Bagaimana Peran Linguistik Komparatif dalam Pembinaan dan Pengembangan Bahasa?

Linguistik Historis Komparatif sebagai salah satu cabang linguistik, linguistik historis ini berfungsi antara lain menetapkan fakta dan tingkat keeratan dan kekerabatan antarbahasa yang berkaitan erat dengan pengelompokan bahasa-bahasa sekerabat. Bahasa-bahasa sekerabat yang termasuk dalam anggota suatu kelompok bahasa pada dasarnya memiliki sejarah perkembangan yang sama. Sesuai dengan tugas utama tersebut, linguistik historis

komparatif memiliki kewenangan dalam mengkaji relasi historis di antara kelompok bahasa tertentu.

A. Pengelompokan Genetis

Pengelompokan genetis adalah pene- lusuran subkelompok bahasa turunan dari kelompok bahasa yang lebih besar, ber- dasarkan hipotesis pohon kekerabatan, berdasarkan korespondensi bunyi yang ditetapkan dengan hukum perubahan bunyi yang beraturan.

B. Rekonstruksi Protobahasa

Rekonstruksi protobahasa adalah penelusuran dan pembentukan kembali un- sur-unsur warisan bahasa asal yang yang telah hilang melalui bentuk evidensi bahasa -bahasa turunan (berkerabat) yang sekarang masih hidup

C. Inovasi

Inovasi adalah unsur warisan dari ba- hasa asal yang telah mengalami perubahan pada bahasa sekarang

Sumber : Ino,L. (2015). PEMANFAATAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATAIF DALAM PEMETAAN BAHASA-BAHASA NUSANTARA. RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, 3-4

Sesuai dengan namanya, Lingustik Historis Komparatif adalah cabang lingustik yang mempelajari tentang sejarah dan perkembangan bahasa dari masa ke masa (Rahmawati). Sejalan dengan pendapat tersebut Alwasilah (dalam Suhardi, 2013:17) menyatakan bahwa linguistik historis komparatif sebagai ilmu bahasa yang mengkaji sejarah atau perjalanan satu bahasa pada periode tertentu, serta perbandingan terhadap bahasa lain yang serumpun. Analisis ini juga dapat digunakan untuk mengetahui hubungan kekerabatan antar bahasa. Dengan adanya ilmu ini maka kita dapat mengetahui perbedaan bahasa dari awal mula hingga bahasa tetap ada hingga sekarang. Linguistik Historis Komparatif berperan besar dalam menganalisis perubahan bahasa dari waktu ke waktu, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan bahasa, serta akibat dari adanya perubahan tersebut. Robins (1975) menyatakan bahwa Lingustik Komparatif berperan penting dalam memberikan sumbangan tentang hakekat kerja bahasa dan perkembangan bahasa-bahasa di dunia. Linguitik komparatif memiliki tugas utama yakni menganalisis dan memberikan penjelasan mengenai hakekat perubahan bahasa. Seperti yang kita ketahui bahwa bahasa yang ada sekarang (bahasa modern), tidak terlepas dari adanya sejarah bahasa pada zaman dahulu. Sehingga, Lingustik Hitoris Komparatif berperan dalam perkembangan bahasa.

Rahmawati. (n.d.). Lingusitik Historis Komparatif Dalam Rekonstruksi Bahasa Mandailing.

Suhardi.2013.Pengantar Linguistik Umum.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa dapat dilakukan melalui pengembangan kosakata/istilah, perluasan pemakaian bahasa, pembinaan kepada masyarakat, penelitian bahasa, dan pengembangan melalui media massa. Nah, LHK memiliki peran sebagai acuan dalam pembinaan dan pengembangan bahasa itu sendiri.

Mengapa?

Sebagaimana pendapat Antilia (dalam Ino, 2015) yang menyebutkan bahwa linguistik historis komparatif memiliki kewenangan dalam mengkaji relasi historis di antara kelompok bahasa tertentu. Oleh karena itu, LHK memiliki korelasi yang berbanding lurus dengan perkembangan bahasa dan masyarakat. Artinya, perkembangan bahasa berlangsung secara alami ataupun terencana sesuai dengan perkembangan kebudayaan dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Hal tersebut menyebabkan perubahan pola berpikir, berbudaya, dan berbahasa. Dengan demikian, LHK memiliki peran penting sebagai sarana penelitian pengembangan bahasa tersebut untuk dibinakan ke masyarakat.

Referensi
Ino, L. (2015). pemanfaatan Linguistik Historis Komparatif dalam Pemetaan Bahasa-Bahasa Nusantara. Retorika: Jurnal Ilmu Bahasa, 1(2), 365-378

Linguistik Historis Komparatif merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang memiliki tugas utama yaitu menetapkan fakta dan tingkat keeratan dan kekerabatan antarbahasa yang berkaitan erat dengan pengelompokan bahasa-bahasa sekerabat. Bahasa-bahasa sekerabat yang masuk dalam anggota suatu kelompok bahasa pada dasarnya memiliki sejarah perkembangan yang sama. Sesuai dengan tugas utama tersebut, linguistik historis komparatif memiliki kewenangan dalam mengkaji relasi historis di antara kelompok bahasa tertentu (Antilla dalam Ino, 2015: 365-351).

Peran linguistik komparatif dalam pembinaan dan pengembangan bahasa adalah keduanya saling berkaitan. Hal ini karena linguistik komparatif menelaah mengenai perkembangan bahasa. Hal ini tentu ada kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan bahasa itu sendiri. Linguistik komparatif berperan sebagai Studi historis komparatif dapat digunakan untuk menelusuri jejak sejarah awal perjalanan bahasa Indonesia dan perkembangannya. Kajian historis komparatif merupakan alat analisis yang tepat dipergunakan untuk memetakan perkembangan dan persebaran bahasa Indonesia.

komparatif memiliki kewenangan dalam mengkaji relasi historis di antara kelompok bahasa tertentu.

A. Pengelompokan Genetis: Pengelompokan genetis adalah pene- lusuran subkelompok bahasa turunan dari kelompok bahasa yang lebih besar, ber- dasarkan hipotesis pohon kekerabatan, berdasarkan korespondensi bunyi yang ditetapkan dengan hukum perubahan bunyi yang beraturan.

B. Rekonstruksi Protobahasa: Rekonstruksi protobahasa adalah penelusuran dan pembentukan kembali un- sur-unsur warisan bahasa asal yang yang telah hilang melalui bentuk evidensi bahasa -bahasa turunan (berkerabat) yang sekarang masih hidup

C. Inovasi: Inovasi adalah unsur warisan dari ba- hasa asal yang telah mengalami perubahan pada bahasa sekarang

Sedangkan menurut Aniswita & Neviyarni (2020), perkembangan dimaknai sebagai suatu pola perubahan. Menurut aliran Asosiasi, perkembangan adalah proses asosiasi yang meliputi pengalaman luar dan pengalaman dalam berasosiasi memberikan pengertian terhadap sesuatu yang baru. Perkembangan dapat terjadi dalam berbagai hal dalam kehidupan, salah satunya yaitu dalam bidang bahasa. Bahasa mengalami perkembangan sejak bahasa itu lahir hingga sekarang. Dalam setiap peradaban manusia, bahasa hadir di tengah-tengahnya. Bahasa dan manusia adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia selalu memerlukan bahasa untuk berkomunikasi.

Sumber : Ino,L. (2015). PEMANFAATAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATAIF DALAM PEMETAAN BAHASA-BAHASA NUSANTARA. RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, 3-4

Ino, L. (2015, October). PEMANFAATAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATAIF DALAM PEMETAAN BAHASA-BAHASA NUSANTARA. RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, II, 365-351.
Pusposari, D. (2017). KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF DALAM SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA. JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, I, 75 - 85.

.

Peran linguistik komparatif dalam pembinaan dan pengembangan bahasa yakni sebagai bidang kajian yang meneliti sejarah kebahasaan serta memperbandingkan bahasa-bahasa yang ada untuk mengetahui perkembangannya di masyarakat. Hal ini didasarkan atas hakikat dari Linguistik Historis Komparatif (LHK) sendiri yakni bidang kajian yang masih berhubungan dengan sejarah, perkembangan, dan perbandingan antara bahasa-bahasa (Pusposari, 2017). Linguistik histstoris komparatif memiliki fokus untuk menelaah dan menentukan klasififikasi genetis bahasa-bahasa di dunia (Surip, 2019). Melalui LHK, kita dapat melakukan pembinaan dan pengembangan bahasa dengan baik karena kita dapat mengetahui asal-usul suatu bahasa.

Asal usul suatu bahasa dapat diketahui dari ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu bahasa. Ciri-ciri ini tentunya dipengaruhi oleh sejarah bahasa induk serta latar belakang penuturnya. Berdasarkan ciri-ciri inilah kita dapat mengetahui bahasa apa saja yang masih sekerabat dan berkemungkinan memiliki sejarah perkembangan yang sama. Hal ini masih sejalan dengan pendapat Ino (2015) yang mengatakan bahwa bahasa-bahasa sekerabat yang termasuk dalam anggota suatu kelompok bahasa pada dasarnya memiliki sejarah perkembangan yang sama. Tidak jauh berbeda dari hal tersebut, Bynon (1979:61) dalam Surip (2019) juga mengatakan bahwa bahasa-bahasa turunan cenderung mewarisi kaidah-kaidah bahasa asalnya dan akan berbeda karena perkembangan (inovasi) yang terjadi belakangan setelah bahasa itu berbeda.

Pembinaan dan pengembangan bahasa dapat dilakukan dengan baik apabila asal-usul suatu bahasa dapat diketahui dengan baik pula. Untuk itulah peran LHK sangat dibutuhkan dalam menelusuri sejarah atau asal-usul dari bahasa-bahasa yang ada. Melalui LHK, kita dapat mengetahui perubahan dan perkembangan bahasa yang berbanding lurus dengan penuturnya serta dipengaruhi oleh gerak migrasi penyebaran bahasa-bahasa induk (Sari, 2013). Adanya pengetahuan akan asal-usul bahasa ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memilih dan melakukan upaya yang tepat untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan berbahasa agar sesuai dengan perkembangan zaman.

Referensi:

Haryono, A. (2012). Perubahan dan perkembangan bahasa: Tinjauan historis dan sosiolinguistik (Doctoral dissertation, Udayana University).

Ino, L. (2015). Pemanfaatan Linguistik Historis Komparataif Dalam Pemetaan Bahasa-Bahasa Nusantara. RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, 1(2), 365-378.

Pusposari, D. (2017). Kajian Linguistik Historis Komparatif Dalam Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. Jurnal Inovasi Pendidikan, 1(1).

Sari, K. N. (2013). Leksikostatistik Bahasa Aceh, Bahasa Alas, dan Bahasa Gayo: Kajian Linguistik Historis Komparatif. Suluk Indo, 2(1), 113-129.

Surip, M., & Widayati, D. (2019). Kekerabatan Bahasa Jawa dan Bahasa Gayo: Kajian Linguistik Historis Komparatif. Jurnal Bahasa Lingua Scientia, 11(1), 1-26.

Menurut Aniswita & Neviyarni(2020), “Perkembangan dapat didefinisikan sebagai suatu pola perubahan. Perubahan ini meliputi aspek fisik, aspek kognisi dan aspek sosioemosional”. Menurut aliran Asosiasi, perkembangan adalah proses asosiasi yaitu pengalaman luar dan pengalaman dalam berasosiasi memberikan pengertian terhadap sesuatu yang baru. Berbeda dengan aliran Asosiasi, Psikologi Gestalt lebih menekankan perkembangan sebagai sebuah proses diferensiasi yaitu pengertian sesuatu diperoleh ketika seseorang mampu membedakannya dengan yang lain. Aliran New Gestalt menambahkan dengan adanya proses stratifikasi atau bertingkat. Sedikit berbeda, aliran Sosiologis mengangap bahwa perkembangan merupakan suatu proses sosialisasi yaitu anak-anak meniru atau menyesuaikan tingkah laku atau perbuatannya dengan aturan atau norma sosial yang berlaku (Brata, 2001). Ketiga aliran ini sama-sama memandang perkembangan merupakan sebuah proses penyempurnaan ke arah yang lebih baik tetapi masing-masing aliran menekankan perubahan itu terjadi akibat yang berbeda yaitu asosiasi, diferensiasi dan sosialisasi.

Referensi

Aniswita. (2020). PERKEMBANGAN KOGNITIF, BAHASA, PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL, DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN. Inovasi Pendidikan, 1-13.

Seiring berjalannya waktu bahasa terus mengalami perkembangan selama ada faktor yang mendorong atau mempengaruhinya. Beberapa faktor pendorong misalnya, migrasi, globalisasi, bencana alam, perkawinan, dan lain sebagainya yang mengakibatkan bahasa yang semula tunggal kemudian saling memisahkan diri, sehingga diperlukanlah ilmu bahasa yang menelaah perkembangan bahasa dari satu masa ke masa yang lain, mengamati cara bagaimana bahasa-bahasa mengalami perubahan, serta mengkaji sebab akibat dari perubahan bahasa. Ilmu inilah yang disebut linguistik historis komparatif.

Linguistik historis komparatif adalah suatu cabang ilmu bahasa yang membahas mengenai kekerabatan suatu bahasa dan perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam kurun waktu tertentu (Keraf, 1996). Linguistik Historis Komparatif mempelajari data-data dari suatu bahasa atau lebih, sekurang-kurangnya dalam dua periode. Data-data tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui perkembangan bahasa seperti usia dan hubungan kekerabatan bahasa. Kemudian teknik yang digunakan dalam menganalisis data yaitu teknik leksikostatistik. Menurut Arnawa (2018) salah satu tujuan linguistik historis komparatif untuk mengadakan pengelompokkan bahasa kerabat (subgrouping) karena tingkat kekerabatan antara bahasa sekerabat tidaklah selalu sama. Hubungan kekerabatan bahasa (genetic relationship) bahasa dapat dibuktikan berdasarkan kesamaan dan kemiripan bentuk dan makna melalui perangkat kata kerabat dan unsur-unsur kebahasaan lainnya. Akan tetapi, tingkat atau kadar keeratan hubungan kekerabatan itu harus dapat dibuktikan baik secara kualitatif maupun kuantitif. Aspek kualitatif berkaitan dengan inovasi bersama (shared innovation) sedangkan aspek kuantitatif berkaitan dengan retensi bersama (shared retention).

Menurut Krisnajaya (2016) tujuan linguistik historis komparatif adalah (1) menemukan keserumpunan dan kekerabatan bahasa, artinya kajian linguistik historis komparatif berusaha mengamati, menguraikan, dan menjelaskan gejala kelompok-kelompok bahasa yang termasuk satu keluarga dan gejala hubungan bahasa-bahasa yang satu keturunan dalam usaha menemukan tingkat dan kadar keserumpunan dan kekerabatan bahasa-bahasa. Sebagai contoh, misalnya menemukan tingkat dan kadar keserumpunan dan kekerabatan bahasa-bahasa di kepulauan Nusa Tenggara antara lain bahasa Bali, bahasa Bali Aga, bahasa Jawa-Bali, bahasa Sasak, dan bahasa Sumbawa. (2) Menemukan rumpun-rumpun bahasa, artinya kajian linguistik historis komparatif berusaha mengamati, menguraikan, dan menjelaskan gejala kelompok-kelompok bahasa yang termasuk satu keluarga dalam usaha menemukan rumpun-rumpun bahasa. Sebagai contoh, misalnya menemukan rumpun bahasa-bahasa Austria atau bahasa Austronesia antara lain bahasa-bahasa Nusantara (Melayu, Jawa, Malagasi, Formosa, dan Filipina), bahasa-bahasa Melanesia (bahasa Pasir, bahasa Dani, bahasa Amungme, bahasa Papua, dan bahasa Polinesia). Cara menentukan rumpun-rumpun bahasa dengan mengadakan pengelompokan-pengelompokan bahasa-bahasa yang menunjukkan tingkat dan kadar kemiripan dan kesamaan. Pengelompokan itu, dapat dilakukan berdasarkan unsur kosakata atau tata bahasa. Sampai sekarang sudah banyak teori dan metodologi menentukan rumpun bahasa. (3) Menemukan bahasa induk (protolanguage, parent language, an-cestor language), sebagai contoh bahasa Latin yang dianggap menurunkan bahasa Prancis, bahasa Italia, dan bahasa Romania. Contoh lain bahasa ‘Jawa Kuno’ yang dianggap menurunkan bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Sasak, dan bahasa Madura. Cara menemukan bahasa induk adalah dengan mengadakan rekonstruksi bahasa induk berdasarkan bahasa-bahasa serumpun yang masih hidup sekarang. Rekonstruksi itu dapat dilakukan berdasarkan unsur fonologi, morfologi, dan sintaksis. (4) Menemukan pusat penyebaran (persebaran) bahasa (negeri asal bahasa, home-land, centre of gravity) dan gerak migrasi bahasa. Cara menemukan pusat penyebaran dan gerak migrasi bahasa adalah dengan mengadakan pembandingan, pengelompokan atau penghitungan secara statistika (leksikostatistik) unsur fonologi, morfologi, dan sintaksis bahasa yang serumpun dan seketurunan.

Referensi
Arnawa, N. (2018). Penerapan Leksikostatistik pada Studi Kekerabatan Bahasa Austronesia. Denpasar: Pustaka Larasan.
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Krisnajaya. (2016). Linguistik Bandingan. Tangerang: Universitas Terbuka.

Linguistik Historis Komparatif adalah suatu cabang ilmu bahasa dan budaya yang memiliki prinsip-prinsip tertentu terhadap rumpun bahasa. Hal tersebut menentukan konsep bahasa dalam aspek lain  dari perilaku manusia. (Dalam Adhiti, 2019) Istilah kekerabatan terkait dengan wilayah semantik pada  konsep bahasa terhadap perilaku linguistik.

Perbandingan antara dua bahasa atau lebih dapat dikatakan sesuai usianya  dengan timbulnya ilmu bahasa itu sendiri. Pemahaman tentang suatu bahasa sangat menarik perhatian untuk mengetahui sejauh mana terdapat kesamaan atau  kemiripan antara aspek bahasa tersebut. Pendekatan tersebut dimulai dengan unsur-unsur kata, perlahan-lahan berkembang terus menuju perbandingan yang  lebih kompleks. Pada prinsipnya linguistik historis komparatif pada bertugas  mendeskripsikan tentang perkembangan sejarah bahasa dan kekerabatan bahasa  yang ada di dunia (Keraf, 1990: 1).
Perkembangan bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan setiap individu karena bahasa  merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa,  seseorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan atau informasi kepada orang  lain, baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini sejalan dengan pemikiran bahwa bahasa  adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan  yang oleh alat ucap manusia.

Bahasa dipergunakan pada sebagian besar aktivitas manusia, berupa bahasa  manusia yang dapat mengungkapkan perasaanya, menyampaikan keinginan,  memberikan saran dan pendapat, bahkan sampai tingkat pemikiran seseorang yang  berkaitan dengan bahasa. Semakin tinggi tingkat penguasaan bahasa seseorang,  semakin baik pula penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Perkembagan bahasa telah memberikan perubahan yang terjadi. Manusia dalam  mengungkapkan bahasanya pun berbeda-beda, ada yang lebih suka langsung  membicarakannya dan ada juga yang lebih suka melalui tulisan. Bahasa juga merupakan seperangkat aturan untuk menggabungkan unsur-unsur yang  tak bermakna menjadi suatu rangkaian kata yang mengandung arti. Unsur-unsur itu  biasanya berupa suara dalam alat ucap, tetapi bisa juga berupa isyarat atau bahasa isyarat lain yang  digunakan oleh orang-orang tunarungu maupun yang pendengerannya kurang  memadai.

Referensi :
Adhiti, Ida Ayu Iran. (2019). Kajian Linguistik Historis Komparatif Pada Pola Perubahan Bunyi. Kulturistik : Jurnal Bahasa dan Budaya. 3(2), 75-85.
Arnianti. (2019). Teori Perkembangan Bahasa. *Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial. *1(1), 139-152.

Bila dilihat linguistik historis komparatif sendiri merupakan cabang ilmu yang fokus pada pengkajian mengenai perkembangan dan perubahan bahasa. Yang dimana ilmu tersebut berfokus pada bahasa yang ada di seluruh dunia. Rahmawati, R. berpendapat bahwa linguistik komparatif historis adalah cabang linguistik yang meneliti perkembangan bahasa dari waktu ke waktu, mengamati cara bahasa berubah serta meneliti penyebab berubahnya suatu bahasa serta memiliki tugas utama menganalisis dan menjelaskan sifat perubahan pada bahasa. Keraf (1990:1) linguistik historis komparatif memiliki prinsip mendeskripsikan perkembangan sejarah serta kekerabatan bahasa di seluruh dunia. Dimana linguistik historis komparatif ini berperan dalam membentuk rumpun bahasa, berusaha membangun bahasa “proto” dari kelompok bahasa tersebut dan memahami perkembangan yang terjadi pada setiap bahasa tersebut.

Oleh karena itu, Adhiti, I. A. I. (2019) berpendapat bahwa bahasa-bahasa yang ada perlu diteliti, dikaji, dibina, serta dilestarikan. Kajian terhadap fenomena kebahasaan dilakukan secara mendalam melalui kajian linguistik historis komparatif yang nantinya akan membina dan mengembangkan bahasa. Poedjosoedarmo (2006) ada dua macam perubahan bahasa yang bisa diindentifikasi yakni secara internal dan secara eksternal. Perubahan internal terjadi di dalam bahasa itu sendiri sedangkan perubahan eksternal sendiri menurut Poedjosoedarmo (2008) merupakan sebuah perkembangan atau perubahan bahasa yang diakibatkan adanya kontak antar bahasa lain. Disinilah kajian linguistik historis komparatif berperan dalam mengidentifikasi perubahan bahasa tersebut dan banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi hubungan kekerabatan antara berbagai bahasa setelah menggunakan kajian historis komparatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa linguistik historis komparatif memiliki peran yang besar dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.

Referensi:
Adhiti, I. A. I. (2019). Kajian Linguistik Historis Komparatif pada Pola Perubahan Bunyi. KULTURISTIK: Jurnal Bahasa dan Budaya, 3(2), 75-85.

Keraf, G. (1990). Linguistik bandingan tipologis. Jakarta: PT Gramedia.

Poedjosoedarmo, S. 2006. Perubahan Tata Bahasa: Penyebab, Proses, dan Akibatnya. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Poedjosoedarmo, S. 2008. “Perubahan Bahasa” dalam makalah seminar Ceramah Ilmiah Linguistik pada Pusat Kajian Melayu – Jawa Fakultas Sastra. Surakarta: Universitas Sebelas maret.

Rahmawati, R. Linguistik Historis Komparatif Dalam Rekonstuksi Bahasa Mandailing. Asas: Jurnal Sastra, 8(1).

Korelasi perkembangan bahasa dan perkembangannya itu sangat erat kaitannya. Diibaratkan oleh permainan dua kaleng yang disambung oleh benang saat kita kecil. Jika ada benang yang tidak lurus maka satu buah kaleng tidak dapat mendengar pesan yang disampaikan oleh kaleng lain. Kaleng yang memberikan pesan disebut (komunikator) dan yang menerima pesan disebut (komunikan). Karena dalam berkomunikasi dengan orang lain kita tidak hanya sekadar membutuhkan tentang bagaimana cara berkomunikasi. Tetapi hal yang lebih penting adalah pemahaman dari tujuan komunikator menyampaikannya.
Perkembangan bahasa juga bergantung pada beberapa aspek dalam kehidupan, seperti aspek sosio linguistik, aspek geografi, aspek ekonomi dan lain - lain. Tetapi menurut saya aspek yang sangat berpengaruh saat ini adalah aspek tahun kelahiran. Contohnya : para orangtua yang termasuk dalam generasi boomer saat ini akan merasa kesulitan mendengar anaknya berbicara dengan temannya. Hal ini dikarenakan para generasi sekarang atau lebih kita sebut Generasi Z ini memiliki cara berbahasa yang lebih banyak menggunakan bahasa slang, daripada bahasa yang biasa terdengar sehari hari.
Haryono, A. (2012). Perubahan dan Perkembangan Bahasa: Tinjauan Historis dan Sosiolinguistik (Doctoral dissertation, Udayana University).

Kajian historis komparatif dapat digunakan untuk mengetahui sejarah perjalanan bahasa dan perkembangannya. Linguistik historis komparatif juga erat kaitannya dengan pengajaran bahasa. Misalnya dalam bahasa Indonesia, kajian historis komparatif dapat digunakan untuk memetakan persebaran dan perkembangannya. Adanya kajian tersebut menambah pemahaman mengapa bahasa Melayu banyak memengaruhi bahasa yang ada di Indonesia. Kemudian, lahirlah bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu modern.

Referensi:
Nawawi, A.H. (2012). Peran Linguistik dalam Pengembangan Pengajaran Bahasa Arab. Jurnal Okara, 2(7), 121-134.
Pusposari, D. (2017). Kajian Linguistik Historis Komparatif Dalam Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. Jurnal Inovasi Pendidikan, 1(1), 75-85.

Bahasa mengalami perubahan dan perkembangan dari masa ke masa mengikuti derap perkembangan masyarakat penuturnya. Hal ini merupakan fakta empiris yang implikasinya belum lama disadari dalam perkembangan telaah bahasa. Bukti ini dapat terlihat dalam perbandingan dua teks dari abad yang berbeda. Adapun perubahan dan perkembangan bahasa banyak dipengaruhi oleh gerak migrasi dan kontak sosial. Gerak yang dipengaruhi oleh perpindahan penutur bahasa dari daerah satu ke daerah lain disebut gerak migrasi. Sedangkan bahasanya dipengaruhi oleh kontak sosial, yakni apabila ada dua atau lebih kelompok penutur bahasa tersebut memiliki tingkat interaksi tinggi. Kondisi ini mengakibatkan perubahan dan perkembangan bahasa yang terjadi relatif sama. Sebaliknya, apabila ada dua atau lebih kelompok penutur bahasa memiliki tingkat interaksi yang rendah atau bahkan terputus, maka kelompok penutur bahasa tersebut akan mengalami perkembangan bahasa yang relatif berbeda.

Awalnya perbedaan itu hanya pada tataran dialek saja, sehingga dua kelompok penutur bahasa tersebut masih dapat saling dimengerti (Nababan, 1991: 17). Perbedaan dialek dalam satu periode dari suatu bahasa semakin besar, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya perbedaan ragam bahasa, tetapi bahasa-bahasa tersebut masih berkerabat atau mempunyai satu bahasa tua atau proto. Kemiripan atau kesamaan bentuk dan makna sebagai akibat dari perkembangan sejarah yang sama atau perkembangan dari suatu bahasa proto yang sama. Bahasa-bahasa yang mempunyai hubungan yang sama atau berasal dari suatu bahasa proto yang sama, kemudian berkembang menjadi bahasa-bahasa baru, maka dimasukkan dalam satu keluarga bahasa (language family) yang berarti bentuk kerabat.

Studi historis komparatif dapat digunakan untuk menelusuri jejak sejarah awal perjalanan bahasa Indonesia dan perkembangannya. Perkembangan bahasa Indonesia yang bermula dari bahasa Melayu mengalami proses perjalanan yang sangat panjang. Kajian historis komparatif merupakan alat analisis yang tepat dipergunakan untuk memetakan perkembangan dan persebaran bahasa Indonesia. Dengan kajian tersebut dapat dipahami mengapa bahasa Melayu banyak mempengaruhi bahasa-bahasa di Nusantara sehingga bunyi antarbahasa tersebut menjadi mirip. Terdapat tiga pembagian besar bahasa Melayu yakni Melayu Kuno, Melayu Klasik, dan Melayu Modern. Bahasa Melayu Modernlah yang kemudian melahirkan bahasa Indoesia yang tetap dipergunakan di seluruh kepulauan Indonesia sebagai bahasa pemersatu hingga kini.

Referensi:
Pusposari, D. (2017). Kajian Linguistik Historis Komparatif dalam Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. Jurnal Inovasi Pendidikan, 1(1).
Haryono, A. (2012). Perubahan Perkembangan Bahasa Tinjauan Historis dan Sosiolinguistik. Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana

1 Like

Bahasa adalah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan budaya manusia. Segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia didalam kehidupannya, memuat unsur bahasa di dalamnya. Sejalan dengan hal tersebut Wilhelm van Humboldt, menekankan adanya ketergantungan pemikiran manusia pada bahasa. Maksudnya, pandangan hidup dan budaya suatu masyarakat sendiri.

Wihelm juga menambahkan bunyi bahasa merupakan bentuk luar, sedang pikiran adalah bentuk dalam. Bentuk luar bahasa itulah yang kita dengar, sedangkan bentuk dalam bahasa berada dalam otak. Kedua bentuk inilah yang membelenggu manusia, dan menentukan cara berpikirnya. Dengan kata lain Wilhelm Van Humboldt berpendapat bahwa struktur suatu bahasa menyatakan kehidupan dalam otak dan pemikiran penutur bahasa itu sendiri.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa juga dipengruhi oleh pola pikir manusia. Tentu pemikiran manusia juga terus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Perubahan itu lah yang mengakibatkan adanya perluasan dan pergeseran bahasa dari masa ke masa.

Referensi: Hidayat, N. S. (2015). Hubungan berbahasa, berpikir, dan berbudaya. Sosial Budaya, 11(2), 190-205.

1 Like

Perkembangan bahasa dalam ranah linguistik komparatif sejalan dengan perkembangan masyarakat (Richerson dan Christiansen, 2013: 304). Hal ini mengingat bahwa bahasa merupakan bagian dari masyarakat yang tidak bisa dipisahkan. Oleh karenanya banyak kajian interdisipliner linguistik seperti etnografi atau linguistik antropologi yang menyatakan mampu mendeskripsikan sistem dalam masyarakat melalui bahasa-bahasa yang terdapat dalam budaya (Spradley, 1979: 10). Misal saja melalui analisis linguistik budaya selametan dapat diketahui bahwa masayarakat Jawa dahulu sangat menjunjung nilai gotong royong. Bahkan dapat diketahui mereka cultural knowledge dan cultural behavior menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkan sesuatu. Hal ini dikerenakan selain mampu mendeskripsikan sistem masyarakat, bahasa juga berperan sebagai identitas (Riley, 2007: 18-19).

Jika dihubungkan dengan fenomena saat ini, maka perkembangan bahasa berjalan semakin cepat. Penghapusan batas-batas wilayah telah menggantikan ketenaran istilah-istilah metafisika khas abad sembilan belas seperti keris, surjan, dan gapura. Di mana perkembangan bahasa saat ini lebih mengacu pada dua hal. Pertama perkembangan bahasa dalam dunia iptek (Megawati, 2019: 3-4). Kedua perkembangan bahasa mengacu pada keadaan pandemi Sutarini, 2021: 501).

Berpijak dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa adanya linguistik historis komparatif dapat dijadikan sarana dalam mengkaji perkembangan bahasa dengan cara membandingkan L1 dan L2 yang serumpun. Sebagai contoh konkret adalah munculnya istilah download menjadi unduh melalui proses penyerapan sehingga dapat diterapkan pada proses pembentukan kata lain seperti IPO (initial public offering) menjadi penawaran perdana saham. Contoh lain adalah proses afiksasi –ion dalam bahasa inggris akan menghasilkan akhiran –si dalam bahasa Indonesia. Ini dapat dilihat pada kata motivate + ion= motivation menjadi motivasi dan regulate +ion= regulation menjadi regulasi. Kaitannya dengan pembinaan bahasa, maka hal-hal sejenis kasus di atas dapat dijadikan salah satu acuan dalam mengklasifikasikan aturan-aturan mngenai bagaimana bahasa terbentuk. Baik secara penyerapan, penerjemahan, maupun afiksasi.

Referensi

Richerson, P. J., & Christiansen, M. H. (2013). Cultural Evolution: Society, Technology, and Religion. Boston: MIT Press.
Riley, P. (2007). language, Culture and Identity. London: Bloomsbury.
Spradley, J. P. (1979). The Ethnographic Interview. Fort Worth: Harcourt Brace.
Sutarini, Sutikno, & Wariyati. (2021). Analisis Perkembangan Kosakata Bahasa Indonesia pada Masa Pandemi Covid-19. TIN: Terapan Informatika Nusantara, 1(10), 499-502.

1 Like

Seiring dengan perjalanan waktu, bahasa akan mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan dan perkembangan bahasa berbanding lurus dengan penuturnya serta di pengaruhi oleh gerak mi grasi penyebaran bahasa - bahasa induk. Bahasa-bahasa yang berasal dari satu induk asal cognate memiliki hubungan kekerabatan pada zaman lampau. Hal ini ditunjukkan dengan ada nya persamaan bentuk dan makna yang merupakan pantulan dari sejarah warisan yang sama (Keraf, 1996:34).

Linguistik komparatif merupakan cabang linguistik yang mempelajari kesepadanan fonologis, gramatikal, dan leksikal dari bahasa yang kerabat atau dari periode historis dari satu bahasa (Bahari, 2019). Menurut Robins (1975) Linguistik Komparatif termasuk dalam bidang kajian linguistik memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan sumbangan berharga bagi pemahaman tentang hakekat kerja bahasa dan perkembangan (perubahan) bahasa-bahasa di dunia dalam (Rahmawati, 2013). Linguistic komparatif berguna untuk menganalisis dan memberikan penjelasan mengenai hakikat perubahan bahasa.

Studi historis komparatif dapat digunakan untuk menelusuri jejak sejarah awal perjalanan bahasa Indonesia dan perkembangannya. Perkembangan bahasa Indonesia yang bermula dari bahasa Melayu mengalami proses perjalanan yang sangat panjang. Kajian historis komparatif merupakan alat analisis yang tepat dipergunakan untuk memetakan perkembangan dan persebaran bahasa Indonesia. Dengan kajian tersebut dapat dipahami mengapa bahasa Melayu banyak mempengaruhi bahasa-bahasa di Nusantara sehingga bunyi antarbahasa tersebut menjadi mirip. Terdapat tiga pembagian besar bahasa Melayu yakni Melayu Kuno, Melayu Klasik, dan Melayu Modern. Bahasa Melayu Modernlah yang kemudian melahirkan bahasa Indoesia yang tetap dipergunakan di seluruh kepulauan Indonesia sebagai bahasa pemersatu hingga kini (Pusposari, 2017).

REFERENSI

Bahari, F. (2019, November 20). Linguistik Komparatif dan Fungsinya dalam Mengungkap Sejarah Kuno. Retrieved Maret 09, 2022, from Kompasiana.com: https://www.kompasiana.com/fadlyandipa/5dd2a8cdd541df3022418c62/linguistik-komparatif-dan-fungsinya-dalam-mengungkap-sejarah-kuno?page=all&page_images=1

Pusposari, D. (2017, Maret). Kajian Linguistik Historis Komparatif dalam Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. Jurnal Inovasi Pendidikan, 1(1), 75-85.

Rahmawati. (2013). Linguistik Historis Komaparatif dalam Rekonstruksi Bahasa Mandailing. jurnal UNIMED, 32-41.

1 Like