Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Komunikasi Antar Negara Anggota ASEAN

Abstrak
Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Untuk memahami satu sama lain dalam proses komunikasi diperlukan pemahaman yang sama dalam bahasa yang digunakan. Selain itu bahasa juga dipandang sebagai lambang identitas sebuah komunitas atau negara. Oleh karena itu, keberadaan sebuah bahasa menjadi hal yang sangat penting. Begitu pula ASEAN, sebagai sebuah komunitas negara-negara Asia Tenggara tentu diperlukan satu bahasa yang mampu dijadikan alat komunikasi sekaligus berperan sebagai identitas organisasi. Dalam makalah yang menggunakan metode deskriptif kualitatif ini, penulis memaparkan peluang, hambatan, dampak positif, serta upaya yang harus dilakukan untuk mewujudkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ASEAN. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh sebagian negara-negara anggota ASEAN memiliki peluang sebagai bahasa komunikasi antar negara anggota. Namun untuk mewujudkan misi tersebut, terdapat berbagai hambatan baik dari dalam negeri maupun persaingan dengan negara lain. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Seminar Nasional Inovasi dan Tren (SNIT) 2015Kata kunci: Bahasa Indonesia, Komunikasi, ASEAN I.

PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan teknologi serta pertumbuhan ekonomi dunia saat ini berimplikasi pada pertumbuhannya komunitas-komunitas antar bangsa untuk mengakomodir berbagai kepentingan bersama. Kepentingan tersebut meliputi bidang ekonomi, pertahanan, sosial, seni-budaya, dan teknologi. Pembentukan komunitas antar negara dalam satu wilayah sangat diperlukan untuk memajukan sektor- sektor penting dari setiap negara anggota. Kesadaran ini muncul atas dasar fakta bahwa sebuah negara tidak dapat berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Menggandeng negara-negara tetangga dalam ruang lingkup simbiosis mutualisme adalah salah satu cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang tidak tercukupi dalam negeri. Kebutuhan peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi muara dari pembentukan komunitas antar negara dalam suatu wilayah tertentu. Ekspansi produksi dalam negeri dan pemenuhan komoditi, pilihan pendidikan, peningkatan keamanan regional, kerjasama penangkapan pelaku tindak kriminal, serta menjaga hubungan baik antar negara adalah sebagian dari tujuan esensial perlunya terbentuknya komunitas tersebut. Bahasa berperan penting dalam komunikasi antar negara dengan berbagai kebudayaan. Sebuah komunitas dengan beragam bahasa induk akan menyulitkan proses komunikasi. Kesatuan bahasa nantinya akan memudahkan setiap orang dalam bertransaksi, pembuatan dokumen kerjasama, pelabelan produk, dan lain-lain. Oleh karena itu, kesatuan bahasa menempati posisi vital dan harus segera dirumuskan bersama. Atas dasar pemikiran tersebut, ASEAN sebagai sebuah komunitas regional yang beranggota negara-negara yang memiliki bahasa induk yang berbeda-beda perlu segera menentukan bahasa bersama. Menurut Cliff Goddard dalam bukunya “The Languages of East and Southeast Asia: An Introduction” (30:2005), menyebutkan persebaran bahasa di Asia Tenggara, yaitu bahasa Indonesia dan Malaysia (disebut Malay) sebanyak 200 juta, bahasa Jawa 75 juta, bahasa Sunda 30 juta, bahasa Tagalog 50 juta, dan sisanya bahasa yang lain. Bahasa Indonesia dan bahasa melayu merupakan dua bahasa yang memiliki jumlah penutur terbanyak. Namun ditinjau dari segi politis identitas bahasa indonesia memiliki keunggulan dari bahasa melayu. Bahasa indonesia terbukti mampu mempersatukan berbagai etnis yang ada di berbagai pulai di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa bahasa indonesia dapat diterima oleh berbagai etnis dan menarik mereka untuk mempelajarinya. Sebaliknya, bahasa Melayu di Malaysia yang berbasis etnis tertentu, sehingga etnis non melayu enggan untuk mempelajarinya dan bertahan menggunakan bahasa asal mereka. Untuk menjadi bahasa pemersatu antar negara, tentu terdapat persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan itu antara lain memiliki struktur bahasa yang sederhana, memiliki kesamaan struktur dasar, serta sejarah mempunyai filosofis yang diterima seluruh anggota. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemungkinan Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi ASEAN.

PEMBAHASAN
Dampak Positif Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Komunikasi Komunitas ASEANBahasa Indonesia memiliki prospek yang baik untuk berkembang dan melakukan ekspansi lebih luas. Hal ini dikarenakan Indonesia didukung oleh beberapa faktor, diantaranya sektor ekonomi mengalami kemajuan yang cukup besar. Selain itu, dengan adanya pasar bebas ASEAN ini, Indonesia merupakan pasar yang sangat menguntungkan. Momentum yang sangat bagus ini harus mampu dimanfaatkan dengan sebaik mungkin termasuk aspek kebahasaan. Berikut beberapa keuntungan apabila Bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar dalam komunikasi masyarakat ASEAN. Media Promosi Republik Indonesia Bahasa merupakan salah satu media promosi yang bagus bagi sebuah negara baik untuk sekedar dikenal keberadaannya maupun menarik wisatawan dan investor untuk mengetahui lebih dalam tentang sebuah negara, seperti halnya Inggris, Spanyol, Perancis, Jerman, Jepang, Cina, dan Korea dimana bahasa mereka dikenal luas dan banyak dipelajari di berbagai negara. Bahkan dibeberapa negara bahasa-bahasa tersebut diatas digunakan sebagai bahasa resmi. Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa memiliki peranan cukup vital dalam upaya mempromosikan suatu negara. Bahasa Indonesia kini memiliki kesempatan untuk “go international” dengan adanya ASEAN Community ini. Pertanyaannya adalah mengapa harus “menunggang” ASEAN untuk mempromosikan Bahasa Indonesia? Hal ini dikarenakan Indonesia belum memiliki “bargaining position” atau nilai tawar dalam pergaulan internasional. Oleh karena itu, ASEAN merupakan ruang lingkup yang cukup untuk menarik perhatian masyarakat internasional. Posisi indonesia yang merupakan negara terbesar dalam ASEAN sehingga keberadaan dan gagasannya cukup diperhitungkan oleh negara anggota lain. Oleh karena itu, gerakan cinta bahasa Indonesia perlu digalakkan kembali. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam praktek kehidupan sehari-hari serta penanaman cinta bahasa kepada generasi bangsa sedini mungkin. Karena bahasa merupakan sebuah pembiasaan, maka peran orang tua, guru dan media menjadi sangat penting. Sehingga semua pihak harus mengambil perannya masing-masing dalam memajukan bahasa Indonesia, terutama pihak-pihak yang berkaitan langsung seperti ahli bahasa, badan bahasa nasional, dan kemenlu RI. 2. Memajukan Perekonomian Dalam Negeri Dampak positif lain apabila Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa komunikasi masyarakat ASEAN adalah meningkatkan perekonomian dalam negeri. Pemasukan tambahan dapat bersumber dari investasi asing, ekspor produk-produk dalam negeri, ramainya turis yang memadati objek-objek wisata, serta sektor hiburan dan kebudayaan yang mulai diminati oleh negara asing. Karunia Indonesia berupa sumber daya alam yang melimpah serta kebudayaan yang beraneka ragam harus dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai modal menjadi negara maju. Berada dalam era dimana informasi dan komunikasi menjadi sesuatu hal yang mudah, sebuah negara tidak dapat mengurung diri dan tidak melakukan interaksi dengan negara lain. Oleh karena itu, dengan modal besar tersebut diatas ditambah Bahasa Indonesia dikenal luas maka diharapkan warga asing dapat mengenal Indonesia dan berkunjung.
Sejarah Bahasa Indonesia
Sejarah Bahasa Indonesia Kata ‘Indonesia’, pertama kali dilontarkan oleh salah seorang tokoh kebangsaan Inggris bernama George Samuel Earl, dengan menyebut kata ‘Indunesia’ pertama kali untuk menamai gugusan pulau di Lautan Hindia. Namun, para ilmuan berkebangsaan Eropa lebih sering menyebut dengan kata ‘Melayunesia’. Sejarah dunia mencatat, bahwa dalam majalah Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (Volume IV, P. 254, tahun 1850), seorang tokoh Inggris bernama J. R. Logan, menyebut gugusan pulau di Lautan Hindia dengan kata ‘Indonesian’. Kemudian, seiring berjalannya waktu, oleh tokoh berkebangsaan Jerman yang bernama Adolf Bastian, dan dalam bukunya yang berjudul Indonesian Order die Inseln des Malaysichen Archipel, ia menyebut kata ‘Indonesia’ untuk menamai gugusan pulau yang bertebaran di Lautan Hindia. Dan, kata ‘Indonesia’ inilah yang kemudian dipakai sebagai nama negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, yang berduduk lebih dari 220 juta jiwa. Sejarah Indonesia mencatat bahwa berbagai batu tertulis (prasasti) kuno yang ditemukan, seperti (1) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683; (2) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684; (3) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686; dan (4) Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688, yang bertulis Pra-Nagari dan bahasanya Melayu Kuno, memberi petunjuk kepada kita bahwa bahasa Melayu dalam bentuk Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya.
Peningkatan Peran Bahasa IndonesiaBahasa memiliki fungsi utama sebagai alat berkomunikasi dan interaksi. Namun demikian, bahasa Indonesia bukan sekadar sebagai sarana komunikasi. Sugono (2012: 2) menyatakan bahwa bahasa Indonesia telah membuktikan fungsinya sebagai media ekspresi (1) pernyataan sikap politik identitas bangsa pada Kongres Pemuda Kedua 28 Oktober 1928 yang menyatakan pengakuan terhadap (i) satu tumpah darah, tanah air Indonesia, (ii) satu bangsa, bangsa Indonesia, dan (iii) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia, serta (2) pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia 17 Agustus 1975. Pernyataan sikap politik pada Sumpah Pemuda tersebut mampu membangun sinergi kekuatan persatuan merebut kemerdekaan dari cenkeraman kolonialisme Barat. Sementara itu, pernyatan kemerdekaan Indonesia terbukti mampu memberi inspirasi membentuk persatuan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk melawan kolonialisme. Nyata sekali bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa kebangsaan memiliki peran politik yang sangat besar, terutama sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia memainkan peran penting dalam penyatuan berbagai pembentukan karakter bangsa, perjuangan kemerdekaan bangsa, pencerdasan kehidupan bangsa, dan perubahan menuju peradaban yang lebih maju dan unggul. Sejalan dengan itu, pengefektifan pendidikan bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat penting dan menentukan dalam pembangunan kecerdasan dan karakter generasi muda serta pengembangan karakter bangsa.Hambatan-Hambatan Untuk Mewujudkan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Komunikasi ASEAN Dalam upaya menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi antar negara anggota ASEAN terdapat beberapa hambatan yang dapat Prosiding SNIT 2015 : Hal. D-4 dikategorikan menjadi dua, yaitu hambatan dari dalam negeri dan luar negeri.

  1. Hambatan Dari Dalam Negeri Keberadaan Bahasa Indonesia sebagai tuan rumah di dalam negeri mulai terancam. Warga Indonesia tidak lagi bangga menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan banyak faktor, diantaranya: a. Dominasi bahasa lain yang lebih populer Bahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional serta munculnya bahasa-bahasa lain yang diiringi dengan populernya budaya mereka membuat posisi bahasa Indonesia sedikit tergeser meskipun masih sebagai primadona dalam percakapan sehari-hari. Globalisasi memiliki dampak yang kuat terhadap perkembangan bahasa Inggris dan bahasa-bahasa kuat lain. Terbukanya arus komunikasi antar negara ini seolah-olah menjadi arena pertarungan antar bahasa pula. Bahasa yang memiliki posisi kuat dapat melebarnya sayapnya ke negara-negara lain. Perkembangan sebuah bahasa selalu erat dengan perkembangan bahasa. Hal ini sejalan dengan pemikiran dari, Chaer (2003:61) “Jalan pikiran dan kebudayaan suatu masyarakat ditentukan atau dipengaruhi oleh struktur bahasanya”. Artinya antara budaya dan bahasa adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini terbukti berkembangnya budaya Korea dengan K- Pop membuat bahasa Korea kini banyak diminati orang-orang dari berbagai negara termasuk Indonesia. Berdasarkan pola pemikiran tersebut maka seharusnya Indonesia mulai mempromosikan budaya pribumi secara besar- besaran dengan berbagai cara, salah satunya media hiburan. b. Lunturnya Kecintaan Pada Bahasa Indonesia Sudah bukan rahasia bahwa kecintaan warga pribumi Indonesia terhadap bahasa bangsanya mulai luntur. Hal ini dapat dilihat jelas dari hasil Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia yang masih rendah. Bahkan masih banyak siswa nilai Bahasa Indonesia lebih rendah dari mata pelajaran lain. Ironis memang bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Munculnya ragam bahasa gaul atau bahasa alay memiliki andil terhadap kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Masyarakat lebih memilih menggunakan bahasa gaul menandakan bahwa penghargaan akan bahasa Indonesia yang sesuai EYD mulai luntur. Salah satu rumusan Sumpah Pemuda ini dianggap masyarakat tidak lagi relevan digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa Indonesia yang sesuai EYD lebih cocok digunakan dalam pembicaraan resmi, dokumen kenegaraan, surat- menyurat antar instansi, buku ajar, dan sebagai bahasa pengantar dunia pendidikan. 2. Hambatan Dari Luar Negeri Selain hambatan dari dalam negeri, langkah untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi antar negara ASEAN mendapat hambatan dari negara lain yang memiliki niatan sama. Tantangan tersebut muncul dari Malaysia yang menginginkan bahasa melayu menjadi bahasa resmi ASEAN. Hal yang mendasari Malaysia adalah bahasa Melayu adalah akar dari bahasa Indonesia dan bahasa Melayu. Faktor pendukung lainnya adalah bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi di negara Malaysia, Singapura, dan Brunnei Darussalam. Dengan posisinya yang cukup kuat maka bahasa Melayu memiliki peluang besar untuk menjadi bahasa resmi ASEAN.

KESIMPULAN
Bahasa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi bahasa komunikasi antar negara anggota ASEAN.Namun, terdapat beberapa tantangan dan hambatan dalam merealisasikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN, seperti masalah penggunaannya, pengaruh saling pada ketiga bahasa, pembinaan, pengembangan, dan pengajarannya

DAFTAR PUSTAKA
Harmoko, Danang Dwi. “Analisa Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Komunikasi Antar Negara Anggota ASEAN.” SNIT 2015 1.1 (2015): 1-5.

Indonesia, S. B. SEJARAH BAHASA INDONESIA. BAHASA INDONESIA.

Suwandi, Sarwiji. “Peran Bahasa Indonesia dalam Pengembangan Budaya Literasi untuk Mewujudkan Bangsa yang Unggul dalam Konteks Masyarakat Ekonomi Asean.” Seminar Nasional dengan tema “Peran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)” yang diselenggarakan STKIP Siliwangi Bandung . Vol. 25. 2015.