Perbedaan antara adverbia deverbal, adverbia denominal, dan adverbia denumeral dapat saya jelaskan sebagai berikut.
1. Adverbia deverbal menurut Septiana (2010, p. 22) merupakan adverbia polimorfemis yang diturunkan dari dasar verba (kata kerja) dengan proses afiksasi tertentu. Verba dengan afiks ter- dapat bertransposisi menjadi adverbia. Transposisi ini tampaknya terbatas hanya pada kata terlampau, teramat, dan terlalu (Arifin & Matanggui, 2007), 107). Kemudian menurut (Alwi, dkk. 2017: 257) adverbial deverbal adalah adverbia yang dibentuk dari dasar yang berkategori verba. Maka dapat disimpulkan adverbial deverbal adalah transformasi verba menuju adverbial.
Misalnya:
- Kebutuhan barang tersebut terlampau mahal.
- Saya akan datang kira-kira pukul setengah sepuluh.
- Pemilik jabatan tersebut teramat kaya.
- Kamu terlalu mencintaiku, hingga aku jatuh cinta.
2. Adverbia denominal menurut Resnita (2019: 27) adalah adverbia yang berasal dari kelas nomina yang telah mengalami transposisi atau perpindahan kelas kata melalui proses morfologis yakni melalui afiksasi. Adverbial denominal tersebut dapat diperoleh melalui penambahan prefiks dan sufiks. Kemudia menurut (Septiana, 2010: 22) adverbia denominal merupakan adverbia polimorfemis yang diturunkan dari nomina (kata benda), termasuk numeralia (kata bilangan), dengan proses afiksasi tertentu. Sedangkan menurut (Alwi, 2017: 257) adverbia denominal adalah adverbia yang dibentuk dari dasar yang berkategori nomina. Adverbia rupanya, agaknya, dan malam-malam pada contoh berikut, misalnya, diturunkan dari kata rupa, agak, dan pagi yang berkategori nomina.
Misalnya:
-
Agaknya bukan tidak mungkin Indonesia mampu mewujudkan impian Indonesia emas tahun 2045.
-
Rupanya pria tersebut punya tujuan yang mampu memajukan Indonesia.
- Bapak selalu berangkat pagi-pagi menuju kantor.
3. Adverbia denumeral menurut (Alwi, 2017: 258) adalah pembentukan adverbial dari dasar numeralia. Hal tersebut sesuai pernyataan Kridalaksana (2008:81) yang mendefinisikan adverbial sebagai kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau preposisi dalam konstruksi sintaksis. Maka dapat disimpulkan adverbial numeralia adalah dasar pembentukan adverbia dari numeralia.
Misalnya:
- Jika mencampurkan gula sedikit-sedikit saja jangan terlalu banyak.
- Masukkan kardus tersebut satu-satu.
- Kalau mengambil sebuah keputusan jangan setengah-setengah.
- Pengamat minta Anies Baswedan tidak setengah-setengah atasi banjir di Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi Hasan, dkk. (2017). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud.
Arifin, Z. dkk. (2007). Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: Grasindo.
Dewi, R. (2019). PEMBENTUKAN DAN PERUBAHAN MAKNA ADVERBIA DENOMINAL DALAM BAHASA INDONESIA. Jurnal MATAALLO (Masyarakat Peneliti Pendidikan Bahasa Indonesia), 25 - 32 . http://journals.ukitoraja.ac.id/index.php/mataallo/article/download/1255/944/ (diakses 9 November 2021)
Dina Yulianti, d. (2014). FRASA BAHASA MELAYU DIALEK KETAPANG. JPPK (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa), 1-16. FRASA BAHASA MELAYU DIALEK KETAPANG | Yulianti | Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (diakses 9 November 2021)
Kridalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Nurhayati, S. (2010). ADVERBIA TURUNAN BAHASA JAWA DALAM RUBRIK CERKAK PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI BULAN JUNI-NOVEMBER TAHUN 2010. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta. https://eprints.uny.ac.id/32315/ (diakses 9 November 2021)