Cinta Tanah Air, Profesionalitas, dan Masa Depan

Sebuah prestasi apabila kita mendapatkan penghargaan dari suatu kejuaran bergengsi. Baru baru ini Indonesia baru saja mendapatkan penghargaan bergengsi melalui atletnya yang berlaga di ajang olimpiade Tokyo. Atlit tersebut mendapatkan medali emas di nomor ganda putri bulu tangkis. Medali juga di sumbangkan atlit tunggal putra bulu tangkis yang menmpati juara ketiga. Membanggakan memang meraih suatu prestasi yang dapat menjunjung tinggi nama Indonesia, di tambah dengan berkibarnya sang merah putih dan berkumandangnya lagu Indonesia raya menambah rasa cinta tanah air dari setiap orang seharusnya.

Ada hal menarik yang ingin penulis sampaikan tentang cinta tanah air dengan sikap prefesional. Sikap prefesional perlu di tunjukkan Ketika kita menekuni suatu bidang tertentu tak terkecuali olahraga. Pada saat olimpiade Tokyo kemarin, publik Indonesia sedikit menyoroti perjuangan salah satu atlet asal Guatemala yaitu Kevin Cordon. Dilansir dari Kompas.com, Kevin Cordon adalah pembulu tangkis asal Guatemala ini dapat di bilang pembulu tangkis yang cukup berumur. Kevin Cordon sudah mengikuti kejuaraan olimpiade sebanyak 3 kali sebelum olimpiade Tokyo dan prestasinya tak lebih dari babak 16 besar. Namun di olimpiade Tokyo, Kevin Cordon berhasil melaju ke babak semi final yang akhirnya tetap kalah dari wakil Denmark. Hal yang perlu di soroti adalah pelatih dari Kevin Cordon sendiri yang asli orang Solo, Jawa Tengah yaitu Muamar Qadafi.

Melatih tim dari negara lain dan akhirnya melawan negaranya sendiri tidaklah mudah. Perlu adanya sikap prefesional atas profesinya yaitu pelatih. Hal ini terbukti pada pertandingan perebutan juara ketiga yang mempertemukan atlet tunggal putra Indonesia melawan Kevin Cordon asal Guatemala. Pelatih Muamar Qadafi atalah satu contoh dari banyaknya contoh generasi generasi Indonesia yang akhirnya harus berjuang di negara lain. Sikap cinta tanah air akan di perlukan disini, mereka semua mencintai tanah air Indonesia. Namun, disisi lain mereka perlu bekerja untuk mencukupi kebutuhan hariannya. Ada lagi contoh atlet bulu tangkis legendaris Indonesia, Hendrawan. Hendrawan adalah atlet pembulu tangkis legendaris peraih medali perunggu pada olimpiade Sydney. Hendrawan sempat melatih Lee Chong Wei asal Malaysia.

Cinta Tanah Air seharusnya tertanam dalam diri tiap tiap warga negara. Hal itulah yang tertanam pada diri atlet atlet yang berjuang demi nama negara. Namun tak jarang ada generasi muda Indonesia yang akhirnya memilih untuk pindah kewarganegaraan hanya untuk mendapatkan kesempatan berkompetisi di kelas dunia. Dilansir dari Suara.com, terdapat beberapa atlet yang akhirnya berjuang atas nama negara lain. Hal ini mungkin saja karena kesempatan berkompetisi yang terbuka lebar di negara lain karena persaingan antar atlet di Indonesia cukup ketat hingga pada regulasi dari federasi bulu tangkis Indonesia yang sedikit tidak jelas. Seperti contoh atlet Australia bernama Setyana Mapasa. Setyana lahir di Manado, Sulawesi Utara yang akhirnya pindah ke Australia pada tahun 2013. Ada juga atlet asal Indonesia bernama Ade Rezky Dwi cahyo. Ade akhirnya membela Azerbaijan yang menyodorkan proposal pada tahun 2017.

Fenomena pindahnya atlet atlet generasi emas Indonesia seharusnya memberikan tamparan keras pada federasi olahraga Indonesia. Para atlet yang kemudian memutuskan untuk pindah kewarganegraan pastinya memiliki alsan tersendiri untuk pindah. Minimnya apresiasi mungkin juga menjadi alas an kenapa para atlit memilih membela negara lain. Tidak hanya dari bulu tangkis, ada atlet Indonesia yang bersinar di sepak bola Eropa yang akhir akhir ini menjadi sorotan karena federasi sepakbola Indonesia yang meminta atlet tersebut untuk menjadi warganegara Indonesia.

Dilansir dari Bola.com, salah satu klub asal italia yang berlaga di Seria A yaitu, Sampdoria memiliki kipper berdarah Indonesia yaitu Emil Audero. Emil sempat menjadi buah bibir media juga warga negara setelah tampilan epiknya Bersama Sampdoria. Hal itu memikat staf pelatih juga direktur teknik tim nasional sepak bola Indonesia. Hal itu kemudian di tanggapi oleh ayahnya yang menanyakan jika Emil berlaga Bersama Timnas akan mendapatkan apa. Menurut ayahnya Emil, jika emil ingin bermain ke piala dunia maka pilihan realistisnya akan membela Italia. Namun hal itu menuai tanggapan yang beragam dari warga Indonesia yang menyetujui tanggapan dari ayah Emil. Namun ada juga yang menyayangkan pilihan emil jika masuk ke Timnas Italia yang tentunya persaingan Kiper Italia sangat berat.

Yang menjadi menarik adalah minimnya prestasi pada olahraga tertentu membuat banyak atlet yang memilih pindah negara untuk dapat dengan mudah tampil di kancah Internasional. Minimnya apresiasi dari federasi terkait juga menyebabkan semakin yakin para atlet untuk pindah negara demi masa depan karir olahraganya. Seperti kata mantan pembulu tangkis Hariyanto Arbi pada Tempo.co, Indonesia terkenal dengan bulu tangkisnya. Maka tak jarang bahwa persaingan antar atlet Indonesia untuk berkompetisi Di kancah Internasional menjadi sangat sengit. Tak hanya itu, terdapat 25 pelatih badminton asal Indonesia yang melatih negara lain.

Hal inilah yang menjadi dilema bahwa cinta tanah air akan terus ada pada diri warga Indonesia. Namun mereka juga harus prefesional ketika profesinya menuntut untuk prefesional di atas rasa cintah tanah air. Namun, masa depan yang cerah juga akan menjadi pertimbangan yang berat bagi para generasi generasi emas Indonesia. Federasi seharusnya mampu meyakinkan kepada para atletnya supaya untuk terus berkompetisi dan dapat berprestasi yang nantinya seluruh atlet akan di apresiasi oleh semua warga negara.

Daftar Rujukan :

  • Andryanto, S. (2021). Hariyanto Arbi: 25 Pelatih Badminton Indonesia di Luar Negeri, ini Daftarnya. Retrieved 30 November 2021, from https://sport.tempo.co/read/1495393/hariyanto-arbi-25-pelatih-badminton-indonesia-di-luar-negeri-ini-daftarnya

  • Apriadi, A. (2021). 8 Pebulutangkis dan Pelatih Indonesia yang Bela Negara Lain di Olimpiade Tokyo 2020. Retrieved 30 November 2021, from https://www.suara.com/sport/2021/07/29/120246/8-pebulutangkis-dan-pelatih-indonesia-yang-bela-negara-lain-di-olimpiade-tokyo-2020?page=all

  • Harahap, Z. (2021). Ayah Kiper Sampdoria Ogah Putranya Membela Timnas Indonesia, PSSI Tak Mau Ambil Pusing. Retrieved 30 November 2021, from https://www.bola.com/indonesia/read/4722158/ayah-kiper-sampdoria-ogah-putranya-membela-timnas-indonesia-pssi-tak-mau-ambil-pusing

  • Imaduddin, H. (2021). Kisah Perjuangan Kevin Cordon: Dari Aula Gereja ke Semifinal Olimpiade Halaman all - Kompas.com. Retrieved 30 November 2021, from https://www.kompas.com/badminton/read/2021/08/01/08293348/kisah-perjuangan-kevin-cordon-dari-aula-gereja-ke-semifinal-olimpiade?page=all

1 Like