Bentuk Penyaluran Kreativitas pada Kepenulisan “Alternative Universe”

Kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan dalam menciptakan sesuatu dengan acuan ide dan imajinasi dari seseorang. Alternative Universe sendiri merupakan cerita fiksi yang mana diciptakan dunia baru dengan tokoh fiksi yang bisa diambil penggambarannya dari seorang artis atau idola dengan nama, situasi, dan kondisi yang berbeda dengan kondisi artis itu sendiri. Cerita fiksi ini sering didapati di aplikasi Twitter yang mana banyak penulis-penulis yang menyalurkan kreativitasnya pada media tersebut. Tak jarang pula hasil kreativitas pengguna Twitter ini dilirik oleh penerbit yang mana cerita karangannya akan dijadikan sebuah buku dan bahkan terdapat beberapa cerita Alternative Universe yang diadaptasi menjadi film atau series lokal.

Twitter merupakan sebuah aplikasi media sosial tempat di mana semua orang dapat menumpahkan pemikiran mengenai apapun, bertukar pesan, mengirim foto, video, atau tautan, dan bahkan bisa melangsungkan siaran yang disebut space. Pengguna aplikasi burung biru ini memang sering menciptakan suatu hal atau pemikiran baru yang hebatnya bisa sampai popular dan dinikmati khalayak ramai. Misalnya saja belakangan ini terdapat istilah Alternative Universe.

Alternative Universe atau yang warga Twitter sering menyebutnya sebagai AU ini merupakan suatu karangan fiksi yang disajikan dalam bentuk fakechat dengan imbuhan narasi-narasi singkat penunjang cerita berjalan. AU ini diunggah dalam bentuk utas (thread) yang mana penulis dapat memberi keterangan dalam setiap bagian, konteks cerita, maupun pembaruan pada cerita yang disajikan. Biasanya penulis tidak mengunggah seluruh cerita secara langsung melainkan dengan bertahap sehingga hal tersebut membuat pembaca merasa penasaran dan terus ingin menunggu bagian-bagian baru dari AU yang akan diunggah oleh penulis dilain hari.

Bukan merupakan hal baru bahwa penulis-penulis AU ini suka “menggantung” perasaan pembacanya dengan memenggal alur cerita pada saat klimaks yang mana hal ini selalu membuat pembaca merasa frustasi karenanya. Namun apa boleh buat, sebagaimana pembaca mengatakan atau menuntut penulis untuk segera melanjutkan cerita fiksi karangannya juga tidak akan berbuah apapun apabila bukan keinginan penulis sendiri untuk melanjutkannya. Tak menutup kemungkinan bahwa AU yang dinanti-nantikan kelanjutannya ini akan sangat lama untuk diunggah lanjutan ceritanya karena beberapa penulis mengeluhkan masalah writer’s block atau kebuntuan penulis dalam melanjutkan cerita yang sudah dikarangnya.

Masalah writer’s block ini biasanya disebabkan karena hilangnya inspirasi dalam menulis cerita atau jenuhnya penulis dalam melanjutkan alur cerita yang dirasa tidak tepat penyusunannya. Memang terkadang beberapa penulis AU mengarang ceritanya sebagaimana suasana mengalir sehingga alur cerita yang diciptakan terasa tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan dan diharapkan dari tujuan awal cerita dibuat. Oleh sebab masalah ini pula penulis biasanya akan sulit dalam menentukan ending cerita dan terjadi perombakan ide karangan fiksi tersebut. Namun, tidak sedikit pula penulis yang berhasil dalam menyusun dan menyelesaikan karangan fiksinya dengan sangat baik yang mana malah membuat pembaca merasa tidak bisa move on dari karakter-karakter fiksi yang diciptakannya.

Nah, karakter-karakter fiksi pria dalam AU yang membuat pembaca greget ini biasa disebut dengan istilah cowok AU/cowok fiksi. Banyak diungkapkan oleh pembaca AU di aplikasi Twitter bahwa terkadang ingin memiliki cowok fiksi hasil karangan seseorang ini. Bagaimana tidak, tokoh pria dalam cerita fiksi diciptakan oleh penulis yang kebanyakan sesorang wanita dengan segala ekspektasi dan standar tinggi dalam penggambaran seorang pria sebagai sosok yang dapat diandalkan atau sebagai pasangan. Ditambah pula penulisan dan penggambaran karakternya dengan kalimat-kalimat yang membuat terbawanya suasana dan perasaan pembaca sehingga semakin terpikat dengan tokoh fiksi tersebut.