Proses kreatif sastra adalah proses di mana seorang penulis menghasilkan karya sastra melalui penggunaan imajinasi, pemikiran, dan pengalaman pribadi untuk menghasilkan ide-ide dan mengembangkan karakter, plot, tema, dan gaya penulisan. Proses kreatif sastra juga melibatkan berbagai teknik seperti pemilihan kata yang tepat, penggunaan figuratif dan imajinatif, serta pengorganisasian struktur narasi yang baik.
Proses kreatif sastra biasanya dimulai dengan ide atau konsep, kemudian penulis mengembangkan ide tersebut dengan mengeksplorasi karakter, latar belakang, dan konflik. Penulis juga dapat mengembangkan tema yang berkaitan dengan kehidupan dan pengalaman pribadi. Selanjutnya, penulis mulai merancang plot dan mengembangkan struktur narasi untuk membangun karya sastra yang utuh.
Dari penjelasan mengenai proses kreatif sastra, penulis akan menjelaskan mengenai proses kreatif salah satu tokoh sastra yang ada di Indonesia yakni Bambang Soelarto.
Bambang Soelarto atau B. Soelarto merupakan salah satu tokoh kesusastraan di Indonesia yang lahir di Semarang, 11 September 1936. Karya sastra yang sering beliau buat ialah cerita pendek (cerpen) dan naskah lakon (drama). Kegiatan kesusastraan beliau pedtama kali ia terjuni pada saat ia masih duduk di bangku SMA-A Negeri Semarang yang mana pada waktu itu beliau juga sekelas dengan penulis Nh. Dini. Karya yang beliau buat adalah cerpen yang dimuat di majalah Siasat pada tahun 1956. Hal yang mendorong beliau untuk menulis cerpen karena keingintahuan beliau dalam dunia percintaan. Warna tulisan yang bergenre beliau teruskan hingga awal tahun 60-an. Setelah itu beliau mulai beralih dari genre percintaan ke tema sosial. Awal mula perubahan ini dimulai ketika beliau menyaksikan suatu peristiwa penodongan oplet di Jakarta, dari sinilah beliau memandang bahwa sebuah peristiwa-peristiwa sosial yang terjadi merupakan sebuah sketsa kehidupan. Di tahun 60-an juga ia menggunakan teknik penulisan gaya sketsa sampai akhir hayat beliau, menurut beliau teknik penulisan seperti itu tidak menuntut penulis untuk menyelesaikan sebuah karyanya dengan akhir yang runtut. Gaya ini menuntut pembaca untuk menggunakan imajinasi mereka walau sederhananya suatu cerita yang pembaca baca.
Memasuki awal tahun 60-an juga, beliau mulai tertarik pada dunia lakon atau drama. Hal itu terjadi tatkala ia memimpin suatu grup pecinta teater bernama Gaya Dinamika di Semarang dan ingin membuat suatu pementasan. Sumber inspirasi beliau dalam menulis naskah ketika beliau membaca buku The Art of Dramatic Writing karya Lajos Egri. Ia juga ingin membuat naskah lakon menggunakan gaya penulisan sketsa. Sumber inspirasi beliau dalam menulis naskah juga berasal dari peristiwa yang dialami oleh seorang pengamen keroncong setengah baya yang menceritakan bagaimana pengalamannya selama perang di tahun 1948. Peristiwa tersebut terjadi saat ia menginap di sebuah losmen dan ia pun mencintai si pemilik losmen di tengah pengepungan losmen tersebut oleh tentara Belanda. B. Soelarto membuat sang penyanyi keroncong menjadi tokoh penyair dalam naskahnya. Dan akhirnya naskah bergaya karikatural tersebut beliau beri judul āDomba-Domba Revolusiā dengan proses penulisan sekitar satu bulan lebih. Selanjutnya oleh beliau, naskah tersebut ia kirim ke majalah Sastra. Dan akhirnya naskah itu dimuat, beliau pun juga meraih penghargaan sebagai lakon terbaik. Dari penghargaan tersebut banyak pihak yang meminta beliau untuk mementaskan naskah tersebut. Dan akhirnya di berbagai kota naskah itu dipentaskan dan beliau banyak menerima apresiasi entah itu yang positif ataupun yang negatif. Apresiasi negatif tersebut beliau terima dari kubu Lekra/PKI. Mereka memberi label ākontra revolusiā atau yang bisa disebut dengan pengkhianat pada lakon tersebut.
Walaupun beliau mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan beliau tetap berprinsip mandiri serta tidak ingin bernaung dalam kelompok manapun. Permasalahan tidak hanya datang dari luar, tetapi dari dalam tubuh beliau ia bergelut dengan penyakit TBC yang beliau derita. Walaupun begitu, beliau tetap menulis karya-karyanya walau tidak selincah dahulu. Beberapa kali beliau dikunjungi oleh sesama kawan penulisnya, salah satu yang cukup terkenal ialah Iwan Simatupang. Beberapa kali ia datang ke rumah B. Soelarto untuk menjenguk serta berdiskusi tentang dunia kepenulisan. Itulah sedikit biografi dari tokoh B. Soelarto, proses kehidupan dan kreatif beliau dalam kepenulisan semoga bisa menjadi penyemangat bagi kita sebagai pembaca, agar dapat terus berkarya dan berpikir sekreatif mungkin dalam mencipta suatu karya.