidak wajar.
Kasus seperti ini sebenarnya kerap terjadi di lingkungan sekitar, namun kebanyakan korban bungkam karena pelakunya masih keluarga mereka sendiri. Belakangan ini viral kasus terkait komunitas Facebook yang isinya merupakan orang-orang yang tertarik dengan keluarga mereka sendiri. Dengan anggota mencapai kurang lebih 32.000 orang, dan mengunggah berbagai konten tidak senonoh di mana objeknya adalah anggota keluarganya sendiri, terutama anak-anak, sebagai individu yang sering sekali menjadi korban hubungan sedarah.
Penyimpangan ini dapat muncul karena faktor internal seperti trauma masa lalu, maupun faktor eksternal seperti sering melihat konten video yang tidak pantas. Rasa tertarik dengan orang lain sebenarnya merupakan hal yang wajar dimiliki oleh manusia, namun ketertarikan sedarah merupakan hal yang salah dan dapat menimbulkan banyak dampak negatif khususnya bagi korban.
Dampak apa saja yang dapat dialami korban dari hubungan sedarah?
Korban hubungan sedarah menghadapi banyak tantangan psikologis, mulai dari trauma hingga gangguan kepercayaan diri, yang semakin diperparah dengan pandangan serta sikap masyarakat sekitar. Dalam beberapa kasus korban hubungan sedarah sering kali dianggap aib oleh masyarakat sekitar, bahkan disalahkan atas perlakuan tidak pantas yang mereka terima. Sikap serta pandangan buruk ini, akhirnya menjadi beban tersendiri bagi korban sehingga berujung pada trauma atau bahkan depresi. Setiap kasus yang melibatkan perilaku tidak pantas, seharusnya yang disalahkan di sini adalah pelaku, mereka yang tidak bisa mengendalikan hasrat, serta mereka yang membuang akal sehat mereka.
Dampak psikologis yang dapat dialami korban hubungan sedarah sangat beragam, bahkan dapat mempengaruhi kehidupan korban ke depannya. Salah satu dampak dari hubungan sedarah adalah trauma, yakni kondisi yang dapat muncul setelah seseorang mengalami hal buruk yang ditandai dengan munculnya gejala takut, panik serta kecemasan berlebihan, hingga perasaan enggan dan takut untuk bersosialisasi. Pada kasus hubungan sedarah, trauma dapat muncul dari rasa “penghianatan” yang dilakukan oleh orang terdekat korban, orang yang seharusnya memberikan rasa aman serta menjadi tempat berlindung. Trauma yang dialami korban hubungan sedarah bukan hanya sekedar rasa takut sesaat, tetapi juga dapat berkembang menjadi gangguan stres pascatrauma (PTSD), di mana korban mengalami kilas balik, mimpi buruk, hingga rasa takut serta cemas yang berlebihan. Kondisi ini tentunya akan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari serta membuat korban sulit membuka diri kepada orang lain.
Selain trauma korban hubungan sedarah juga rawan mengalami depresi, perasaan sedih, malu, serta cibiran dari masyarakat sekitar dapat memperburuk kondisi mental. Korban hubungan sedarah kebanyakan adalah anak-anak dari berbagai rentang usia, mereka yang seharusnya masih memiliki banyak mimpi, harus terbelenggu dengan label aib keluarga oleh masyarakat sekitar. Adanya orang-orang yang menyalahkan korban, mempertanyakan mengapa mereka tidak melawan, berteriak atau berlari. Mereka semua adalah orang yang sebenarnya tidak paham akan rasa takut yang dialami korban saat itu, mereka yang memiliki empati rendah, dan mereka yang menyalahkan korban karena dianggap memancing. Kehadiran orang-orang seperti inilah yang membuat korban enggan bercerita, apalagi pada kasus tindakan tidak pantas terhadap keluarga sendiri, pelakunya adalah orang terdekat korban, sehingga semakin susah untuk menceritakan. Karena inilah kebanyakan korban memilih untuk tidak menceritakan kejadian buruk yang dialaminya, sehingga akhirnya mereka menjadi depresi, dan mengurung diri dari dunia luar. Sikap masyarakat serta keluarga yang seperti ini tentunya dapat berakibat terhadap kondisi mental korban, membuat mereka kehilangan rasa kepercayaan diri, bahkan sampai menganggap diri mereka sendiri kotor. Kondisi seperti inilah yang seharusnya bisa dicegah oleh keluarga agar tidak merambat ke hal yang berbahaya seperti menyakiti diri sendiri.
Bagaimana perlakuan masyarakat terhadap korban hubungan sedarah serta bagaimana seharusnya keluarga dan masyarakat memperlakukan korban?
Hubungan sedarah merupakan suatu penyimpangan yang tidak hanya melanggar hukum, agama, serta norma di masyarakat, tetapi juga dapat memberikan dampak yang serius terhadap psikologis korban. Trauma, depresi, serta munculnya gangguan kepercayaan diri sangat mungkin dialami korban dan dapat semakin diperparah dengan adanya pandangan negatif dari masyarakat, pandangan yang menyalahkan para korban, serta pengucilan yang menjadi beban tersendiri bagi korban. Kondisi seperti ini yang nantinya akan membuat korban menyalahkan dirinya sendiri dan merasa harus bertanggung jawab atas kemalangan yang dialaminya sendiri. Karena itulah sangat penting bagi keluarga dan masyarakat, untuk menghilangkan anggapan tersebut, keluarga serta masyarakat seharusnya memberi dukungan penuh pada korban, agar mereka dapat kembali menjalani aktivitas seperti biasanya. Kita tidak perlu melakukan hal besar cukup dengan menerima, mau mendengarkan cerita korban tanpa menghakiminya, itu sudah menjadi dukungan tersendiri bagi korban.
Korban hubungan sedarah bukanlah aib yang harus dihilangkan, mereka adalah pihak yang paling menderita di sini. Tidak ada satu pun orang yang mengharapkan dirinya menjadi korban, karena itulah menyalahkan korban bukanlah tindakan yang bijak untuk dilakukan. Kita seharusnya mengulurkan tangan kita kepada korban, membantu mereka untuk kembali bangkit dengan begitu kita bisa menyelamatkan masa depan korban.
