Berkenalan Dengan Pertikel Penegas


Oleh: Silvi Intan Cahyaningsih

Bolehkah saya memaparkan sekilas materi mengenai partikel dalam kata tugas?

Sebelum masuk ke materi partikel itu sendiri, lalu apa itu yang dimaksud dengan partikel? Tentunya bagi bagi kalian yang suka menyelami ilmu bahasa pasti tidak asing lagi di telinga kalian, bukan? Tapi, bagi kalian yang tidak terlalu suka menyelami ilmu bahasa pasti sedikit bingung dan berpikir “Memangnya ada ya partikel dalam bahasa Indonesia? Partikel kan biasanya ada di fisika?”. Bagi orang yang awam dengan ilmu bahasa, sedikit dari mereka yang mengetahuinya. Eitss, contoh kalimat tanya di atas juga terdapat contoh penggunaan partikelnya, lho. Nah, biar tidak bingung lagi disini penulis akan menjelaskan sekilas paparan materi partikel penegas yang ada dalam kata tugas dan juga apa saja yang termasuk dalam partikel beserta contoh kaidah pemakaiannya.

Partikel adalah kategori kata tugas yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada 4 partikel yang biasa kita dengar, yaitu -kah, -lah, -pun, -tah.

1. Partikel –kah
Partikel kah kadang-kadang bersifat manasuka dan kadang-kadang juga brsifat wajib, tergantung pada konteks kalimat yang dipakai. Berikut contoh kaidah pemakaiannya.
a. Partikel –kah membentuk kata tanya.
Contoh: Hari inikah pernikahan itu akan dilaksanakan?
(Bandingkan dengan: Hari ini pernikahan itu akan dilaksanakan).
b. Apabila di dalam sebuah kalimat terdapat kalimat tanya seperti apa, kapan, dimana, bagaimana, maka partikel –kah bersifat manasuka. Pemakaian partikel –kah menjadikan kalimatnya menjadi sedikit lebih halus dan sedikit formal.
Contoh: Apakah kondisi nenek sudah membaik?
c. Apabila di dalam sebuah kalimat tidak ada kata tanya, maka partikel –kah akan memperjelas bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tanya. Jika tanpa –kah, arti kalimatnya akan bergantung pada intonasi yang diucapkannya.
Contoh: Sudah lupakah kau padaku?

2. Partikel –lah
Partikel –lah biasanya dipakai dalam kalimat imperatif ataupun kalimat deklaratif. Berikut adalah contoh kaidah pemakaiannya.
a. Dalam kalimat perintah –lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada perintahnya
Contoh: - Tulislah cerita pendek tentang liburan musim panasmu.
- Hadapilah masalah yang ada dengan kepala dingin.
- Kalau kau gagal, cobalah terus sampai berhasil.
b. Dalam kalimat deklaratif, partikel –lah dipakai untuk memberikan penegasan yang sedikit keras.
Contoh: - Aku mohon, berhentilah mengusik hidupku.
- Akulah dalang dari semua permasalahan ini.
- Sikap seperti itu tidaklah sopan.

3. Partikel –pun
Pun dipakai untuk menegaskan arti kata yang diiringinya. Partikel –pun yang mengandung salah satu makna seperti juga, meski, saja, biar, dan sebagainya maka, penulisannya dipisahkan dari kata depannya. Partikel –pun yang seperti itu pada dasarnya merupakan kata penuh yang bersinonim dengan kata-kata tersebut.
a. Partikel –pun hanya dipakai dalam kalimat deklaratif dan dalam bentuk tulisan dipisahkan dengan kata mukanya.
Contoh: - Gara-gara asyik bermain, dipanggil pun sampai tidak mendengar.
-Berapa pun harga mobil itu, pasti akan aku beli.
-Kamu pun pasti menyetujui perjanjian itu.

Catatan: partikel –pun pada konjungsi penulisannya dirangkai seperti walaupun, biarpun, kendatipun, meskipun, adapun, dan lian sebagainya.

b. Dengan arti sama seperti di atas, partikel –pun dipakai bersama –lah untuk menandakan perbuatan mulai terjadi.
Contoh: - Tanpa aba-aba pun, tetaplah mereka menyelesaikan pekerjaannya.

4. Partikel –tah
Partikel –tah sudah sangat jarang dipakai pada zaman sekarang ini, kalaupun ada biasanya ditemukan pada karya sastra lama. Partikel –tah dipakai dalam kalimat tanya, yang mana si penanya tidak mengharapkan sebuah jawaban. Seolah-olah si penanya hanya bertanya pada diri sendiri tentang hal yang dikemukakannya.
Contoh: - Siapatah gerangan kau ini?

Demikian sekilas materi mengenai partikel dalam kata tugas. Dengan ditulisnya artikel ini, semoga menjadikan pembaca lebih paham dan yang belum mengerti bisa mengerti. Mengingat penulis juga manusia yang tak lepas dari kesalahan dan jauh dari kata sempurna, maka dari itu mohon kritik dan saran yang membangun. Terima kasih.

Referensi:

Hasan Alwi, dkk,. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.
Prof Soendjono Dardjowidjojo, dkk. (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Perdana. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. PERUM BALAI PUSTAKA.

2 Likes