Seiring berjalannya waktu bahasa terus mengalami perkembangan selama ada faktor yang mendorong atau mempengaruhinya. Beberapa faktor pendorong misalnya, migrasi, globalisasi, bencana alam, perkawinan, dan lain sebagainya yang mengakibatkan bahasa yang semula tunggal kemudian saling memisahkan diri, sehingga diperlukanlah ilmu bahasa yang menelaah perkembangan bahasa dari satu masa ke masa yang lain, mengamati cara bagaimana bahasa-bahasa mengalami perubahan, serta mengkaji sebab akibat dari perubahan bahasa. Ilmu inilah yang disebut linguistik historis komparatif.
Linguistik historis komparatif adalah suatu cabang ilmu bahasa yang membahas mengenai kekerabatan suatu bahasa dan perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam kurun waktu tertentu (Keraf, 1996). Linguistik Historis Komparatif mempelajari data-data dari suatu bahasa atau lebih, sekurang-kurangnya dalam dua periode. Data-data tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui perkembangan bahasa seperti usia dan hubungan kekerabatan bahasa. Kemudian teknik yang digunakan dalam menganalisis data yaitu teknik leksikostatistik. Menurut Arnawa (2018) salah satu tujuan linguistik historis komparatif untuk mengadakan pengelompokkan bahasa kerabat (subgrouping) karena tingkat kekerabatan antara bahasa sekerabat tidaklah selalu sama. Hubungan kekerabatan bahasa (genetic relationship) bahasa dapat dibuktikan berdasarkan kesamaan dan kemiripan bentuk dan makna melalui perangkat kata kerabat dan unsur-unsur kebahasaan lainnya. Akan tetapi, tingkat atau kadar keeratan hubungan kekerabatan itu harus dapat dibuktikan baik secara kualitatif maupun kuantitif. Aspek kualitatif berkaitan dengan inovasi bersama (shared innovation) sedangkan aspek kuantitatif berkaitan dengan retensi bersama (shared retention).
Menurut Krisnajaya (2016) tujuan linguistik historis komparatif adalah (1) menemukan keserumpunan dan kekerabatan bahasa, artinya kajian linguistik historis komparatif berusaha mengamati, menguraikan, dan menjelaskan gejala kelompok-kelompok bahasa yang termasuk satu keluarga dan gejala hubungan bahasa-bahasa yang satu keturunan dalam usaha menemukan tingkat dan kadar keserumpunan dan kekerabatan bahasa-bahasa. Sebagai contoh, misalnya menemukan tingkat dan kadar keserumpunan dan kekerabatan bahasa-bahasa di kepulauan Nusa Tenggara antara lain bahasa Bali, bahasa Bali Aga, bahasa Jawa-Bali, bahasa Sasak, dan bahasa Sumbawa. (2) Menemukan rumpun-rumpun bahasa, artinya kajian linguistik historis komparatif berusaha mengamati, menguraikan, dan menjelaskan gejala kelompok-kelompok bahasa yang termasuk satu keluarga dalam usaha menemukan rumpun-rumpun bahasa. Sebagai contoh, misalnya menemukan rumpun bahasa-bahasa Austria atau bahasa Austronesia antara lain bahasa-bahasa Nusantara (Melayu, Jawa, Malagasi, Formosa, dan Filipina), bahasa-bahasa Melanesia (bahasa Pasir, bahasa Dani, bahasa Amungme, bahasa Papua, dan bahasa Polinesia). Cara menentukan rumpun-rumpun bahasa dengan mengadakan pengelompokan-pengelompokan bahasa-bahasa yang menunjukkan tingkat dan kadar kemiripan dan kesamaan. Pengelompokan itu, dapat dilakukan berdasarkan unsur kosakata atau tata bahasa. Sampai sekarang sudah banyak teori dan metodologi menentukan rumpun bahasa. (3) Menemukan bahasa induk (protolanguage, parent language, an-cestor language), sebagai contoh bahasa Latin yang dianggap menurunkan bahasa Prancis, bahasa Italia, dan bahasa Romania. Contoh lain bahasa ‘Jawa Kuno’ yang dianggap menurunkan bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Sasak, dan bahasa Madura. Cara menemukan bahasa induk adalah dengan mengadakan rekonstruksi bahasa induk berdasarkan bahasa-bahasa serumpun yang masih hidup sekarang. Rekonstruksi itu dapat dilakukan berdasarkan unsur fonologi, morfologi, dan sintaksis. (4) Menemukan pusat penyebaran (persebaran) bahasa (negeri asal bahasa, home-land, centre of gravity) dan gerak migrasi bahasa. Cara menemukan pusat penyebaran dan gerak migrasi bahasa adalah dengan mengadakan pembandingan, pengelompokan atau penghitungan secara statistika (leksikostatistik) unsur fonologi, morfologi, dan sintaksis bahasa yang serumpun dan seketurunan.
Referensi
Arnawa, N. (2018). Penerapan Leksikostatistik pada Studi Kekerabatan Bahasa Austronesia. Denpasar: Pustaka Larasan.
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Krisnajaya. (2016). Linguistik Bandingan. Tangerang: Universitas Terbuka.