Disini baca disana baca dimana mana kita membacaa Oyee~~ disini nulis disana nulis dimana mana kita menulis la la la la la lala~~~, Hayoo temen temen semuanya siapa nihh disini yang sudah tidak asing lagi dengan lagi tersebut? Apalagi mahasiswa UNS pasti sudah sering mendengar lagu tersebut, iyaaa ga sii temen temennn atau jangan jangan kalian ada yang belum kenal dan tau nih siapa yang menciptakan lagu tersebut???. Kalau begitu langsung saja yaa kita kenalan dengan siapa sihh orang yang menciptakan lagu ini.
Beliau adalah Bapak Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum. Beliau lahir di sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Lulusan S1 dari UNS pada tahun 1985, S2 dari IKIP Jakarta pada tahun 1998, dan S3 dari UNS pada tahun 2008. Merupakan seorang dosen di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang dikenal sebagai pegiat literasi dan sering disapa dengan nama Bapak Ratulisa, sebab dengan giatnya beliau dalam hal literasi dan kepenulisan. Ratulisa sendiri sebenarnya merupakan suatu akronim. “Ratulisa” merupakan akronim dari “Rajin Menulis dan Membaca”. Beliau juga menggunakan istilah istana Arfuzh Ratulisa menggambarkan istana yang bertahta buku dan bersinggasana dengan menulis dan membaca.
Sebagai seorang Akademisi dan pakar linguistik, Beliau selalu memberikan inspirasi lewat akun YouTube nya kepada mahasiswa-mahasiswa yang dia ampu. "menulislah untuk membaca dan membacalah untuk menulis” begitulah kalimat yang sering muncul di YouTubenya.
Beliau sangat aktif dalam bersosial media, apalagi di YouTube dengan nama akun M Rohmadi Ratulisa. Beliau sering membagikan video tentang kehidupan sehari-hari nya dan kegiatan pembelajaran tentang bahasa. Sebagai dosen beliau memiliki ciri khas ketika mengajar mahasiswanya yaitu mengajar dengan aktif, ceria, dan semangat untuk memberikan motivasi serta mengajak seluruh orang percaya diri pada kemampuan dirinya. Beliau merupakan pegiat literasi yang selalu up to date terhadap informasi-informasi yang sedang viral pada masanya.
Beliau sering berpesan terhadap mahasiswa-mahasiswanya untuk melestarikan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan. Bahasa komunikasi antar daerah, ras, suku, dan golongan yang memiliki bahasa khas mereka sendiri, serta menjadi alat persatuan seluruh rakyat Indonesia yang memiliki beragam jenis agama, kebudayaan dan kepercayaannya agar dapat membangun bangsa dan negara yang bersatu.