Berkenalan dengan Morfologi dan Apa Pula Itu Morfem Segmental dan Morfem Suprasegmental

Carstair (2002) mendifinisikan morfology sebagai cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi juga termasuk menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya dan cara pembentukannya.

Morfem adalah bentuk bahasa yang terkecil yang tidak dapat lagi dibagi menjadi bagian bagian yang lebih kecil. Sedangkan klasifikasi morfem didasarkan pada kebebasannya, keutuhannya, dan maknanya.

  • Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem segmental.
  • Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur suprasegmental seperti tekanan, nada, durasi.

Perbedaan antara morfem segmental dan suprasegmental terletak pada jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber-}. Jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.

Referensi :
Surya, M. (2017). Linguistik Makro dan Mikro

Siregar, I. (2020). MONOGRAF: MORFOLOGI.

Istilah morfologi dijelaskan oleh Chaer (2008:3) merujuk kepada ilmu yang mengenai bentuk. Di dalam linguistik morfologi adalah ilmu yang mengkaji bentuk-bentuk kata dan proses pembentukan kata, artinya setiap bentuk bahasa yang berupa seluk beluk kata menjadi objek sasaran untuk dikaji. Menurut Siregar (2020) morfem segmental adalah morfem yang berwujud bunyi. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.

Referensi

Chaer, A. (2008). Morfologi bahasa Indonesia: pendekatan proses . Rineka Cipta.

Siregar, I. (2020). MONOGRAF: MORFOLOGI.

Verhaar (1984:52) mengungkapkan bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian kata secara gramatikal. Dalam morfologi terdapat klasifikasi morfem segmental dan Morfem suprasegmental.

Ternyata, morfem segmental dan suprasegmental memiliki perbedaan yang terletak pada jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber-}. Jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental.

Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.

Referensi:
Kusmiati, M., & Sumirat, D. N. PROGRAM SI PENDIDIKAN GURU SEKOLA DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS SUMEDANG.
Siregar, I. (2020). MONOGRAF: MORFOLOGI.

Menurut apa yang disampaikan Ramlan (1979) dalam bukunya , ia menyatakan bahwa “Morfologi merupakan bagian dari ilmu yang mempelajari seluk beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap golongan dari arti kata.”

Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya, morfem dibagi atas morfem segmental dan morfem suprasegmental. Berikut penjelasannya:

  • Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, yakni morfem yang berupa bunyi dan dapat di segmentasikan. Misal :morfem (lihat), (ter), dan (lah).
  • Morfem suprasegmental adalah morfem yang terbentuk dari nada, tekanan dan intonasi. Dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan morfem ini, tetapi hanya dapat ditemukan dalam beberapa bahasa seperti bahasa Thailand dan bahasa China.

Dapat diambil kesimpulan tentang penjelasan di atas bahwasanya, Morfologi mempelajar asal-muasal bentuk kata serta pengaruh perubahan pada bentuk kata terhadap suatu arti kata. Singkatnya, morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

Referensi:
SIREGAR, J. (2021). MORFOLOGI

Kuntarto, E. (2017). Telaah Linguistik untuk Guru Bahasa.

Suparno (2015) menjelaskan bahwa secara etimologi, morfologi berasal dari Bahasa Inggris morphology, yang terbentuk dari 2 morfem yaitu "morph" (bentuk) dan "logy" (ilmu). Sedangkan secara terminologi dijelaskan oleh Chaer (2003) yang merujuk pada ‘ilmu mengenai bentuk’. Di dalam linguistik, morfologi adalah mengkaji bentuk-bentuk kata dan proses pembentukan kata.

Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem
segmental. Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur suprasegmental seperti tekanan, nada, durasi.

Perbedaan antara morfem segmental dan suprasegmental terletak pada jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem lihat, lah, sikat, dan ber-. Jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. Misalnya, dalam bahasa Ngabaka di Kongo Utara di Benua Afrika, setiap verba selalu disertai dengan penunjuk kata (tense) yang berupa nada.
Referensi
Suparno, Darsita. 2017. Morfologi Bahasa Indonesia. Diakses pada 20 November 2021 dari Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah
Alfin, Jauharoti dan Zudan Rosyidi. 2015. Fonologi dan Morfologi. Diakses pada 20 November 2021 dari Digilib UIN Sunan Ampel Surabaya

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bentuk kata. Morfologi juga mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.(Verhaar, 2012:97). Kemudian, menurut Ramlan (Tarigan, 2009:4) morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata atau bisa juga morfologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari seluk beluk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Selain itu, Kridalaksana (2008:159) mengemukakan bahwa morfologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari morfem (morpheme ) dan kombinasi-kombinasinya serta bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem.

Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya morfem dibedakan atas morfem segmental dan morfem suprasegmental. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental. Semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental, sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang terbentuk dari nada, tekanan, durasi, dan intonasi. (Chaer, 2008:13).

Referensi :

Mubarak, H. (2021). ANALISIS MORFOLOGI BAHASA DAYAK SAMIHIM DI DESA MANGKA KECAMATAN PAMUKAN BARAT KABUPATEN KOTABARU. CENDEKIA: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN , 9 (1), 86-96. DOI : https://doi.org/10.33659/cip.v9i1.191

Kuntarto, E. (2017). Telaah Linguistik untuk Guru Bahasa.

Tidak Diketahui. BAB II Kajian Pustaka . http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/20741/6)BAB%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y . Diakses tanggal 19 November 2021.

Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari tentang morfem serta berbagai kombinasinya yaitu bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian dari suatu kata (Kridalaksana, 2001: 51).

Pendapat lain, dikemukakan oleh Mulyati (2021) menyatakan bahwa Morfologi merupakan salah satu cabang dalam ilmu linguistik yang mempelajari tentang berbagai seluk-beluk struktur internal kata dan pengaruh perubahan struktur tersebut terhadap arti dan golongan kata. Dalam hal ini struktur internal kata terdiri dari satuan-satuan gramatik terkecil yang disebut morfem. Oleh karena itu, objek kajian yang terbesar dalam morfologi adalah kata dan yang terkecil adalah morfem.

Morfem sendiri dibagi menjadi dua yaitu morfem segmental dan morfem suprasegmental, menurut Kuntarto (2017) dalam bukunya yang berjudul “Telaah Linguistik untuk Guru Bahasa”, morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem segmental, sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur suprasegmental seperti tekanan, nada, durasi.

Referensi :
Mulyati, S. (2021). Morfologis Analisis Dalam Puisi Embun Di Hutan Jati Karya Candra Malik. Wanastra: Jurnal Bahasa dan Sastra, 13(2), 155-160.

Kuntarto, E. (2017). Telaah Linguistik untuk Guru Bahasa.

Kridalaksana, Harimurti. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan kata logi yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah kata morfologi
berarti ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti cabang ilmu bahasa yang mengkaji seluk-beluk bentuk kata dan perubahannya
serta dampak dari perubahan itu terhadap arti (makna).

Pada kamus linguistik pengertian morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya atau bagian dari struktur
bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata yaitu morfem.

Nurhayati dan Siti Mulyani menyatakan morfologi adalah ilmu yang membicarakan kata
dan proses pengubahannya.

Sependapat dengan berbagai pernyataan dan pengertian morfologi, Gani, S (2019) menyimpulkan berbagai pengertian morfologi tersebut dapat definisikan arti morfologi yaitu sebagai bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk kata meliputi pembentukan atau perubahannya, yang
mencakup kata dan bagian-bagian kata atau morfem

Referensi
Gani, S. (2019). Kajian Teoritis Struktur Internal Bahasa (Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Dan Semantik). A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 7(1), 1-20.

Ramlan (2009: 21) berpendapat mengenai pengertian morfologi sebagai bagian ilmu bahasa yang menyelidiki seluk beluk bentuk kata dan kemungkinan adanya perubahan akibat perubahan bentuk kata. Kemudian untuk morfologi, Verhaar (1984:52) berpendapat bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian kata secara gramatikal. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem segmental. Selanjutnya morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur suprasegmental seperti tekanan, nada, durasi. Perbedaan antara morfem segmental dan suprasegmental terletak pada jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber-}. Jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.
Sumber referensi:
Siregar, I. (2020). MONOGRAF: MORFOLOGI.

Pengertian Morfologi - Banyak para ahli yang telah memberikan pengertian morfologi. Mulyana (2007: 5), menyatakan bahwa istilah „morfologi‟ diturunkan dari bahasa Inggris morphology, artinya cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang susunan atau bagian-bagian kata secara gramatikal. Dulu, ilmu ini lebih dikenal dengan sebutan morphemics, yaitu studi tentang morfem. Namun, seiring dengan perkembangan dan dinamika bahasa, istilah yang kemudian lebih populer adalah morfologi.

Verhaar (1996: 97), menyatakan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal, sedangkan Samsuri (1988: 15), mendefinisikan morfologi sebagai cabang linguistik yang mempelajari struktur dan bentuk-bentuk kata.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa morfologi merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari bentuk dan proses pembentukan kata. Proses pembentukan kata tersebut dapat berpengaruh terhadap perubahan bentuk kata dan juga terhadap golongan dan arti kata.

sumber : https://www.kumpulanpengertian.com/2018/02/pengertian-morfologi-menurut-para-ahli.html

Menurut Abdullah Hassan
Morfologi adalah bahagian pembentukan perkataan dalam tatabahasa. Buku ini khusus memberi pedoman kepada pensyarah, guru dan pelajar bahasa Melayu. Huraian yang diberikan berlandaskan Tatabahasa Dewan tetapi contoh dan latihannya sengaja diperluas dengan tidak menggunakan apa yang ada dalam Tatabahasa Dewan, supaya guru dan pelajarnya menjadi kreatif dalam menggunakan bahasa Melayu. Edisi pertama buku ini diterbitkan oleh Fajar Bakti dengan tajuk Penerbitan Kata dalam Bahasa Malaysia (1986), dan laporan perpustakaan UPSI menunjukkan rekod pinjamannya sangat tinggi. Oleh sebab itu edisi keduanya diusahakan semula bagi keperluan para pensyarah, guru dan pelajar bahasa Melayu. Dr. Abdullah Hassan adalah Profesor Emeritus di Jabatan Bahasa Melayu, Fakulti Bahasa, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Tanjung Malim, Perak (sejak 2001). Sebelum ini beliau adalah Pensyarah dan Profesor Bahasa Melayu di Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan, Universiti Sains Malaysia, Pulau Pinang (1972–1997); dan Profesor Komunikasi di Kulliyyah Ilmu Wahyu dan Sains Kemanusiaan, Universiti Islam Antarabangsa Malaysia, Kuala Lumpur (1997–2001)
Refrensi:
Hassan, A. (2006). Morfologi. Akademia.

Morfologi atau ilmu bentuk kata adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dapat pula dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata.

Morfem segmentaladalah morfem yang berwujud bunyi dan dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber}. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi dan sebagainya.

Referensi :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Morfologi_(linguistik)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Morfem

Uhlenbeck (dalam Ekowardono, 1982: 54) memiliki gagasan bahwa morfologi termasuk salah satu studi kebahasaan (linguistik) yang mengkaji kata atau leksikon suatu bahasa. Kata dalam hal ini dipandang sebagai satuan-satuan padu bentuk dan makna yang memperlihatkan aspek valensi sintaksis, yakni kemungkinan-kemungkinan yang dimiliki kata untuk berkombinasi dengan kata kata lain dalam kelompok.

Dalam bukunya, Chaer (2014: 155) menjelaskan perbedaan morfem segmental dan morfem suprasegmental. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {ihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber}. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dandan sebagainya.

Referensi:
Purnanto, D. (2006). Kajian morfologi derivasional dan infleksional dalam bahasa Indonesia. Kajian Linguistik dan Sastra , 18 (2), 136-152.
Chaer, A. (2014). Linguistik Umum Edisi Revis Cetakan Keempat. Jakarta: Rineka Cipta