Belajar Mengikhlaskan

Cerita Anak

          BELAJAR MENGIKHLASKAN

“Di Mana Diary ku ?”
Suara bel pulang sekolah berbunyi yang menandakan waktu pulang sekolah tiba. Semua anak terburu- buru memasukkan buku dan pensil ke dalam tas, sehingga membuat gaduh suasana kelas.
“Sudah! sudah!” Teriak Bu Guru di dari depan kelas,
“Ayo kalian duduk di bangku masing-masing! Kemasi barang kalian nanti!” ucap Bu Guru.
“Baik Bu!” Ucap anak-anak secara bersama.
Budi sang ketua kelas memimpin berdoa “ Berdoa di mulai!!”
Semua anak-anak menunduk kepala dan berdoa bersama-sama. Beberapa saat kemudian Budi kembali berteriak “Berdoa selesai!” Semua anak-anak mengangkat kepala kemudiaan mereka berteriak “ Selamat siang Bu Ani !”.
Bu Ani seketika tersenyum dan menjawab “Selamat siang anak-anak, pulangnya hati-hati jangan mampir-mampir!” Kata Bu Ani
“Baik bu!” jawab murid-murid bersamaan.
Setelah Bu Guru keluar, Mia langsung sibuk memasukan buku dan pensilnya ke dalam tas. Mia memasukkan buku dan pensil satu persatu ke dalam tas.
Setelah semua buku dan pensil masuk ke tas, Mia merasa bukunya ada yang hilang satu, sehingga Mia mengeluarkan kembali bukunnya ke meja.
Melihat Mia kebingungan, Rara pun menghampirinnya.“Sedang mencari apa Mia” tanya Rara.
“Aku kehilangan buku, apakah kamu melihatnya?” tanya Mia sambil sibuk mencari di laci-laci.
“Buku yang mana?” tanya Rara
“Buku diary warna coklat,” jawab Mia.
“Mungkin tertinggal di rumah,” tanya Rara.
“Tidak aku tadi membawanya ke sekolah,” jawab Mia.
“Mari ku bantu mencari,” kata Rara sambil melihat sekeliling.
“Oke,” jawab Mia pelan.
Mereka berdua mencari buku diary tersebut di laci, di lantai, di meja guru bahkan mereka
berdua mencari di kelas sebelah.

Kehilangan !

Mereka berdua sibuk mencari buku, tanpa mereka sadari sekolah telah sepi. Bu Siti yang sedari tadi melihat mereka di kelas menghampiri mereka.
“Kalian sedang apa? Teman-teman kalian sudah pulang dari tadi lo,” ucap Bu Siti.
“Saya sedang membantu Mia mencari buku diary nya Bu,” jawab Rara.
“Iya Bu saya sedang mencari buku diary saya,” jawab Mia.
“Sudah sekarang kalian pulang dulu besok di lanjut mencarinya, sekolah sudah sepi dan kalian nanti akan d cari orang tua kalian jika sudah waktunya pulang sekolah belum sampai rumah!” ucap Bu Siti.
“Baik bu!” jawab mereka berdua.
“Ya sudah Bu Siti pulang duluan ya,”ucap Bu Siti sambil berjalan keluar kelas.
“Siap bu,” jawab Rara.
“Mia yuk pulang besok kita lanjut mencarinya,” ucap Rara.
“Iya, terima kasih ya Ra sudah mau membantu mencari buku diaryku.” kata Mia.
“Iya sama-sama kita kan sudah lama berteman jadi kita harus saling membantu,” jawab Rara.
“Iya Rara,” ucap Mia sambil terenyum.
“Sampai rumah coba Mia cari lagi barangkali nanti diary Mia di rumah,” kata Rara.
“Baik Ra nanti sampai rumah ku coba mencarinya,” jawab Mia.

Berusaha mencari lagi!

Mereka berdua akhirnya pulang bersama. Rumah Rara memang searah dengan rumah Mia sehingga mereka sering berangkat dan pulang sekolah bersama.
Sesampai nya di depan rumah Mia menghela napas dan berjalan ke pintu belakang. Mia berjalan dengan gontai sambil memasuki rumah.
“Assalamu’alaikum Bu,” ucap Mia sambil berjalan ke Ibunya
“Waalaikumsalam Nak kok anak Ibu baru pulang,” jawab Ibu
“Iya Ibu maaf,” jawab Mia sambil bersalaman dengan Ibunya.
“Mengapa Mia terlihat sedih seperti itu?” batin Ibu sambil mengikuti Mia ke kamar.
“Loh kenapa anak ibu terlihat sedih seperti itu?” tanya Ibu sambil duduk di samping kasur Mia. Namun Mia masih terdiam, dia menyibukkan diri dengan memberesi meja belajarnya. Setelah itu Mia berganti pakaian biasa.
Ibu menunggu hingga Mia menyelesaikan pekerjaannya. Kemudian Ibu bertanya kembali “Nah, coba Mia sekarang cerita ke Ibu”
“Mia kehilangan buku diary Bu,”keluh Mia.
“Apakah Mia sudah mencari diary itu? Apakah Mia tau terahir menaruh nya di mana atau terahir kalinya mia gunakan diary itu?” tanya Ibu.
“Mia tadi sudah mencarinya bersama Rara tetapi tetap tidak ketemu,” jawab Mia sambil duduk di samping ibunya.
“Kalau begitu Ibu bantu mencari diary Mia di rumah,” kata Ibu.
“Benarkah Ibu mau membantu Mia mencari buku diary Mia?” tanya Mia.
“Iya Ibu bantu mencari bukunya tetapi sekarang Mia makan siang terlebih dahulu, setelah Mia makan baru kita mencari bersama-sama,” lanjut Ibu.
“Baik Ibu, lagi pula Mia sangat lapar,”kata Mia
“Yasudah sana makan dulu Ibu masak sup tadi,” lanjut ibu.
“Baik Ibu sayang,” jawab Mia sambil berjalan ke dapur.
Saat Mia makan Ibu sudah memulai mencari bukunnya. Di mulai dari ruang tamu Ibu
mencari dari sudut-sudut ruang tamu hingga ke sela-sela kecil. Kemudian Ibu mencari di kamarnya, Ibu mencarinya dengan teliti, namun di kamar Ibu masih belum ketemu juga.Belajar Ikhlas

“Mia sayang sini Ibu mau bicara sama Mia” kata Ibu sambil menarik Mia duduk.
		“Anak Ibu  sayang, ikhlasin ya diarynya,” pinta ibu.
		“Ikhlas itu apa?” tanya Mia

“Ikhlas itu seperti yang dialami Mia sekarang, Mia harus merelakan sesuatu yang di miliki jika kehilangan tanpa mengharapkan kembali kecuali dengan izin Allah SWT,” jelas Ibu.
“Hmm, baik Ibu” jawab Mia
“Apakah Mia sedih kehilangan diary itu?” tanya Ibu
“Tentu saja Mia sedih Ibu diary itu banyak kenangannya,” jawab Mia.
“Nah itu tandanya Mia belum ikhlas kehilangan diary itu!” Pinta Ibu.
“Oh begitu Ibu jadi bagaimana kita mengikhlaskan sesuatu?”
“Mia relakan ya diary Mia hilang, sudah tidak usah dicari yang penting kita sudah mencarinnya,” jawab Ibu.
“Jika kita merelakan buku tersebut hilang maka suatu hari nanti Allah SWT akan menggantinya,” lanjut Ibu.
“Hmm baik Ibu,” jawab Mia tetapi wajahnya terlihat sedih.
“Kalau sudah ikhlas kok masih sedih,” kata Ibu.
“Iya deh Ibu,” jawab Mia sambil tersenyum.
“Waduh sudah jam segini!” Ibu berteriak sambil jalan ke dapur.
“Ibu mau ke mana,” tanya Mia.
“Ibu mau memasak untuk Ayah Nak” jawab Ibu.
“Boleh Mia membantu Ibu?” tanya Mia.
“Boleh,” jawab bu.
Mia pun berlari ke dapur untuk membantu ibu memasak.

Hadiah Untuk Mia

Adzan maghrib pun berkumandang, Mia yang sedang di dapur membantu Ibunnya menyiapkan makan malam pun mendengar suara motor Ayahnya yang pulang dari kantor.
“Assalamu’alaikum, Ayah pulang,” kata Ayah sambil mengetuk pintu.
“Waalaikumsalam Ayah,” jawab Mia sambil membuka pintu.
“Terimakasih Mia telah membukakan pintu,” kata ayah.
Ibu muncul dari dapur dan langsung menghampiri Ayah.”Ayah sudah pulang ya, kebetulan sekali Ibu bersama Mia tadi sudah selesai menyiapkan makan malam,” kata Ibu
“Wah kebetulan sekali, Ayah sudah lapar, kalau begitu Ayah mandi dulu ya kalian tunggu di meja makan,” kata Ayah.
“Baik Ayah,” jawab Mia
Tak berselang lama, Ayah sudah muncul, wajahnya terlihat segar setelah mandi. Setelah
itu ayah menyusul Mia dan Ibunya ke meja makan. Ayah membawa tas belanja yang bagus . kemudian tas belanja tersebut di berikan ke pada Mia.
“Mia coba buka tas belanja ini, ini hadiah buat Mia,”kata Ayah.
“Wah apa itu Ayah,“ jawab Mia sambil berbinar-binar menerima tas belanja itu.
“Ayo buka,” pinta Ayah.
Tanpa diperintah lagi Mia membuka tas belanja tersebut dan melihat isinya. Mia mendapatkan hadiah berupa tas sekolah, pensil, penghapus, pulpen dan yang paling Mia sukai adalah buku diary baru.
“Wah, terimakasih Ayah hadiahnya. Mia sangat suka hadiahnya!”kata Mia dengan senang.
“Iya sayang sama-sama,” jawab Ayah
“Kebetulan sekali Mia tadi siang kehilangan buku diary kesayangan Mia, dan sekarang Mia dapat hadiah dari Ayah,”kata Mia kepada Ayahnya.
“Kok bisa hilang bagaimana?” tanya Ayah. “Sudah tidak apa-apa Yah hilang Mia sudah ikhlas kok,” jawab Mia. “Wah, anak Ayah hebat ya sudah bisa belajar ikhlas,” puji Ayah. “Hehehehe iya Yah Mia diajarkan Ibu tentang arti ikhlas,” jawab Mia. Mereka pun bercakap-cakapan dengan bahagia.

 TAMAT