Beberapa Acara Tradisi Lokal Jawa Menyambut Kelahiran Bayi, Seperti Apa Prosesnya?

hipwee-5-51
(sumber : youngmom.hipwee.com)

Tradisi merupakan suatu kebiasaan yang sudah di lakukan dalam waktu lama, lalu menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat dan terbentuklah kebudayaan dari kebiasaan masyarakat itu sendiri. Khususnya seperti masyarakat pedesaan yang masih ada dan masih sering melakukan tradisi lokal. Tradisi lokal masyarakat di tempat saya Desa Bangunrejo yang masih dilakukan baru-baru saja, seperti sepasaran bayi yang di kenal dengan sebutan slametan bayi, lalu ada tradisi mengubur ari-ari, brokohan/krayah, sepasaran, puputan, aqiqah.

Dengan lahirnya seorang bayi juga disambut dengan ritual aqiqahan, yaitu menyembelih hewan aqiqah seperti kambing pada hari ketujuh kelahirannya sebagai tebusan dari lahirnya seorang bayi. Namun tidak harus pada hari ketujuh bisa juga pelaksanaan aqiqah disesuaikan dengan kemampuan dari orang tua si bayi. Tradisi Jawa yang masih ada di tempat saya untuk menyambut kelahiran bayi ini dilangsungkan sebagai salah satu bentuk doa agar si jabang bayi dan keluarganya selalu diberi kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan oleh Yang Kuasa.

Tradisi ini sudah berlangsung sejak zaman dahulu, ada beberapa ritual yang masih dilakukan pada kalangan masyarakat Jawa terutama di tempat saya untuk menyambut kelahiran seorang bayi yaitu berupa brokohan/krayah yang pelaksanaannya setelah bayi dilahirkan, puputan yang dilakukan setelah tali pusar sang bayi terlepas dari perut sang bayi. Berikut ini beberapa tradisi Jawa yang masih ada di tempat saya yang dilakukan saat kelahira bayi :
1. Mengubur ari-ari
Ari-ari merupakan sebuah organ untuk menyalurkan berbagai nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin di dalam rahim. Lewat ariari juga zat-zat antibodi, berbagai hormon dan gizi disalurkan sehingga janin bisa tumbuh dan berkembang menjadi bayi. Ketika bayi lahir, organ ini akan tetap di rawat dan di kubur sedemikian rupa agar tidak di makan binatang atau membusuk di tempat sampah. Mendhem atau mengubur ariari ini dilakukan oleh sang ayah, berada di dekat pintu rumah atau tempat yang tersembunyi, diberi pagar dan penerangan berupa lampu minyak selama 35 hari.

2. Brokohan/Krayah
Brokohan atau biasa di sebut tempat saya yaitu krayahan merupakan salah satu tradisi Jawa untuk menyambut kelahiran bayi yang dilaksanakan sehari setelah bayi lahir. Acara ini mengundang para tetangga dekat dan saudara agar datang berkumpul untuk melaksanakan slametan atau biasa di sebut tempat kami yaitu bancakan, mendoakan atas kelahiran bayi yang dapat berjalan dengan lancar serta mendoakan keselamatan bayi. Ada beberapa macam sajian seperti Nasi putih, lauk berupa ayam, tahu goreng, tempe goreng, telor rebus, sayur-sayuran, pisang, makanan kecil berupa kue apem, nagasari, dan iwel-iwel, bubur putih dan bubur merah.

3. Sepasaran
Acara sepasaran ini dilaksanakan setelah bayi berusia lima hari. Pihak orang tua menyiapkan acara syukuran dan jamuan makan bersama. Dalam acara ini juga diikuti pengumuman nama bayi dan aqiqahan. Sekaligus mendoakan bayi yang telah dilahirkan agar kelak dapat hidup lancar dalam segala hal.

4. Puputan
Acara puputan ini dilakukan ketika tali pusar yang ada pada bayi sudah lepas atau putus. Acara puputan ini menyediakan beberapa jamuan makanan serta dilaksanakan untuk mendoakansi bayi, namun di tempat saya karena tali pusar bayi sudah lepas ketika saat hari sepasaran jadi acara puputan dibuat bersamaan dengan acara sepasaran.

5. Aqiqah
Aqiqah merupakan anjuran dari ajaran islam namun juga ada akulturasi dari budaya Jawa. Aqiqahan dilaksanakan setelah tujuh hari kelahiran bayi dengan penyembelihan hewan kurban berupa kambing. Jika anak yang dilahirkan laki-laki menyembelih dua ekor kambing, dan bila anak yang dilahirkan adalah perempuan maka akan menyembelih satu ekor kambing.

Namun semakin berkembangnya zaman, tradisi atau kebudayaan seperti ini di masyarakat mengalami sedikit perubahan dalam tata cara maupun aturan yang ada pada zaman dahulu, seperti contoh di tempat saya Desa Bangunrejo yang ada perbedaan dalam menyiapkan sajian makanan.