Batik Eco Printing di Tengah Maraknya Tren Berkain

Berkain, siapa yang tidak tren fashion satu ini? Berkain atau memvariasikan pakaian casual dengan kain khas suatu daerah sedang marak dilakukan. Batik merupakan kain yang banyak dipakai saat “berkain”. Batik di zaman sekarang ini dianggap sebagai hal yang kuno. Ketika seseorang menggunakan pakaian batik pada acara yang tidak formal, pernyataan, “Rapi amat, mau kondangan?” tidak dapat dihindarkan. Tren fashion yang banyak dilakukan oleh anak muda ini berhasil menjadi trendsetter yang merubah paradigma tentang kain batik. Kain batik yang sudah dianggap kuno dan hanya untuk acara formal saja, kini menjadi suatu bumbu pemanis bahkan menjadi bintang utama pakaian seseorang dalam berbagai jenis acara.

Beriringan dengan berubahnya image batik di mata publik, proses pembuatan batik pun semakin beragam. Salah satu pembuatan batik yang sedang tren juga saat ini adalah teknik eco printing . Teknik ini dikembangkan oleh Indiana Flint pada 2006. Sesuai namanya, eco printing merupakan teknik yang menciptakan motif pada kain dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti bunga atau dedaunan yang ada di sekitar. Eco printing dilakukan dengan meletakan daun atau bunga di atas kain, kemudian kain digulung dan didiamkan selama beberapa hari. Tak sesulit batik canting, batik eco print lebih mudah untuk dipraktekan di rumah. Walaupun begitu, tentunya kualitas hasil buatan sendiri tak sebanding dengan buatan rumah produksi yang sudah professional.

Teknik ramah lingkungan ini memungkinkan terciptanya motif yang unik dan hanya ada satu di dunia, karena satu motif batik hanya bisa dibuat sekali. Eco printing menjadi terkenal tak hanya karena motif yang dihasilkan unik, proses pembuatannya yang ramah lingkungan juga menjadi salah satu alasannya, yang mana belakangan ini campaign untuk mencintai lingkungan sangat gencar dilakukan.

Pasar dari batik eco print belum bisa sebesar dari batik industrial karena proses pembuatan yang membutuhkan waktu lama, di mana banyak orang lebih memilih batik industri karena proses pembuatannya yang lebih cepat. Kemudian alasan selanjutnya adalah keseragaman bentuk yang belum dapat dijamin. Kebanyakan batik digunakan sebagai “seragam” oleh suatu lembaga atau kelompok, namun karena setiap hasil dari eco print adalah unik, batik eco print kebanyakan hanya digunakan sebagai pemakaian pribadi saja. Produksi rumahan merupakan alasan selanjutnya. Produksi batik eco print yang kebanyakan masih produksi rumahan menjadi alasan pasar batik eco prin t belum bisa sebesar batik industrial karena jumlah produksi yang belum bisa memenuhi permintaan konsumen. Namun dengan alasan-alasan tersebut, tentunya batik eco print masih bisa terus mengibarkan sayapnya ke pasar yang lebih luas.

1 Like