Bagaimana sih Interdisipliner Linguistik dengan Sosiologi? Yuk Kita Simak!


Hidup di tengah kehidupan masyarakat tentunya manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa adanya kehadiran orang lain ataupun tanpa bergaul bersama yang lain. Pernyataan tersebut membuktikan bahwasanya manusia ialah makhluk sosial. Secara naluriah, manusia terdorong supaya berhubungan dengan manusia lain sebagai upaya menyatakan adanya keberadaan dirinya, alat mengekspresikan kepentingan yang ada, menyatakan opini, maupun sebagai jembatan untuk mempengaruhi orang lain. Lalu kegiatan interaksi ini tentunya menggunakan alat, atau yang bisa disebut bahasa.

Secara arti yang luas, bahasa merupakan alat yang digunakan dalam berkomunikasi. Abdurrahman (2008), mengatakan bahwa bahasa menjadi objek kajian linguistik. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bukan membuat suatu kritik sastra, melainkan lebih pada sifat dalam mengkaji kebenaran, unsur pemakaian dari bahasa suatu cipta sastra. Lalu kajian bahasa dari segi makrolinguistik sifatnya interdisipliner, yang artinya kajian bahasa memanfaatkan beberapa bidang kajian yang lain. Salah satu contoh dari interdisipliner linguistik yaitu dapat dilihat dalam segi sosiologi.

Interdisipliner linguistik dengan ilmu sosiologi dapat disebut dengan sosiolinguistik. Pernyataan tersebut didukung oleh Haryono (2012), yang menyatakan bahwa sosiolinguistik jika dilihat dari konteks etimologi, memiliki arti yaitu gabungan dari sosiologi dan linguistik. Linguistik sendiri merupakan ilmu yang mengkaji bahasa, sementara sosiologi adalah ilmu yang mengkaji perilaku serta perkembangan masyarakat. Lalu Fisman (dalam Haryono: 2012) mengatakan bahwa sosiologi bahasa lebih cenderung digunakan, pertimbangan dari hal ini yaitu pada hakikatnya mengkaji suatu masalah sosial dalam hubungan tersebut dengan pemakaian bahasa. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Holmes (dalam Haryono: 2012), yang menyatakan bahwa sosiolinguistik adalah studi dari bahasa dengan masyarakat.

Sebagai objek sosiolinguistik, bahasa dipandang bukan sebagai bahasa, melainkan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat. Tiap aktivitas masyarakat, seperti upacara pemberian nama bayi sampai upacara pemakaman jenazah, tentunya tidak akan lepas dalam menggunakan bahasa. Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa bagaimanapun rumusan yang hubungannya dengan sosiolinguistik yang dikemukakan oleh para ahli tidak lepas dari hubungan bahasa dengan aktivitas atau aspek masyarakat.

Kesimpulan yang lahir dari pernyataan yang telah terurai yaitu bahasa adalah media komunikasi yang digunakan manusia. Bahasa menjadi objek adanya linguistik, lalu linguistik mampu berhubungan dengan ilmu yang lain, salah satunya sosiologi serta disebut sosiolinguistik. Pernyataan yang mendukung hal tersebut dinyatakan oleh Fishman (dalam Pateda: 1990) yang isinya menyatakan bahwa dalam sosiolinguistik, manusia mempelajari hubungan antara aspek sosial dengan bahasa. Sebagai contoh dari hal ini yaitu adanya perbedaan dialek dari Bahasa Jawa di berbagai daerah, seperti Solo, Kebumen, dan sebagainya.

Referensi:
Abdurrahman, A. (2008). Sosiolinguistik: Teori, peran, dan fungsinya terhadap kajian bahasa sastra. LINGUA: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra , 3(1).

Haryono, A. (2012). Perubahan dan perkembangan bahasa: Tinjauan historis dan sosiolinguistik (Doctoral dissertation, Udayana University), 1-9.

Pateda, M. (1990). Angkasa. Linguistik (sebuah pengantar) .

2 Likes