Banjir di Kota Agung Tangggungmus.Lampung

Banjir Pertama setelah 35 Tahun.350 Rumah di Kota Agung Tangggungmus.Lampung Terendam.

Banjir yang melanda wilayah Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung, pada Rabu sore, 3 Desember 2025. menjadi peristiwa penting didalam sejarah lingkungan daerah tersebut Selama 35 tahun bebas dari banjir besar, wilayah ini kembali mengalami luapan air yang cukup tinggi. Peristiwa ini menjadi perhatian publik dan menimbulkan pertanyaan tentang perubahan tata lingkungan, curah hujan ekstrem, dan kesiapsiagaan terhadap bencana.

Hujan deras yang tejadi diwilayah Kota Agung selama hampir dua jam menyebabkan tanggul pengairan sawah jebol. Air dari area persawahan kemudian meluap cepat dan menuju permukiman warga di Pekon Kapuran dan Pekon Pasar Madang. Akibatnya, sekitar 350 rumah terendam dengan ketinggian air mencapai lebih dari go sentimeter. Tidak hanya permukiman, ratusan hektare sawah yang baru ditanami padi juga ikut terendam.

Meskipun tidak ada korban jiwa, banyak warga mengalami kerugian material, seperti dari rusaknya perabotan rumah hingga hilangnya barang dagangan. Sehingga sampai saat ini warga masih menunggu bantuan lanjutan dari dan penanganan pemerintah daerah menanganinnya. dalam

Perubahan iklim memicu hujan deras dalam waktu singkat yang mengakibatkan luapan air tinggi sehingga air tidak sempat meresap.Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu curah hujan yang ekstrem, dan mengakibatkan Perubahan iklim sehingga hujan deras dalam waktu singkat, dan mengakibatkan meluapnya air dan terjadi banjir.

Banjir ini juga sangat berdampak pada sosial,ekonomi,dan Kesehatan.seperti kerugian yang muncul akibat terendamnya tanaman padi sehingga mengakibatkan gagal panen,terganggunya aktivitas yang biasa dilakukan seperti sekolah yang harus terpaksa diliburkan dan beberapa fasilitas umum tidak dapat beroperasi,dan timbulnya ancaman Kesehatan seperti meningkatnya resiko penyakit diare,infeksi kulit dan dapat membuat potensi berkembangnya nyamuk demam berdarah.

Peristiwa banjir pertama setelah 35 tahun di Kota Agung menjadi pengingat penting bahwa perubahan lingkungan adalah dinamika yang tidak dapat diabaikan. Kejadian ini menunjukkan bahwa curah hujan yang ekstrem, melemahnya infrastruktur, dan berkurangnya daya serap lahan dapat menimbulkan dampak besar bagi kehidupan warganya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian dalam memperbaiki tata kelola lingkungan dan infrastruktur, mulai dari pemeliharaan tanggul, normalisasi Sungai, hingga penguatan lahan resapan air. Di samping itu, kesiapsiagaan dalam hal ini juga memegang peran penting yaitu melalui pendidikan mitigasi bencana sehingga risiko bencana di masa mendatang dapat diatasi dengan baik sehingga masyarakat dapat hidup dengan lebih aman dan lingkungan dapat terjaga secara berkelanjutan.