Bahaya Bladder Stone pada Reptile

Bahaya Bladder Stone pada Reptil
download (2)

Source 1 https://images.app.goo.gl/HykQLFyBcYnKxpn39

Pada masa PPKM COVID-19 hobi memelihara hewan semakin diminati banyak orang,khususnya kura-kura. Reptil yang termasuk dalam ordo testudines memiliki ciri khas yaitu memiliki ‘rumah’ atau batok yang keras dan kaku sebagai pertahanan diri. Kura-kura terkenal akan umurnya yang sangat panjang, mengutip dari Guinness World Records tercatat kura-kura tertua saat ini berasal dari genus aldabrachelys yang berumur hingga 190 tahun pada awal tahun 2022. Karena ketahanan dan umur yang panjang dari kura-kura, mereka menjadi salah satu hewan peliharaan yang sangat diminati di pasaran. Namun para pehobi pemula seringkali tidak berbekal pengetahuan yang cukup dalam merawat kura-kura. Maka dari itu pehobi harus mempelajari terlebih dahulu tentang cara merawat kura-kura secara mendalam dari sumber-sumber yang bisa dipertanggungjawabkan. Walaupun begitu, perawatan kura-kura sebenarnya tergolong cukup mudah dan tidak membutuhkan banyak biaya, sayangnya sebagian orang salah memahami dalam hal pemberian pakan kura-kura sehingga meningkatkan resiko kura-kura terkena bladder stone.

Mengutip dari laman Alodokter bladder stone atau bladder calculi merupakan endapan mineral yang berada di dalam kandung kemih yang menumpuk dan mengeras. Bladder calculi (urolit) ini sering ditemukan pada jenis kadal, chelonians, ular dan ampibi. Mengutip dari Reavill dan Schimdt calculi ini bisa disebabkan oleh kekurangan nutrisi vitamin A dan D, namun secara pasti masih belum diketahui apa penyebabnya (Reavill & Schmidt 2010). Menurut Wright tahun 2008 gejala yang muncul pada kura-kura yang menderita bladder calculi antara lain anoreksia, konstipasi, egg binding, dysuria dan pertumbuhan yang lambat (Wright 2008). Reavill & Schmidt tahun 2010 menyebutkan bahwa calculi dengan permukaan yang kasar atau ukuran yang besar dapat menyebabkan iritasi pada dinding kantung kemih sehingga menimbulkan hematuria (kondisi ketika adanya darah di dalam urine) serta hipertropi (peningkatan ukuran sel) pada dinding kantung kemih dan hyperplasia (meningkatnya jumlah sel yang terjadi pada organ tertentu akibat peningkatan proses mitosis) pada mukosa epitel (Reavill & Schmidt, 2010).

Mengutip dari laman hobibinatang.com kurang minum dianggap menjadi penyebab utama dari bladder stone. Banyak pehobi menganggap kura-kura tidak terlalu membutuhkan air, karena pakan seperti sayuran dan buah sudah mengandung banyak air. Namun hal itu kurang tepat, mereka masih membutuhkan air segar untuk minum, maka dari itu pastikan selalu tersedia air segar di kandang mereka. Pemberian pakan dengan komposisi yang tidak seimbang juga menjadi penyebab bladder stone pada kura-kura. Di alam kura-kura mengkonsumsi buah dan sayur secara seimbang sesuai yang dibutuhkan oleh tubuh. Jangan kelebihan protein atau kalsium, karena protein yang tidak terserap dengan sempurna dapat mengakibatkan over protein sehingga berpotensi mengendap dan mengalami penumpukan sehingga menyebabkan bladder stone. Karena itu untuk menjaga keseimbangan komposisi pehobi menggunakan pelet khusus kura-kura sebagai alternatif pakan.

Gejala fisik yang timbul pada kura-kura yang menderita bladder stone dapat dilihat dari beberapa perilaku kura-kura. Pertama kura-kura terlihat lemas dan kurang agresif, biasanya kura-kura menjadi lebih sering tidur dan sangat jarang bergerak. Kedua penurunan pada nafsu makan kura-kura, penurunan nafsu makan ini bisa disebabkan karena ada penyumbatan pada anus kura-kura sehingga kotoran tidak bisa keluar atau bisa juga gejala masalah pencernaan lain. Ketiga kura-kura kesulitan dalam mengeluarkan kotoran. Saat melakukan penjemuran rutin biasanya kura-kura akan mengeluarkan kotorannya, jika saat mengeluarkan kotoran kura-kura terlihat kesulitan dan ada suara erangan maka ada kemungkinan kura-kura terkena Bladder stone. Keempat berjalan pincang atau kaki terlihat lebih pincang dari biasanya. Hal itu akibat adanya tekanan mekanis dari batu kandung kemih di area sekitar anus yang menyebabkan kura-kura tidak leluasa bergerak. Tetapi untuk memastikan keadaan kura-kura dengan tepat dapat dilakukan rontgen.

Untuk pencegahan dan pengobatan pada kura-kura dengan ukuran bladder stone yang belum terlalu besar dapat dilakukan beberapa hal seperti mengganti pola makan kura-kura, perbanyak buah pepaya hingga butiran dari BS mulai keluar dengan sendirinya. Kemudian sediakan air minum yang cukup hingga kura-kura mengeluarkan butiran. Lalu rutin merendam air hangat atau dijemur 15 menit minimal 2 kali seminggu, dan menstabilkan suhu di malam hari pada suhu 30 derajat celcius. Namun jika ukuran BS sudah terlalu besar langkah-langkah tersebut menjadi tidak efektif, maka dari itu harus dikeluarkan dengan metode operasi.

Kesalahan pada perawatan kura-kura sangat berpengaruh meningkatkan kemungkinan terkena BS. Mulai dari pemberian air yang kurang, makanan dengan komposisi yang tidak seimbang, dan jarang menjemur serta memandikan kura-kura menjadi faktor utama penyebab BS. Maka dari itu bagi pehobi pemula alangkah baiknya untuk mempelajari terlebih dahulu tentang cara perawatan pada kura-kura sebelum memutuskan untuk membeli.

Susanto, Joko. 2022. “Hiperplasia Endometrium”, https://www.klikdokter.com/penyakit/hiperplasia-endometrium, diakses pada 8 Juli 2022 pukul 21:00.

Makarim, Fadhil Rizal. 2022. “Hematuria”, https://www.halodoc.com/kesehatan/hematuria, diakses pada 8 Juli 2022 pukul 21:30.

Reza, Iqbal. 2018. “Cara Mengobati Bladder Stone pada Kura Kura Beserta Penyebabnya”, https://www.hobinatang.com/2018/11/cara-mengobati-bladder-stone-pada-kura-kura.html, diakses pada 8 Juli 2022 pukul 21:35.