Cerita Dua Founder Buku Lalita Mewujudkan Pemberdayaan Perempuan Indonesia

image
Buku ‘Lalita’ dan dua penulisnya, dari kanan Abigail Limuria dan Grace Kadiman. Sumber foto: https://www.goodnewsfromindonesia.id/

Harusnya ada yang nulis tentang perempuan Indonesia.

Kenapa nggak kita aja?

Kamu mau?

Yuk!

Begitulah percakapan awal di tahun 2016 sang penulis buku Lalita: 51 Cerita Perempuan Hebat Indonesia yang berhasil terjual lebih dari 4000 copies di pasaran. Penulis buku ini ialah mahasiswi yang bersekolah di Biola University, Los Angeles , Amerika Serikat. Ya, Abigail Limuria dan Grace Kadiman. Ide awal penyusunan buku Lalita karena keresahan mereka berdua yang bingung menentukan siapa role model perempuan Indonesia karena sedikitnya akses info terkait profil mereka. Berangkat dari keresahan tadi, Abigail dan Grace mulai mencari-cari tokoh perempuan hebat Indonesia yang namanya masih awam terdengar.

Pemberian nama “Lalita” diambil dari bahasa sansekerta yang berarti bahagia, jelita, riang, dan pandai berucap. “Lalita” ditujukkan sebagai representasi para perempuan Indonesia yang aktif, tak terbatas, cerdas, tangguh, dan berambisi. Arti kata ini juga mengkonotasikan bahwa perempuan tak hanya identik dengan kecantikkan. Latar belakang berdirinya Lalita pun cukup unik. Berdirinya Lalita berawal dari pemikiran banyaknya perempuan hebat Indonesia namun masih banyak yang belum diketahui oleh publik, sehingga memunculkan ide untuk membuat buku yang khusus menceritakan tokoh perempuan hebat Indonesia.

Pangsa pasar buku Lalita telah memiliki jangkauan yang luas, karena berhasil menjamah hingga ke luar negeri. Awalnya sang penulis tak menyangka buku Lalita akan meledak di pasaran. Antusiasme yang begitu besar bahkan saat peluncuran perdananya, penulis memutuskan untuk membentuk Lalita Project supaya buku Lalita tetap bisa bertahan di pasaran. Hadirnya Lalita Project sejatinya untuk merepresentasikan Empowerment Indonesian Women Through Storytelling and Idea Sharing .

Nilai yang ingin disampaikan penulis dengan membangun Lalita Project adalah nilai mengenai role model, seperti tujuan awal penyusunan buku Lalita. Lewat buku Lalita, ia seolah memberi tahu bahwa kita haruslah bangga bisa terlahir sebagai perempuan Indonesia. Lewat Lalita diharapkan bisa memperlihatkan bahwa masih banyak tokoh perempuan Indonesia yang mungkin belum diketahui oleh khalayak. Tokoh yang selama ini awam di telinga, namun realitanya sudah memberi dampak nyata bagi Indonesia.

Hadirnya buku Lalita, diharapkan mampu menciptakan mimpi perempuan Indonesia yang lebih beragam. Penulis mengkritisi, bahwa perempuan Indonesia sebenarnya telah bermimpi besar, tapi mimpinya mirip-mirip. Maka dari itu, Lalita hadir untuk memberi tahu bahwa masih banyak pekerjaan yang bisa kita lakukan sebagai perempuan untuk di eksplorasi lebih jauh.

Lalita Project memiliki 3 esensi yang ingin dibawa yaitu, supaya masyarakat Indonesia lebih mengenali bahwa masih banyak tokoh perempuan Indonesia yang telah berkontribusi secara nyata bagi Indonesia, untuk memberikan apresiasi terhadap tokoh-tokoh perempuan tersebut, dan yang terakhir agar masyarakat Indonesia lebih bisa mengenali mimpi mereka dan melahirkan mimpi-mimpi yang lebih beragam–dengan kata lain agar mimpi masyarakat Indonesia tidak hanya itu-itu saja.

Buku Lalita ialah sebuah buku yang mengisahkan perempuan hebat Indonesia. Abigail dalam sebuah wawancara yang dilakukan bersama penulis (6/10/2020) menyampaikan, “Kita harus selalu ingat akan diskriminasi atas tantangan atau ketidakadilan yang itu tidak hanya hadir di lingkup eksternal tetapi terkadang hadir di pemikiran kita sendiri. Jadi, kebanyakan perempuan sibuk memerangi ketidakadilan di luar tapi yang ada di pikirannya sendiri di diemin. Jadi, alangkah lebih baiknya kalau kita juga sadar bahwa ada beragam halangan, rintangan, yang ada dalam pikiran kita, dan kita harus memerangi itu juga. Kita harus berani melangkah dulu, kita bisa belajar di tengah jalan, dan kalaupun gagal ya udah gapapa. Karena seserem-seremnya gagal masih lebih serem kalau kita menyesal karena tidak pernah mencoba”, begitu pungkasnya.

1 Like