Asaku Padanya : Bak Mengejar Pesawat

Halo, aku Chameleon, entah mengapa Chameleon mungkin karena Chameleon suka membaur dengan tempat yang dikunjunginya, kurasa diriku seperti Chameleon. Oh iya aku tinggal di suatu planet dan kalian pasti tidak asing akan planet itu. Satu lagi deh, aku suka lagu hindia menurutku lagu-lagunya bikin kita semangat buat ngejalanin hari-hari yang kita lalui, sepertinya cukup perkenalan tentang diriku. Baiklah kita kembali ke topik kali ini yaitu berbicara mengenai impian. Jika berbicara mengenai impian, tentunya semua orang pasti memiliki impiannya masing-masing bukan? Entah itu terwujudkan atau tidak. Berbicara mengenai impianku yang awalnya ingin sekali menempuh di salah satu perguruan tinggi palembang dengan jurusan oseanografi, justru bagai cinta yang terhalang restu orang tuanya yang dihalang berbagai macam alasan, seperti anak perempuan tidak boleh kuliah jauh-jauh, kamu di laut mau ngapain? Nanti kalo tenggelam bagaimana dan berbagai macam alasan lainnya. Dan dari sinilah, awal perjalananku menempuh perguruan tinggi dimulai.

Sudah tidak asing tentunya bagi kita jika mendengar jalur rapot atau jalur SNMPTN, ya dijalur ini aku gagal, aku tidak masuk pemeringkatan siswa yang mendapatkan kuota jalur SNMPTN. Mungkin karena nilaiku kecil dan semasa aku SMA, aku selalu mengedepankan kegiatan ekstrakulikulerku daripada pelajaran di kelasku. Jujur aku sangat down ketika masa-masa itu. Dan akhirnya guru BK ku memberi tahu kepadaku bahwa ada pendaftaran sekolah vokasi di salah satu perguruan tinggi negeri di Surakarta, namanya jalur PMDK menggunakan rapot dan sertifikat, tapi entahlah saat pengumuman hasilnya nihil. Lalu selang beberapa bulan terbitlah jalur yang menggunakan tes atau yang biasa kita sebut jalur SBMPTN. Di jalur ini aku memilih salah satu perguruan tinggi di Surakarta, aku memilih keluar dari jurusan sewaktu aku SMA dari IPA aku beralih ke IPS, aku pindah jalur karena aku sudah banyak tertinggal mata pelajaran IPA , aku terlalu sering dispen untuk kegiatan ekstrakulikuler dan kurasa otakku sudah tidak sinkron di IPA . Jurusan yang aku pilih di SBMPTN ini termasuk jurusan yang favorit karena aku memilih prodi hukum dan sosiologi, disitu aku belajar mengikuti try out online dan bimbel online agar mendapat hasil yang maksimal. Pada jalur ini aku sangat yakin dan berharap akan bisa lolos, ya semua orang pasti mengharapkan itu. Dan ketika ditengah perjalanan tes SBMPTN, ada suatu notif dari akun media sosial salah satu perguruan tinggi di Surakarta dan Yogyakarta yang berisikan bahwa mereka membuka pendaftaran sekolah vokasi. Aku tertarik dengan pendaftaran ini bermodalkan nilai rapotku dan sertifikat yang aku raih ketika SMA, ya setidaknya ini adalah jalur harapan terakhirku sebelum mendaftar jalur mandiri. Karena kita tahu sendiri bahwa jalur mandiri ini mahal dan aku tidak mau memberatkan kedua orang tuaku. Aku pun mulai mencari jurusan yang relevan dengan jurusan pilihan SBMPTN ku dan aku menemukan jurusan yang aku jalani saat ini . Hari demi hari, waktu demi waktu pun berganti tibalah yang dinanti yaitu tes SBMPTN, aku berangkat dengan secercah harapan, semangat, restu orang tua serta harapan untuk lolos ke jurusan yang aku inginkan.

Setelah itu datanglah waktunya pengumuman sekolah vokasi. Yap aku lolos keduanya, aku lolos di perguruan tinggi di Surakarta dan Yogyakarta perasaanku gembira dan lega karena sudah ada cadangan semisal aku tidak diterima di jalur lain. Hari silih berganti tibalah pengumuman SBMPTN, jujur aku sangat berharap sekali namun kenyataannya aku tidak lolos. Aku patah, kecewa dengan keadaan, menyalahkan diriku seolah-olah waktu yang kupakai untuk belajar tidak ada gunanya. Aku merasa mengecewakan harapan orang tuaku, terlebih aku anak pertama. Bukan hanya sekedar pertama, satu, ataupun sulung, tetapi juga tentang hal utama, ambisi terbesar, keinginan dan harapan orang tua yang paling dalam. Ya tapi apa boleh buat, takdir berkata lain . Dan ya ibuku menyemangati anak perempuan pertamanya ini “Sudah bersyukur saja, jalani dulu yang sekarang kamu dapatkan. Banyak loh orang yang mau ada di posisi kamu sekarang, tahun depan nanti kita coba lagi ya. Semisal tidak dapat yasudah berarti rezekimu memang disini.” Perkataan ibuku yang selalu aku ingat hingga detik ini. Dan aku sadar, ini bukanlah suatu target maupun ambisi yang sesungguhnya, ini hanyalah ekspetasi dan kenyataannya kita harus sadar peluang kita ada dimana. Berusaha berdamai dengan diri sendiri dan ya aku berusaha menyemangati diriku sendiri dengan lagu Hindia berjudul Evaluasi.

Perjalanan yang jauh
Kau bangun untuk bertaruh
Hari belum selesai
Biasa saja
Kamu tak apa

Memang ya, hidup itu lucu yang kita harapkan malah tidak terjadi dan yang tidak kita harapkan malah terjadi. Mari kita lanjutkan garis takdir ini, di tempat kuliahku saat ini di salah satu perguruan tinggi negeri di Surakarta dan dijurusan yang aku tempuh saat ini yaitu Demografi dan Pencatatan Sipil dan aku berharap di hari yang akan datang aku mendapatkan beasiswa, mendapat IPK yang maksimal, paham materi kuliah dengan baik dan benar, dikelilingi teman-teman yang baik, mengasah skill dan kemampuanku, bereksplorasi dan mengikuti ukm. Dan harapanku ketika lulus kuliah nanti yakni semoga aku mendapatkan pekerjaan sesuai bidang yang aku tekuni, mempunyai bisnis sendiri, membahagiakan kedua orang tuaku, jika aku mempunyai rezeki lebih aku ingin memberangkatkan kedua orang tuaku ke tanah suci dan juga bermafaat bagi lingkungan sekitarku. Dan entah mungkin di tahun ini aku akan mencoba menggapai impianku yang dulu pernah tak tersampaikan atau aku akan bertahan dengan apa yang telah aku dapatkan sekarang, entahlah aku masih ragu akan itu karena sang pencipta maha membolak-balikan hati hambanya. Sebab di satu sisi aku sudah nyaman dengan keadaan sekarang dan sisi lainnya aku masih ingin mencoba impianku yang belum tercapai. Aku sekarang merasa hidup itu bagai kalimat “Lihat saja nanti” Seolah-olah mempasrahkan diri kepada yang diatas, entahlah aku berdoa untuk minta yang terbaik untuk diriku kedepannya. Semua impian ini bagaikan kita mengejar pesawat, kita tidak tahu dimana pesawat akan mendarat. Sama halnya dengan impian, kita tidak tau garis takdir kita dimana dan bagaimana. Pesanku untuk kalian tetap semangat , jangan lupa bersyukur, dan semoga kalian dikelilingi oleh orang-orang baik. Salam hangat!