Besengek tempe benguk adalah makanan tradisional yang berasal dari Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kulon Progo sendiri berjarak 17 km sebelah barat dari Kota Jogja. Berbeda dengan tempe yang terbuat dari kedelai, tempe benguk sendiri diolah dari bahan baku berupa benguk. Benguk atau Mucuna Pruriens adalah sejenis kacang kara yang tumbuh merambat. Tanaman ini tidak membutuhkan banyak air, sehingga sering ditemukan di tempat-tempat yang tingkat kesuburannya termasuk minim.
Biji benguk memiliki ukuran sebesar kelereng dengan bentuk lonjong dan pipih. Dalam satu polong yang berukuran 10 cm, biasanya berisi 4-6 biji benguk. Biji benguk sendiri berwarna abu-abu hingga kehitaman. Menurut masyarakat Desa Karangsari, Kulon Progo, warna hitam pada benguk memiliki makna filosofi misteri dan menakutkan namun juga memiliki kekuatan. Sedangkan warna abu-abu dimaknai sebagai kecerdasan.
Biji benguk ini memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Mengutip dari Tugu Wisata, dalam 100 gram biji benguk mengandung 55 gram karbohidrat, 130 miligram kalsium, 200 miligram fosfor, 2 miligram besi, 70 SI Vitamin A, 0,3 Vitamin B1, dan 15 gram air. Sumber lain mengungkapkan bahwa biji benguk mengandung protein sebesar 26,3-28,8%, lemak sebesar 6,5-7,2%, serat sebesar 8,5-9,7%, dan karbohidrat sebesar 49,9-61,2%.
Salah satu daerah yang menjadi penghasil biji benguk adalah Wates. Benguk ini diolah oleh masyarakat setempat karena dianggap lebih murah dari segi harga dan lebih mudah diperoleh daripada kedelai. Proses pembuatan tempe benguk membutuhkan waktu yang cukup lama, sama seperti pembuatan tempe pada umumnya. Dalam keadaaan mentah, benguk mengandung racun asam sianida. Untuk menghilangkan racun tersebut, biji benguk harus direndam selama beberapa hari dengan tujuan untuk menghilangkan bau apek dari biji benguk, melunakkan biji, dan memudahkan pelepasan kulitnya.
Setelah proses perendaman, benguk disaring dan dicuci menggunakan air bersih. Saat proses perebusan biji benguk, bisa ditambahkan dengan serbuk abu. Abu tidak merubah rasa benguk, melainkan memudahkan pelepasan kulitnya. Selanjutnya, benguk dikupas dan direndam kembali selama tiga hari untuk menguatkan rasanya. Benguk yang sudah dikupas harus dikukus selama kurang lebih 30 menit.
Setelah didinginkan, benguk tersebut dicampur dengan ragi diaduk agar merata. Benguk yang sudah tercampur dengan ragi lalu dibungkus menggunakan daun pisang dan diikat dengan kencang. Langkah terakhir, diamkan benguk yang sudah dibungkus selama beberapa hari untuk memfermentasi biji benguk tersebut.
Setelah jadi, tempe benguk ini bisa disajikan dengan cara menggorengnya seperti mendoan. Namun masyarakat di daerah Kulon Progo lebih sering mengolahnya menjadi besengek. Besengek sendiri memiliki rasa gurih dan sedikit rasa manis. Proses pembuatan besengek mirip dengan bacem, bedanya hanya pada penambahan santan.
Langkah pertama dalam pembuatan besengek adalah dengan merebus tempe benguk hingga empuk, kemudian membuang air rebusannya. Tempe benguk yang sudah direbus harus dibilas menggunakan air bersih. Setelah itu, tempe benguk dimasak kembali menggunakan santan dan bumbu. Bumbu yang digunakan tergolong banyak, seperti gula jawa, bawang putih, bawang merah, daun salam, ketumbar, jahe, lengkuas, serai, dan garam.
Bumbu-bumbu tersebut dihaluskan dan ditumis hingga harum. Kemudian, tempe benguk dimasukkan ke dalam bumbu tersebut dan ditambahkan dengan santan. Besengek dianggap matang setelah santannya mengental.
Besengek sering disajikan bersama dengan geblek, yang juga merupakan makanan tradisional khas Kulon Progo. Geblek sendiri berbahan dasar dari tepung tapioka dan seringkali berbentuk angka delapan. Memiliki tekstur yang kenyal dan bagian luar yang garing, geblek lebih cocok dikonsumsi selagi masih hangat. Besengek dan geblek sering dijumpai di pasar-pasar maupun pedagang kaki lima. Dengan harga yang terjangkau, besengek ini dijual dengan harga sekitar 3-5 ribu rupiah.
Besengek tempe benguk telah ada sejak lebih dari empat generasi dan merupakan makanan khas yang sudah turun temurun. Menurut liputan iNews, tempe ini terkenal pada tahun 1965. Pada tahun itu, Indonesia mengalami krisis tempe dan menjadikan tempe benguk sebagai menu utama. Jika anda berkunjung ke Kabupaten Kulon Progo, belum lengkap rasanya bila tidak menyambangi pasar tradisional dan mencoba kenikmatan besengek tempe benguk dan geblek.