Cerita Anak "Sarah Si Baik Hati"

SARAH SI BAIK HATI

Sarah adalah anak yang pintar. Ia menempuh pendidikan disalah satu sekolah dasar yang terletak di kota Yogyakarta. Sarah memang anak yang pintar, tetapi ia sering kali diejek dan dijauhi teman-temannya karena ia pendek dan berasal dari keluarga yang kurang mampu. Meskipun begitu, Sarah tetap tekun dan giat belajar demi menggapai apa yang dicita-citakan. Setiap jam istirahat, Sarah tidak pergi ke kantin. Akan tetapi, ia tetap berada di dalam kelas untuk memakan bekal yang sudah dibawakan ibunya. Sarah senang sekali karena setiap hari dibawakan bekal untuk ibunya. Hal itu membuatnya tidak boros dan justru lebih menghemat uang.

Pada suatu hari saat jam istirahat berlangsung, Sarah memakan bekalnya di dalam kelas. Ia di dalam kelas sendirian karena teman-temannya pergi ke kantin. Saat sedang menikmati bekal yang dibawakan oleh ibunya, tiba-tiba Lia dan gengnya menghampiri Sarah dan mendorong pundak Sarah. Sarah yang tidak tahu apa-apa pun terkejut. Ia merasa tidak memiliki salah dengan Lia dan juga teman-temannya. Lia ternyata dengan sengaja mendorong pundak Sarah lumayan keras sehingga Sarah sedikit terhuyung ke arah samping. Meskipun diperlakukan seperti itu, Sarah tidak marah dengan Lia. Hal seperti itu kerap dialami oleh Sarah, tetapi ia sama sekali tidak pernah melaporkan hal tersebut kepada guru ataupun orang tuanya.

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Para siswa-siswi termasuk Sarah bergegas untuk pulang. Di sepanjang koridor kelas, kerap kali teman-temannya mengejek dengan kata-kata “Sarah pendek, sarah anak orang miskin.”. Namun, Sarah tetap melanjutkan perjalannya hingga akhirnya ia tidak sengaja melihat Lia yang sedang berbicara dengan seorang wanita. Sarah tidak tahu siapa wanita itu, tetapi sepertinya wanita itu adalah ibu Lia. Dari kejauhan, Sarah bisa melihat Lia yang dibentak-bentak oleh ibunya. Akhirnya Sarah menghampiri Lia dan ibunya yang berada di dekat taman sekolah.

“Selamat siang, Ibu.”, ucap Sarah dengan ramah.
“Siang.”, jawab ibu Lia dengan lembut.
“Temannya Lia ya?”, tanya ibu Lia.
“Iya, Ibu. Perkenalkan saya Sarah, teman satu kelasnya Lia.”, jawab Sarah.
“Sarah yang selalu jadi juara kelas itu ya?”, tanya ibu Lia.

Sarah yang ditanya seperti itu hanya tersenyum ramah. Ternyata ibu Lia tahu bahwa Sarah adalah anak yang pintar dan selalu menjadi juara kelas. Sarah bertanya mengapa ibu Lia memarahi Lia dan dijawab oleh beliau bahwa anaknya mendapat nilai ulangan di bawah KKM. Kemudian, Ibu Lia meminta tolong kepada Sarah untuk menjadi teman belajar Lia. Dengan senang hati Sarah menerima. Namun, sepertinya Lia enggan untuk belajar bersama dengan Sarah. Atas bujukan dari ibunya, Lia mau belajar bersama dengan Sarah. Ibu Lia melakukan hal tersebut karena pada ulangan-ulangan sebelumnya nilai Lia selalu di bawah rata-rata. Oleh karena itu, ia meminta bantuan kepada Sarah yang mana merupakan si juara kelas untuk menjadi teman belajar Lia. Setiap pulang sekolah, Sarah dan Lia akan belajar di rumah Lia. Hal ini dilakukan atas keinginan Sarah agar Lia tidak ikut diejek ataupun dijauhi oleh teman-temannya. Lia menyembunyikan hal ini dari teman-temanya. Ia menyembunyikan fakta bahwa ia dan Sarah belajar bersama setiap pulang sekolah di rumahnya.

Suatu hari yang cerah, Lia bersama dengan teman-temannya berjalan di koridor dengan angkuhnya. Ketika mereka melihat Sarah, teman Lia yang bernama Shinta menghampiri Sarah. Shinta dengan sengaja menyenggol bahu Sarah. Sarah hanya diam saja dan tidak menanggapinya. Hal itu membuat Shinta jengah.

“Kenapa diam aja?”, tanya Shinta.

Sarah pun tetap diam ketika ditanya oleh Shinta. Ia bersikap seperti itu karena tidak ingin membuat keributan di sekolah. Ia ingat bahwa orang tuanya bekerja keras membanting tulang agar ia bisa bersekolah. Tentunya ia juga tidak ingin membuat orang tuanya kecewa. Shinta yang merasa jengah pun mengejek Sarah. Hal itu diikuti dengan Ita. Mereka berdua mengejek Sarah di depan teman-temannya. Pada saat itu, guru-guru sedang rapat. Jadi tidak ada yang dapat menegur Shinta dan Ita. Tidak tahan dengan perlakuan kedua temannya, Lia pun segera menegur.

“Kalian kenapa sih?”, tanya Lia dengan nada tidak suka.
“Kamu yang kenapa? Kenapa jadi bela anak miskin ini?”, jawab Shinta.

Ketika Shinta bertanya seperti itu, Lia hanya diam saja. Ia tidak tahu akan menjawab bagaimana karena jika Lia menjawab jujur sama saja ia membongkar hal yang disembunyikan dari kedua temannya. Lia membela Sarah ketika ada teman-temannya termasuk kedua teman dekatnya yang mengejek Sarah. Hal seperti itu ia lakukan berkali-kali hingga membuat kedua temannya pun ikut menjauhi Lia. Bahkan kedua temannya mengejek Lia juga karena mau berteman dengan Sarah. Namun demikian, Lia tidak ambil hati dengan ejekan dari teman-temannya. Ia justru bersyukur karena mendapatkan teman seperti Sarah. Mereka berdua pun tetap menjadi teman belajar dan menjadi sahabat. Bahkan mereka berdua memperoleh prestasi yang luar biasa, yaitu menjuarai lomba di tingkat kabupaten.