Cegah Stunting dengan Pola Makan Bergizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan Anak

Stunting menggambarkan terhambatnya pertumbuhan anak di bawah usia tahun akibat kekurangan gizi kronis terutama pada hari pertama kehidupan (HPK) sehingga menyebabkan anak menjadi terlalu kecil untuk usianya. Angka stunting anak di Indonesia diperkirakan mencapai 37% pada anak di bawah usia lima tahun. Stunting mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap status kesehatan (Hall et al., 2018). Adapun ciri lain anak terkena stunting yaitu:

  1. Tinggi badan pendek
  2. Berat badan rendah
  3. Perkembangan fisik tertunda
  4. Gangguan kognitif
  5. Penurunan energi dan aktivitas
    Pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada periode emas, yaitu 1.000 hari pertama kehidupan, tidak dapat diabaikan. Selama periode ini, mulai dari dalam kandungan hingga usia 2 tahun, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Hal ini memiliki dampak besar pada kesehatan anak di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi para ibu untuk memberikan perhatian serius pada masa awal kehidupan anak-anak nya. Periode 1.000 hari pertama kehidupan meliputi masa dalam kandungan pemberian ASI eksklusif, dan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Jika tidak memberikan perhatian yang serius pada periode ini, risiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akan meningkat. Gangguan yang terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan, dan sebagian besar bersifat permanen (Gerakan 1.000 HPK, 2013)

Status gizi masa lalu dapat mempengaruhi kondisi kesehatan saat ini dan di masa depan. Ibu harus selalu memiliki status gizi yang baik sebelum dan selama hamil untuk memastikan pemenuhan gizi bagi janinnya. Makanan yang dikonsumsi ibu tidak perlu mahal, tetapi harus memiliki kuantitas dan kualitas yang cukup. Dengan asupan gizi yang sehat dan seimbang, pertumbuhan dan perkembangan janin dapat terdukung dengan baik. Perlu diingat, ibu hamil sebaiknya juga mengontrol asupan gula dan makanan berlemak seperti gorengan dan makanan bersantan. Hal ini akan berdampak pada penambahan berat badan ibu hamil, yang pada akhirnya akan mempengaruhi berat badan bayi yang lahir dengan berat lebih dari 4 kg. Bayi dengan berat badan lahir 4 kg memiliki resiko mengalami obesitas dan diabetes melitus di kemudian hari.

Berikut ini adalah nutrisi yang diperlukan selama kehamilan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang optimal sehingga bayi lahir dengan sehat:

  1. Energi
    Selama 3 bulan pertama kehamilan, ibu hamil membutuhkan tambahan energi sebanyak 180 kkal.

  2. Protein
    Protein sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin agar berjalan dengan optimal, serta untuk pembentukan sel-sel darah merah baru di dalam tubuh janin. Lebih baik mengonsumsi protein hewani daripada protein nabati.

  3. Lemak
    Lemak memiliki peran penting dalam membantu proses pembentukan ASI. Sumber lemak yang baik antara lain telur, daging, sosis, dan mentega.

  4. Karbohidrat
    Disarankan untuk mengonsumsi karbohidrat kompleks, karena kandungan seratnya dapat mencegah sembelit selama kehamilan.

  5. Vitamin
    Semua jenis vitamin diperlukan oleh ibu selama kehamilan, terutama vitamin A yang bermanfaat untuk pertumbuhan janin, pergantian sel baru di semua jaringan tubuh dan sel saraf, pembentukan tulang dan gigi janin, mencegah kelainan bawaan pada bayi, serta meningkatkan daya tahan tubuh ibu hamil.

  6. Mineral
    Untuk memastikan pertumbuhan janin yang optimal, diperlukan beberapa mineral seperti kalsium, zink, yodium, dan zat besi. Zink sangat penting untuk perkembangan jaringan otak, dan dapat ditemukan dalam makanan seperti tiram, daging sapi, dan kuning telur. Yodium juga sangat dibutuhkan untuk hormon tiroksin yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan otak bayi, dan dapat ditemukan dalam makanan seperti udang lobster, ikan sarden, dan susu. Sementara itu, zat besi dapat ditemukan dalam makanan seperti hati sapi, sayuran hijau, dan tempe.
    Pemberian ASI Eksklusif kepada bayi yang baru lahir sampai usia 6 bulan. Selanjutnya diberikan MP-ASI setelah bayi berusia 6-12 bulan, tetapi pemberian ASI tetap dilakukan sampai kurang lebih umur 2 tahun. Berikut tahapan pemberian MP-ASI kepada bayi berusia 6-12 bulan :

  7. Usia 6-7 bulan, kita dapat memberikan makanan dalam bentuk cair-lumat. Makanan cair dapat berupa sari buah jeruk, sari brokoli, dan sari wortel. Sedangkan makanan lumat dapat diberikan dalam bentuk pure buah yang diblender, seperti pure apel, pure melon, pure pisang, pure pepaya, pure semangka, pure pir, dan pure labu kuning. Buah dan sayur merupakan bahan makanan yang mudah dicerna oleh usus bayi. Perlu diingat bahwa pada awal pemberian MP-ASI, pencernaan bayi belum sepenuhnya matang dan masih beradaptasi dengan makanan. Oleh karena itu, pemberian makanan harus mempertimbangkan agar tidak terlalu membebani pencernaan bayi. Pilihlah buah yang matang, tidak terlalu asam, dan tidak mengandung gas, karena dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada bayi.

  8. Usia 7-8 bulan, tekstur MP-ASI mulai diberikan dalam bentuk yang lebih padat, yaitu dalam bentuk lumat. Tepung-tepungan seperti tepung beras putih, tepung beras merah, tepung kacang hijau, tepung jagung, tepung kacang merah, dan tepung kacang kedelai dapat diberikan sebagai sumber karbohidrat dan protein. Terdapat berbagai variasi bubur susu yang dapat kita buat, seperti bubur susu beras putih sari melon, bubur susu jagung, bubur susu beras merah pisang, dan masih banyak variasi lainnya. Untuk campuran susu, sebaiknya menggunakan ASI. ASI ditambahkan setelah bubur matang agar tidak merusak komposisi gizi yang terkandung dalam ASI. Makanan selingan yang bisa diberikan pada bayi usia ini, seperti biskuit bayi, buah, bubur sum - sum.

  9. Usia 8-9 bulan, mulai diberikan bentuk makanan bubur saring dengan bahan makanan seperti tahu, tempe, bermacam sayuran, dan berbagai macam sumber protein. Seafood dan kacang-kacangan dapat menyebabkan alergi sehingga perlu dipantau terlebih dahulu. Untuk membuat bubur saring semua bahan makanan dimasak kemudia disaring.

  10. Usia 9-12 bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan kasar (lembek) dalam bentuk makanan tim. Frekuensi pemberian makanan bagi bayi usia 9-12 bulan adalah 3-4 kali sehari, sementara ASI tetap diberikan. Tergantung pada nafsu makannya, dapat diberikan 1-2 kali makanan selingan. Makanan selingan yang cocok untuk usia ini antara lain biskuit bayi, puding buah/susu.

    Saat membuat MP-ASI untuk usia 6-12 bulan, disarankan untuk tidak menggunakan gula, garam, dan bahan penyedap rasa buatan seperti kaldu instan atau MSG (Monosodium Glutamat). Hal ini dikarenakan pertama, kita ingin memperkenalkan rasa asli dari berbagai variasi bahan makanan sehingga pada masa balita tidak ada masalah sulit makan, misalnya anak tidak suka makan sayur atau makanan lainnya. Kedua, gula dapat menyebabkan kerusakan gigi pada bayi dan penambahan gula yang berlebihan dapat memicu peningkatan berat badan pada bayi. Ketiga, konsumsi garam pada bayi dapat membebani kerja organ ginjal yang belum berfungsi dengan sempurna. Keempat, penggunaan bahan penyedap rasa buatan sebaiknya dihindari karena dapat berdampak pada gangguan kesehatan anak di masa depan

2 Likes