Bagaimana peran morfem dalam mengubah bentuk verba menjadi adjektiva?

Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan kata sifat. Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat (Ismayasari dkk, 2016: 269)

Sedangkan adjektiva menurut Hasan Alwi dkk (2010), adalah kata yang memberi keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat yang mengacu kepada suatu keadaan.

Kaitannya dengan morfem, morfem dapat dibedakan menjadi empat golongan besar yaitu morfem bebas, morfem terikat, morfem derivasi dan morfem infleksi. Morfem sendiri sangat berperan dalam proses morfologi termasuk perubahan dari verba kedalam bentuk adjektiva. Contohnya morfem “kecewa” jika melalui proses morfologi dengan ditambahkan sufiks –kan makan akan membentuk sebuah verba transitif “kecewakan” lalu jika ditambahkan lagi prefiks me- maka akan menghasilkan kata adjektiva “mengecewakan”.

Alwi, Hasan dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Narabahasa. (2021, Februari 19). Narabahasa. narabahasa.id: https://narabahasa.id/linguistik-umum/morfologi/mengecewakan-verba-dan-adjektiva

Rina Ismayasari, I. W. (n.d.). Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud*, 17* ( 1), 265 - 273.

kata kerja adalah kata-kata yang menyatakan perbuatan, tindakan, proses, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf, 1991:72). Sedangkan morfem merupakan bentuk bahasa terkecil yang dapat membedakan arti dan atau mempunyai makna. Jadi dalam peranan morfem dalam mengubah verba menjadi adjektiva dapat melalui proses morfologis yang terdiri dari proses afiks (afiksasi), proses pengulangan (reduplikasi), dan proses pemajemukan (komposisi). Hal ini juga dapat menjadi prosenya. Menurut Bauer (1988:12), dalam buku Introducing Linguistic Morphology, menyatakan bahwa proses morfemis dibagi atas morfemis derivasional dan morfemis infleksional. Derivasi menjadi bagian dari leksis karena menyediakan leksem- leksem baru dan infleksi merupakan bagian dalam sintaksis karena bersifat melengkapi bentuk-bentuk leksem.

Rumilah. S. Cahyani. I. (2020). Struktur Bahasa; Pembentukan Kata dan Morfem Sebagai Proses Morfemis dan Morfofonemik Dalam Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia. Vol. 8. No. 1. Diakses pada Selasa, 2 November 2021 pukul 22:20.
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jpbsi/article/download/11175/5153

Menurut Sitindoan (1984 : 64) morfem ialah kesatuan gramatik yang terkecil yang mengandung arti, yang tidak mempunyai kesamaan baik dalam bentuk maupun dalam arti dengan bentuk – bentuk yang lain.
Verba adalah kelas kata dasar dan hampir semua kalimat dalam sebuah bahasa memilki verba (Loebner, 2013). Alwi, et al (2003) menjelaskan beberapa ciri-ciri verba, yaitu verba memiliki fungsi utama sebagai predikat dalam kalimat, verba mengandung makna inheren perbuatan, aksi, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas, verba yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti paling, dan verba pada umumnya tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyangkut makna kesangatan.
Arifin dan Junaiyah (2009) mengemukakan dua bentuk verba, yaitu verba asal atau verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis dan verba turunan atau verba yang harus atau yang dapat memakai afiks. Verba turunan dapat dibentuk lewat transposisi, afiksasi, reduplikasi (perulangan), atau pemajemukan.
Jadi, peran morfem dalam mengubah bentuk verba menjadi adjektiva itu penting. Karena ada penambahan afiks, reduplikasi, bahkan komposisi. Contoh pada kata “mendorong” , morfem di sana memiliki peran. Di mana kata tersebut dibentuk oleh dua morfem yaitu “me(N)-” sebagai morfem terikat dan “dorong” sebagai morfem bebas.

Referensi :
Septiana, D. (2018). Proses Morfologis Verba Bahasa Waringin. Jurnal Kandai: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 14(2), 267-277.

Morfem memiliki peran penting dalam perubahan bentuk verba menjadi adjektiva. Morfem bebas dapat menjadi bentuk verba maupun adjektiva setelah bergabung dengan morfem terkait. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri dan memiliki arti, seperti jatuh, pergi, makan, tinggi, dan lain-lain. Sedangkan, morfem terkait adalah morfem yang selalu melekat pada morfem lain, seperti me-, ter-, ke-an, -kan, dan lain-lain.

Sebagai contoh, morfem terkait me- bergabung dengan morfem bebas besar menjadi membesar. Bentuk membesar memiliki makna verba atau kata kerja. Bentuk verba membesar dapat berubah menjadi bentuk adjektiva jika morfem terkait me- diganti dengan morfem terkait ter- yakni menjadi terbesar. Jadi, bentuk adjektiva terbesar memiliki makna adjektiva atau kata sifat. Melalui contoh diatas maka terbukti bahwa morfem sangat berperan penting dalam mengubah bentuk verba menjadi adjektiva, begitupun sebaliknya.

Alwi, H., Dardjowidjojo, S., Lapoliwa, H., & Moeliono, A. M. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rohmadi, M., Nasucha, Y., & Wahyudi, A. B. (2012). Morfologi: Telaah Morfem dan Kata. Surakarta: Yuma Pustaka.

Hocket (1958, hlm. 123 dalam Tarigan 1987, hlm. 6) mengungkapkan bahwa Morfem adalah satuan terkecil bahasa yang memiliki pengertian dalam suatu ujaran. Morfem berupa imbuhan ber-, me-, di-, -an, dll. Morfem dapat berupa kata, tetapi sebuah kata dapat berwujud satu morfem atau lebih.
Morfem menurut Keraf (1987, hlm. 51) dibedakan menjadi dua yaitu :

  1. Morfem Bebas yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri dan dapat langsung membentuk satu kalimat sedangkan,
  2. Morfem terikat yang tidak dapat langsung membina sebuah kalimat, tetapi selalu terikat dengan morfem lain.
    Di dalam pengaplikasiannya dalam Bahasa Indonesia morfem melibatkan proses morfologi seperti afiksasi, komposisi dan reduplikasi, dan melalui proses tersebut dapat membentuk kata baru seperti adjectiva, verba dan nomina.
    Dalam pengubahan bentuk verba menjadi adjectiva proses morfologi yang digunakan adalam afiksasi yang meliputi prefiks, infiks, sufiks, konfiks dan simulfik.

Referensi :
Rumilah, S., & Cahyani, I. (2020). STRUKTUR BAHASA; Pembentukan Kata dan Morfem sebagai Proses Morfemis dan Morfofonemik dalam Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia, 8 (1), 70-87.

Menurut O’Grady dan Dobrovolsky (1989:90), morfologi adalah komponen Tata bahasa Generatif Transformasional (TGT) yang membicarakan tentang struktur internal kata, khususnya kata kompleks. Dalam teori morfologi generatif secara umum terdapat dua pandangan. Kelompok pertama dipelopori oleh Halle yang berpijak pada asumsi bahwa yang menjadi dasar dari semua derivasi adalah morfem (morpheme-based approach); kelompok yang kedua dipelopori oleh Aronoff yang memakai kata dan bukan morfem sebagai dasar (word-based approach) yang dikutip oleh Dardjowijojo (1988:33).

Penggabungan kata dasar dengan imbuhan dapat menimbulkan bentuk derivasional dan infleksional. Derivasional bersifat mengubah kelas kata,
sedangkan infleksional bersifat tidak mengubah kelas kata Djajasudarma, (1993)
dalan Ba’dudu dan Herman (2010). Derivasional dan infleksional dalam
berbahasa sangat penting karena kekurangtepatan membubuhkan adjektiva pada
sebuah kata akan mempengaruhi arti dan fungsi kata dalam kalimat. Makin cermat
seseorang membubuhkan afiks pada sebuah kata dasar dalam kalimat, makin
mudah maksud kata tersebut dipahami, baik boleh pendengar maupun pembaca.
Adjektiva merupakan proses pembentukan kata dengan
membubukan verba pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal
maupun kompleks. Dalam proses
nya bukan hanya perubahan bentuk, melainkan juga pembentukan menjadi kelas.
Diakses

Morfem merupakan unit terkecil dari tata bahasa yang memiliki arti. Morfem tidak dapat dibagi menjadi bentuk yang lebih kecil dari bahasa lagi. Kridalaksana, 1993: 141.Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil; misalnya (ter-), (di-), (pensil), dan sebagainya adalah morfem .
Morfem dibagi menjadi 2, yaitu :

  1. Morfem bebas
    Morfem bebas yaitu morfem yang secara potensial dapat berdiri sendiri dalam suatu bangun kalimat, misalnya (saya), (makan),(roti).
  2. Morfem terikat
    Morfem terikat yaitu morfem yang tidak bisa berdiri sendiri dan yang selalu terikat dengan morfem lain untuk membentuk ujaran, misalnya (ber), (meng), (kan). contohnya (ber)teduh.

Dalam proses pembentukan adjektiva dan verba morfem memiliki peran yang penting didalamnya. Dalam proses pembentukannya dipengaruhi oleh proses afiksasi. afiksasi adalah Proses afiksasi berarti suatu proses penambahan suatu kata dengan afiks(imbuhan).afiksasi Dalam proses penambahan itu membuat morfem berubah baik bentuk fonemnya atau urutan fonemnya. contoh perubahan kata menjadi bentuk adjektiva adalah morfem dasar “cantik” jika melalui proses prefik se- maka menjadi “secantik” yang merupakan kata adjektiva turunan. morfem dasar ‘cari’ yang mengalami proses reduplikasi makan menjadi kata kerja ‘mencari’.