Bagaimanakah hubungan antara sintaksis dan wacana?

Sebelum membahas hubungan antara sintaksis dan wacana, berikut sedikit penjelasan mengenai hakikat sintaksis dan wacana itu sendiri. R. Noortyani (2017: 1-2) menyebutkan beberapa hakikat sintaksis dari beberapa pendapat para ahli yaitu Kata sintaksis (Inggris=Syintax) berasal dari bahasa Yunani sun artinya “dengan” dan tattien artinya “menempatkan”. Secara etimologis, istilah tersebut berarti menempatkan atau menyusun secara bersama- sama antara kata dengan kata atau kata kelompok kata. Sedangkan menurut Verhaar (1996) Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata dalam kalimat atau tata bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan.

Kemudian Secara etimologis istilah “wacana” berasal dari bahasa Sanskerta wac/wak/vak yang artinya berkata, berucap. Menurut Alwi et al (1998: 419) menyatakan bahwa wacana adalah serentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan preposisi yang satu dengan preposisi yang lain yang membentuk kesatuan.
Dari penjelasan hakikat sintaksis dan wacana dapat disimpulkan keduanya memiliki hubungan. Dimana sintaksis ilmu yang mengkaji mengenai kata, frasa, klausa yang mana dapat dikembangkan atau dikonstruksikan di dalam sebuah wacana dengan susunan kata-kata yang akan menjadi kalimat yang tersusun secara kohesi dan koherensi.

Referensi:
R. Noortyani. 2017. Buku Ajar Sintaksis. Yogyakarta: Penebar Pustaka Media.
S. Teguh. Hakikat Wacana Bahasa Indonesia http://repository.ut.ac.id/4773/1/PBIN4216-M1.pdf

Ramlan (1996: 21) mengatakan bahwa sintaksis ialah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.

Hartono (2012: 12) menyatakan bahwa wacana adalah satuan kebahasaan yang unsurnya terlengkap, tersusun oleh kalimat atau kalimat-kalimat, baik lisan maupun tulis yang membentuk suatu pengertian yang serasi dan terpadu, baik dalam pengertian maupun dalam manifestasi fonetisnya.

Berdasarkan dua pendapat di atas, menurut saya sintaksis dan wacana memiliki hubungan. Sintaksis membahas seluk beluk pembentukan kalimat dan wacana membutuhkan teori sintaksis untuk menyusun kalimat yang kohesi serta koherensi. Hal itu karena wacana dapat dikatakan baik jika memperhatikan hubungan antarkalimatnya.

Referensi:

Hartono, Bambang.2012.Dasar-Dasar Kajian Wacana.Semarang: Pustaka Zaman.

Mayasari, Diana.2017.Fungsi dan Peran Sintaksis Bahasa Indonesia dalam Rubrik Deteksi Harian Jawa Pos.SASTRANESIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.5(3): 2 – 3.

Ramlan.1996.Sintaksis.Yogyakarta: CV. Karyono

Widiatmoko, Wisnu.2015.ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI WACANA BERITA RUBRIK NASIONAL DI MAJALAH ONLINE DETIK.Jurnal Sastra Indonesia.4(1): 2 – 4.

Butt, dkk. (1996:49) menyebutkan proses relasional menghubungkan
partisipan yang satu dengan lainnya atau proses yang memberikan identitas
atau deskripsi kepada partisipan. Kata kerja yang memungkinkan dipakai dalam
proses relasional adalah tampak, menjadi, terlihat, adalah, disebut, merupakan,
dsb.Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dan tertinggi di atas
kalimat atau klausa dengan kohesi tinggi yang berkesinambungan serta
mempunyai awal dan akhir yang nyata dan disampaikan secara lisan atau
tulisan (Tarigan dalam Sudaryat, 2009:111). Wacana diartikan sebagai satuan
bahasa terlengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan
koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang berkesinambungan, dan
dapat disampaikan secara lisan atau tertulis (Mulyana, 2005:6). Dengan kata
lain, wacana adalah satuan bahasa tertinggi dan terlengkap yang direalisasikan
dalam berbagai bentuk karangan, baik lisan dan tulisan, yang
kebersinambungannya ditandai dengan hadirnya kohesi yang tinggi.Halliday (1994:101) menyatakan konsep yang paling penting dalam
sebuah teks adalah pertalian antarpesan-pesan yang muncul di dalamnya.
Pertalian ini dilakukan dengan menggunakan alat bahasa yang disebut kohesi.
Kohesi adalah hubungan antarkalimat dalam teks yang ditandai oleh
penggunaan unsur bahasa (Arifin dan Rani, 2000:72)

Referensi :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (pendekatan Proses). Rineka
Cipta: Jakarta

Ramlan (2001:21) menyatakan bahwa sintaksis adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar kata, frase, klausa, atau kalimat yang satu dengan yang lain. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa sintaksis mempelajari tantang stuktur dan seluk beluk frasa, klausa, dan kalimat.
Sedangkan wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan dan menghubungkan proposisi yang satu dengan lainnya dalam kesatuan makna Alwi (2003:419). Wacana dapat juga dikatakan memiliki unsur berupa kalimat, sedangkan kalimat itu sendiri tersusun dari hubungan antar kata.

Dari kedua pemaparan tersebut didapatkan hubungan antara sintaksis dengan wacana yaitu dalam wacana dibutuhkan unsur penyusunnya yaitu kalimat, sedangkan susunan dalam suatu kalimat sendiri dipelajari melalui sintaksis. Singkatnya sintaksis dan wacana saling berkaitan karena unsur penyusun wacana dipelajari dalam sintaksis.

Daftar Pustaka:
Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramlan, M. 2001. Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.

1 Like

Sintaksis merupakan tata bahasa yang membahas hubungan antarkalimat dan tuturan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparno (1994) menyatakan bahwa sintaksis merupakan salah satu subdisiplin gramatika objek kajian frasa dan kalimat dari berbagai segi yaitu konsruksi sintaksis, jenis-jenis frasa, struktur klausa, alat-alat sintaksis, jenis-jenis kalimat dan analisis kalimat.

Sedangkan Wacana dapat diarahkan ke satu tujuan bahasa atau mengacu sejenis kenyataan. Lebih lanjut, Syamsuddin (1992:5) menjelaskan pengertian wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk dari unsur segmental maupun nonsegmental bahasa.

Dengan demikian sintaksis dan wacana memiliki hubungan yang sangat erat, karena dalam sebuah wacana terdapat rentetan sintaksis yang memiliki keterpaduan satu sama lainnya, sehingga wacana sangat memerlukan sintaksis agar kalimat menjadi kohesi dan koheren.

Daftar pustaka:
Suparno,.1994. Linguistik umum. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud.
Syamsuddin A.R, 1992. Studi Wacana: Teori-Analisis Pengajaran. Bandung: FPBS IKIP Bandung.
Supardo, Susilo. 1988. Bahasa Indonesia Dalam Konteks. Jakarta: P2LPTK.

1 Like

Sintaksis dalam bahasa Belanda syntaxis dan dalam bahasa Arab nahu adalah ilmu bahasa yang membicarakan hubungan antarunsur bahasa untuk membentuk sebuah kalimat. Secara etimologis istilah tersebut berarti menempatkan kata-kata menjadi kelompok kata (frasa) atau frasa menjadi kalimat. Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia, sintaksis disebut dengan ilmu tata kalimat.

A. Chaer (2015:19) menyatakan bahwa sintaksis menguraikan atau menganalisis sebuah satuan bahasa yang dianggap “paling besar” yaitu kalimat, diuraikan atas klausa-klausa yang membentuk kalimat itu. Lalu klausa diuraikan atas frasa-frasa yang membentuk klausa itu, dan frasa diuraikan atas kata-kata yang membentuk frasa itu.
Tentu di atas kalimat masih terdapat unsur lainnya yaitu wacana. Satuan wacana terdiri atas unsur-unsur yang berupa kalimat, satuan kalimat terdiri atas unsur-unsur yang berupa klausa, satuan frasa terdiri atas unsur-unsur yang berupa kata, dan satuan frasa terdiri atas unsur-unsur yang berupa kata.

Hubungan antara satuan-satuan itu memperlihatkan adanya semacam tatanan tertentu yang tertata dari urutan yang paling besar atau tinggi (wacana) ke dalam urutan yang paling kecil atau rendah (fonem). Urutan tersebut disebut urutan gramatikal. Wacana dalam hal ini tidak dibahas secara khusus karena perihal wacana tidak hanya berkaitan dengan sintaksis tetapi juga dengan semantik dan pragmatik. Oleh karena itu, hal ini hanya membicarakan perihal yang berkaitan dengan masalah frasa, klausa, dan kalimat.

Referensi
Tarmini, Wini., dan Rr. Sulistyawati. (2019). Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: UPT UHAMKA.

Menurut pendapat Ramlan (2005:18) sintaksis merupakan bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Sedangkan wacana menurut Moeliono dalam Djajasudarma (2010:3) adalah rentetan kalimat yang berkaitan menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya membentuk satu kesatuan. Pemahaman wacana yang menekankan unsur keterkaitan kalimat-kalimat, di samping hubungan proposisi sebagai landasan berpijak, mengisyaratkan bahwa konfigurasi makna yang menjelaskan isi komunikasi pembicaraan sangat berperan dalam informasi yang ada pada wacana.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa tertinggi yang menghubungkan satu proposisi dengan proposisi lainnya sehingga membentuk kesatuan yang utuh. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa di atas kalimat masih terdapat unsur lainnya yaitu wacana. Satuan wacana terdiri atas unsur-unsur yang berupa kalimat; satuan kalimat terdiri atas unsur-unsur yang berupa klausa; satuan frasa terdiri atas unsur-unsur yang berupa kata; dan satuan frasa terdiri atas unsur-unsur yang berupa kata. Hubungan antara satuan-satuan itu memperlihatkan adanya semacam hierarki atau tataran tertentu yang tertata dari urutan yang paling besar atau paling tinggi (wacana) ke dalam urutan yang paling kecil atau paling rendah (fonem). Hierarki tersebut dinamakan hierarki gramatikal.

Referensi:
Ramlan, M. (2005). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Djajasudarma, T. Fatimah. (2010). Sintaksis: Sebuah Panduan Praktis. Surakarta: Yuma Pustaka.

1 Like

Tarigan (1983: 4) mengemukakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa.
Keraf (1984: 137) mengatakan bahwa sintaksis merupakan bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar serta proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa, seperti kata, intonasi, dan sistem tata bahasa yang dipakai. Sedangkan menurut Ramlan (1987: 21)
sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan
seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Maka, dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu mengkaji tentang struktur pembentukan kalimat yang meliputi kata, frasa, dan klausa.

Wacana ialah satuan gramatikal yang berada pada tataran tertinggi dan terlengkap. Wacana biasanya direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh atau paragraf. Dalam kasus tertentu, wacana bisa berupa kalimat atau kata, tetapi kalimat atau kata itu telah membawa amanat secara lengkap (Kridalaksana, 2001:231).

Maka dari itu, sintaksis dan juga wacana saling berhubungan karena sintaksis mempelajari kata atau kalimat sebagai pembentuk wacana yang merupakan satuan gramatikal tertinggi. Struktur kalimat, klausa, dan juga frasa yang ada pada sintaksis dapat menimbulkan adanya kohesi dan koherensi pada wacana. Dengan kata lain, rangkaian kalimat pada wacana dapat dikaji dengan sintaksis

Referensi :
Rumilah, Siti. 2021 . Sintaksis Pengantar Kemahiran Bahasa Indonesia . Surabaya : Revka Prima Media.
Santoso, Joko. 2009 . Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta : Universitas Terbuka.

1 Like

Hubungan Antara Sintaksis dan Wacana

Sintaksis merupakan salah satu cabang linguistik yang kajiannya mencakup seluk-beluk bahasa dalam satu kalimat.
Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat.
Dalam analisis wacana terdapat makro dan mikro, dimana struktur mikro mencangkup hubungan wacana dengan sintaksis. Dalam bagian ini, sintaksis mengamati hal-hal sebagai berikut : bagaimana pendapat disampaikan, dan elemennya adalah bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti. Pengamatan ini ditentukan oleh penguasaan pola-pola klausa dan kalimat, proses penyusunan kalimat khususnya kalimat luas atau majemuk. Di samping itu, pengetahuan tentang kepaduan kalimat, pengektifan kalimat merupakan hal yang penting dalam analisis wacana. Dengan demikian, sintaksis merupakan salah satu bidang yang dapat dijadikan landasan dalam analisi wacana.(Surono, 2014: 6)

Referensi
Surono. 2014. Analisis Frasa-Kalimat Bahasa Indonesia . Semarang: Gigih Pustaka Pribadi.

Tarmini & Sulistyawati (2019) mengatakan bahwa sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan kata dan satuan-satuan yang lebih besar serta hubungan di antaranya, memiliki keterkaitan erat dengan keberterimaan makna dalam bahasa Indonesia. Artinya sintaksis sangat mementingkan makna gramatikal dalam kalimat. Menurut Arifin (2008) sintaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa, dan kalimat. Sedangkan, wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sintaksis dan wacana memiliki hibungan yang erat. Hal ini dibuktikan dengan sebuah keutuhan wacana dapat dikaji dengan teori sintaksis dan juga wacana memerlukan kajian sintaksis agar tersusun kalimat-kalimat yang berkesinambungan.

Referensi:
Arifin, Z. (2008). Sintaksis . Grasindo.
Tarmini, W., & Sulistyawati, R. (2019). Sintaksis Bahasa Indonesia.

1 Like

Ramlan (1981) menyatakan bahwa sintaksis ialah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap. Sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
Sintaksis mempelajari kata dengan satuan yang lebih besar sedangkan wacana itu dibentuk dari kalimat-kalimat, gabungan kata dan frasa yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya.
Referensi:
Ramlan. 2001. Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.
Setiawati, Eti & Roosi Rusmawati. 2019. Analisis Wacana: Konsep, Teori, dan Aplikasi. Malang: UB Press

Menurut Arifin dan Junaiyah (2008 : 1), sintaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan. Objek kajian sintaksis adalah kalimat yang mana di dalam kalimat tersebut terdapat kata, frasa, dan klausa. Dengan demikian, sintaksis mengkaji seluk beluk tata bahasa dalam satuan kalimat sebagai kasta tertinggi.

Harimurti Kridalaksana (2000 : 231) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam satuan gramatikal. Hal itu berarti wacana sesungguhnya memiliki hirearki yang lebih tinggi daripada kata, frasa, dan kalimat. Untuk lebih lanjut, wacana mengkaji rentetan kalimat-kalimat yang teratur dan memiliki makna. Dalam kalimat-kalimat tersebut dapat dikaji dengan menggunakan analisis wacana apabila dalam wacana sudah terbina kekohesian dan kekoherensian. Bentuk wacana dapat berupa narasi, eksposisi, argumentasi, atau deskripsi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sintaksis dan wacana memiliki hubungan yang sangat erat karena dalam wacana yang mengkaji unit bahasa di atas kalimat atau ujaran tentu membutuhkan sintaksis untuk menemukan kesistematikaan kalimat demi kalimat agar pesan atau makna yang disampaikan penulis dapat terhindar dari ambiguitas dan disinformasi. Selain itu, dengan mempelajari sintaksis kita jadi mengetahui pola-pola pada kalimat. Dengan mengetahui pola-pola dalam kalimat maka kita dapat menciptakan kekohesian dan kekoherensian yang selanjutnya dapat dikaji menggunakan wacana.

Sumber:

Abdul Chaer. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, Zainal dan Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: PT. Grasindo.

Harimurti Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

1 Like

Wacana dapat diartikan sebagai unsur bahasa terlengkap dan menjadi satuan tertinggi dalam sebuah hierarki gramatikal, direalisasikan dalam karangan utuh dengan kelengkapan amanat, karena ada hubungan isi (koherensi) dan hubungan bahasa (kohesi) yang erat dan serasi. (Zaenal Arifin, 2010)
Sebagai suatu sistem bahasa, sintaksis mempersoalkan hubungan antara kata dan satuan-satuan yang lenih besar, membentuk suatu kontruksi yang disebut kalimat. Hubungan antara satuan-satuan itu memperlihatkan adanya semacam hierarki atau tata urut tingkatan. Dalam mengenai uraian hakikat bahasa, telah dijelaskan tata urut tingkatan bahasa tertentu dan urutan yang paling besar atau paling tinggi (wacana) ke yang paling kecil adalah bunyi (fonem). (Achmad H. P, 2012:2)
Hubungan dari keduanya adalah sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa berusahamenjelaskan unsur-unsur pembentuk wacana serta hubungan dari unsur-unsur itu sendiri.

Referensi:
Susanti, D. I., Sumadyo, B., & Arifin, E. Z. (2016). Sintaksis Bahasa Indonesia. Tangerang: Pustaka Mandiri.

Pada analisis wacana mungkin dikenal tentang istilah struktur makro dan mikro. Pada struktur makro ini salah satu bidang cakupanya adalah sintaksis. Sintaksis juga merupakan salah bidang yang dapat dijadikan landasan dalam analisis wacana (Surono, 2014: 6). Hal ini disebabkan pada sintaksis mengamati bagaimana pendapat disampaikan dan elemennya adalah bentuk kalimat, koherensi dan kata ganti. Sedangkan pada analisis wacana kepaduan kalimat, keefektifan kalimat merupakan hal yang penting.

Susanti, Endang. 2017. Iniah Hubungan Sintaksis dan Subsistem Lain dalam Linguistik. https://masterlinguistik.blogspot.com/2017/01/hubungan-sintaksis-dan-subsistem-lain.html

Sintaksis merupakan pengaturan dan hubungan antar kata dan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa (Kridalaksana, 2008, hal. 223). Oleh karena itu, kalau membahas mengenai wacana tentu saja yang dibahasnya mengenai wacana dan unsur-unsur pembentuknya. Unsur pembentuk wacana yang dimaksud menurut Sudaryat (2007, hal. 307) yaitu yang berkaitan dengan kohesi (hubungan antara kalimat- kalimat atau proposisi dalam wacana), kohesi dibagi menjadi dua yaitu kohesi gramatikal (referensi, subtitusi, ellipsis, dan paralelisme) dan kohesi leksikal (sinonimi, antonimi, hiponimi, kolokasi, repetisi, dan ekuivalensi).

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia.

Lubis, Hamid Hasan. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa Bandung.