Rumah Cokelat
Karya Ida Puspita Ningrum
Gambar dari Bobo Grid
https://bobo.grid.id/read/083547359/5-unsur-cerita-dongeng-tokoh-latar-alur-tema-dan-amanat?page=all
Pulang sekolah, Nina membuka pintu kamarnya dengan keras. Ia kesal dengan ibunya karena tidak memperbolehkannya memakan cokelat. Akhirnya ia mengambil sepedanya di garasi dan pergi dengan mengayuh sepeda. Pikirannya saat ini adalah sampai ke rumah Caca, temannya.
Sekitar 10 menit Nina mengayuh sepedanya, ia sampai di depan rumah Caca. Nina turun dari sepeda dan berjalan ke arah pintu lalu mengetuknya, “Cacaaa,” panggil Nina. Tidak ada jawaban dari dalam rumah. Nina masih berusaha memanggil lagi sampai 3 kali tetapi masih tak ada jawaban juga. Dengan perasaan kesal bercampur sedih, Nina mengayuh sepedanya lagi, tak tahu tujuannya kali ini akan kemana. Karena Nina mengayuh sepeda dengan melamun, tak sadar ada batu di depannya dan Nina terjatuh, “brukkk”. Kepala Nina terbentur aspal dan ia pingsan.
Nina membuka matanya, betapa terkejutnya ia ketika melihat sekelilingnya sudah dipenuhi dengan bangunan berwarna cokelat. Kemudian tanpa sengaja ia melihat sebuah tulisan “Rumah Cokelat,” batinnya.
“Hai,” ucap seseorang mengagetkan Nina.
“Kamu siapa?” tanya Nina sambil memperhatikan tubuh orang tadi.
“Aku Choco,” jawabnya.
“Aku ada di mana?” tanya Nina lagi.
“Kamu ada di Rumah Cokelat, Nina. Kamu bisa makan semua cokelat yang ada di sini.” Nina terkejut ketika Choco mengetahui namanya, namun ia juga senang karena bisa memakan cokelat sepuasnya, dan menghiraukan Choco.
“Ayo, aku ajak kamu berkeliling,” ajak Choco.
Nina berjalan dan mengikuti Choco dibelakang. Nina sangat terkagum-kagum dengan semua bangunan dan benda yang terbuat dari cokelat tersebut. Nina memakan begitu banyak cokelat. Nina menaiki wahana yang terbuat dari cokelat juga, pokoknya hari ini Nina sangat senang sekali.
“Nina, aku pergi dulu ya. Bersenang-senanglah sampai kamu puas. Kamu bisa naik banyak wahana juga di sini.” pamit Choco.
Nina sudah tidak memikirkan lagi tentang Ibunya yang membuatnya kesal karena ia tidak diperbolehkan makan cokelat, yang ada dipikiran Nina sekarang adalah memakan cokelat yang ada di sana semuanya.
Tiba-tiba perut Nina sakit, ia memanggil-manggil Choco untuk meminta bantuan tetapi Choco mendadak menghilang. Nina pingsan.
“Nina, bangun sayang,” Ibu Nina berusaha membangunkan Nina. Nina bangun dan terkejut, dalam batinnya mengapa ia sudah ada di kamarnya, bukankah ia tadi berada di rumah cokelat.
“Ibu, perutku sakit. Maafkan Nina tidak mendengarkan nasehat ibu. Nina ngga mau lagi banyak makan cokelat. Perut Nina sakit.” Nina menangis di pelukan ibunya.
“Maafkan ibu juga ya, sayang. Seharusnya ibu lebih memberi pengertian ke kamu kalau memakan makanan terlalu banyak juga tidak baik.”
Sejak saat itu, Nina tidak lagi banyak makan cokelat, ia hanya makan cokelat jika ia sedang sedih saja. Karena Nina takut kalau terlalu banyak makan cokelat, ia akan sakit perut lagi.