Bersik Kali Banteng dan Rasulan

Bersik kali banteng merupakan budaya dan adat istiadat yang berada di Desa Wiladeg, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, DI Yogyakarta . Upacara adat ini berkaitan dengan bentuk rasa syukur warga desa atas hasil panen pada tahun tersebut yang puncak acaranya dilakukan upacara adat Rasulan , Upacara ini biasa dilakukan antara bulan Juli-Agustus pada Jumat Legi untuk bersik kali dan Jumat Kliwon untuk Rasulan. Bersik kali banteng sendiri diselenggarakan di dusun Kenteng , disana terdapat patung banteng dan dibelakang patung tersebut terdapat sumber mata air yang masih digunakan warga sampai sekarang.
Upacara ini dimulai dengan pembukaan oleh Bapak Kepala Desa dan sambutan para sepuh serta tamu undangan . Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan seni tari Reog oleh pemuda setempat . Saat pertunjukan berlangsung para arak arakan nasi ingkung dan segala perlengkapannya bersiap memasuki area acara. Ketika sudah selesai dan barang sudah di letakkan di dekat patung para sepuh akan memulai upacara adat atau kirim doa tersebut diikuti oleh semua warga yang terlibat. Menuju rangkaian akhir saat doa sudah selesai para sepuh dan panitia acara akan membagi segala macam makanan tersebut kepada warga , tak jarang juga terjadi perebutan berkat pada sesi itu karena diyakini makanan tersebut penuh berkah sehingga warga berlomba – lomba untuk mendapatkannya dan sebanyak mungkin untuk dibagi kepada keluarga dirumah.
Berselang 2 minggu sejak upacara adat Bersik Kali Banteng diselenggarakan upacara adat Rasulan. Upacara adat ini adalah pertunjukan seni tari Reog dan Jathilan yang diusung dari 10 dusun di desa Wiladeg . Semua peserta berkumpul dititik kumpul awal di lapangan desa Wiladeg lalu berjalan mengarak Ancak/ Gunungan . Ancak memiliki 2 jenis yaitu “lanang” dan “wedok” yang semacam gunungan sehingga membawa perlu 4 orang untuk memikulnya. Ancak lanang adalah replika hewan atau rumah joglo sedangkan Ancak wedok berisi hasil bumi warga, setiap dusun wajib membuat sehingga akan terdapat 10 Ancak wedok dan 10 Ancak lanang. Arak arakan ancak tersebut diurutkan dimulai dari undian tampil yang diberikan panitia memasuki area balai desa wiladeg. Setelah semua sampai dilakukan pembukaan dan sambutan dilanjut dengan penampilan seni tari dari setiap dusun dan akan ditentukan pemenang sebagai bentuk apresiasi peserta. Sesi terakhir adalah pembagian hasil panen yang terdapat pada ancak , pada sesi ini keadaan akan tidak kondusif karena terjadi perebutan dan keadaan Ancak yang tinggi. Hasil panen tersebut diyakini penuh berkah sehingga sampai diperebutkan. Acara terakhir pada malam hari akan di selenggarakan Pagelaran Wayang Kulit sampai pagi. Begitulah serangkaian upacara adat yang masih diselenggarakan sampai sekarang, dimasa pandemi ini upacara tetap berlangsung namun berlangsung dengan jumlah kecil serta disiarkan melalui live instagram untuk warga dirumah bisa mengikuti secara virtual. Semoga pandemi berakhir dan kegiatan biasa berjalan seperti normal setiap tahunnya. Amin.