Berkaitan Dengan Apa Sihh Frasa Nominal Itu?

20210322_201942_0000

Salam, kawan bahasa!!!
Kali ini penulis akan membahas secara khusus tentang frasa nomina, dengan memberikan pemaparan materi yang menarik, hal-hal yang akan difokuskan dimulai dari:

Batasan dan Ciri Nomina
Nomina dapat dikenali dan dibedakan dari kelas kata yang lain dengan memperhatikkan (1) perilaku semantis, (2) perilaku sintaksis, dan (3) bentuk morfoogisnya. Dari segi semantis, nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep. Kata anak, kuda, dan air termasuk nomina yang masing-masing mengacu pada manusia binatang, dan benda. Ketiga kata itu tergolong nomina konkret. Sebaliknya, kata-kata, seperti waktu, cinta, kesedihan, dan kemanusiaan termasuk nomina abstrak yang mengacu pada konsep atau pengertian. Kata-kata yang disebutkan di atas tergolong nomina umum. Acuannya berubah-ubah bergantung pada kapan, di mana, dan siapa yang menggunakannya. Selain nomina umum, ada nomina yang acuannya spesifik dalam arti relatif tidak berubah, seperti Andi, Depok, Badan Bahasa, dan Indonesia. Kata-kata jenis itu lazim disebut nama diri. Dari segi sintaktis, nomina dapat dikenali dengan mengamati ciri-ciri berikut.
Lalu apa sih nomina dari segi pembagiannya itu?
1. Nomina dari Segi Perilaku Semantisnya
Pada dasarnya tiap kata, termasuk nomina, yang mempunyai makna leksikal akan memiliki sejumlah komponen makna atau fitur semantis yang terkandung pada kata itu. Di antara fitur-fitur semantis itu ada yang sifatnya kodrati dan ada yang sifatnya budaya. Ciri yang kodrati bersifat universal. Makna yang dalam bahasa Indonesia disebut ‘kuda’ dalam bahasa mana pun akan memiliki fitur-fitur semantis kodrati yang sama, misalnya, kakinya empat, matanya dua, dan warnanya ada yang hitam, putih, cokelat, atau abu-abu. Jika ada kelompok masyarakat yang memahami makna kuda sebagai makanan, fitur makanan pada makna kuda bersifat budaya. Fitur semantis, terutama yang bersifat kodrati, memegang peranan penting dalam bahasa. Kehadiran dua kata atau lebih dalam kalimat menuntut adanya keserasian fitur semantis antara kata-kata itu.
Ketidakserasian fitur semantis cenderung akan menimbulkan keganjilan seperti terlihat pada contoh berikut.
a. Kuda saya hitam.
b. Kuda saya hijau.
Kalimat (a) berterima, tetapi kalimat (b) terasa aneh karena fitur semantis hijau tidak lazim pada kuda. Warna kuda hanya bisa hitam, putih, cokelat, atau abu-abu (dan mungkin juga belang-belang atau campuran dari warna-warna itu). Fitur semantis yang menyangkut warna pada kuda itu bisa lebih dari satu, tetapi ada pula fitur semantis, seperti mata atau kaki yang mutlak dalam arti fitur tersebut tidak terpisahkan dari makna kuda.
2. Nomina dari Segi Perilaku Sintaktisnya
Nomina atau frasa nominal dapat menduduki fungsi subjek (a), objek (b), pelengkap (c), keterangan atau adverbial (d), dan predikat (e) pada tataran kalimat.
Contoh:
a. Dia menyerupai ibunya.
Mereka akan tiba Minggu pagi.
Dia baru akan kembali bulan depan.
3. Nomina Berdasarkan Bentuk Morfologinya
Nah, selanjutnya dari segi bentuk morfologisnya, nomina dapat dikelompokkan atas dua macam, yakni (1) nomina dasar dan (2) nomina turunan. Penurunan nomina yang lazim dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan (a) konversi, (b) afiksasi, (c) pengulangan, dan (d) pemajemukan. Secara skematis,nomina bahasa Indonesia, berdasarkan bentuk dan cara pembentukannya,dapat digambarkan sebagai berikut.
A. Nomina Dasar
Nomina dasar adalah nomina yang terdiri atas satu morfem. Jika dilihat dari segi pembentukan kata, nomina dasar dapat dikelompokkan atas (a) nominadasar umum dan (b) nomina dasar khusus.
B. Nomina Turunan
Kemudian dari segi bentuk Nomina dapat diturunkan melalui konversi (derivasi nol), pengafiksan, pengulangan, atau pemajemukan. Konversi nomina adalah penurunannomina dari kelas kata lain tanpa menambahkan afiks atau mengubahbentuknya, misalnya dalam (nomina<adjektiva), tinggi (nomina<adjektiva),dan harian (nomina<adjektiva). Pengafiksan nomina adalah pembentukannomina dengan menambahkan afiks atau imbuhan tertentu pada bentukpangkal, misalnya tulisan {<tulis+an), pendiam {<peng-\rdiam), dan kesedihan{<sedih--ke-…-an). Pengulangan nomina adalah penurunan nomina denganjalan mengulang bentuk pangkal, misalnya kuda-kuda {<kuda + Red), orangorangan{<{orang + Red) + an), dan tetangga {<{tangga + Red) + salin suara).Pemajemukan nomina adalah pembentukan leksem baru berupa nominadengan jalan menggabungkan dua kata, misalnya rumah sakit, matahari,saputangan, dan kereta api. Bentuk matahari dan saputangan disebut nominamajemuk kata karena diperlakukan sebagai kata, sedangkan bentuk rumahsakit dan kereta api disebut majemuk frasa karena diperlakukan sebagai frasa.Bentuk pangkal itu dapat berupa pangkal (monomorfemis) dandapat pula berupa kata turunan (polimorfemis). Nomina turunan,seperti kebesaran memang diturunkan dari pangkal besar (adjektiva),tetapi pembesaran tidak diturunkan dari pangkal yang sama, melainkandari membesarkan (verba).
Bentuk yang menjadi pangkal penurunan nomina ditentukan oleh keterkaitan makna antara bentuk pangkal danturunannya, nomina dapat dikelompokkan atas dua macam, yakni (1) nomina dasar dan (2) nomina turunan. Penurunan nomina yang lazim dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan (a)konversi, (b) afiksasi, (c) pengulangan, dan (d) pemajemukan. Secara skematis,nomina bahasa Indonesia, berdasarkan bentuk dan cara pembentukannya,dapat digambarkan sebagai berikut.

  1. Nomina Dasar Umum
    Nomina dasar umum adalah nomina yang dapat menjadi dasar untuk penurunan kata atau leksem baru. Nomina yang termasuk dalam kelompok ini pada umumnya adalah nomina yang tergolong nama jenis.
    Contoh:
    orang → orang-orangan, perseorangan
    meja → meja makan, meja tulis
    rumah → rumah-rumahan, perumahan
    malam → bermalam, kemalaman
  2. Nomina Dasar Khusus
    Nomina dasar khusus adalah nomina yang relatif tidak dapat men jadi dasar penurunan kata atau leksem baru. Termasuk dalam kelompok ini adalah nomina dasar yang tergolong nama diri {Ana, Dani, Indonesia) dan pronomina {saya, kamu, did). Perlu diingat bahwa di antara kata-kata yang tergolong nama diri, ada juga yang dapat dijadikan dasar penurunan leksem baru, yaitu nama diri yang mengacu pada bangsa atau bahasa.
    Contoh:
    a. Mereka bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia.
    b. Mereka berusaha mengindonesiakan istilah-istilah asing.
    Bagaimana kawan, sudah mengetahui tentang frasa nomina kan??? Coba kawan pelajari dan ulas materi tentang frasa nomina lebih dalam sehingga kawan dapat memahaminya lebih dalam juga. Sampai disini semoga cukup jelas yaaaa tentang pemaparan yang telah disajikan.

Referensi:
Alwi, H., Dardjowidjojo, S., Lapoliwa, H., & Moeliono, A. M. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa (3 ed.). Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.