Hari-hari ini teknologi berkembang lebih dan lebih secara drastis, seperti Handphone model baru, mobil yang bisa terbang, dan lain-lain. Tetapi kali ini saya ingin berbicara tentang Artificial Intelligence atau bisa disebut AI. AI merupakan teknologi yang dirancang untuk membuat sistem komputer mampu meniru kemampuan intelektual manusia. AI yang terkenal diantara yang lain; ChatGPT, grammarly, dan AI generated pictures.
Semua orang membutuhkan teknologi, tetapi apakah semua teknologi selalu baik? 30% pekerjaan di dunia telah digantikan oleh robot atau juga diganti oleh AI, yang berarti sekitar 2.32 biliun secara total. Yang seiring berkembangnya zaman, dunia akan masuk ke era industri 4.0 dan kita harus siap akan apa yang mendatang.
“Dengan adanya industri 4.0 ini akan berakibat pada 60% pekerjaan di dunia akan menggunakan otomasi, dan dari 60 persen ini, 30% nya pekerjaan di dunia digantikan oleh mesin-mesin canggih,” kata Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan (kabarenbang) Kemnaker Tri Retno Isnaningsih dalam Webinar yang disiarkan di saluran YouTube Kementerian Ketenagakerjaan, Selasa (14/7/2020)
Sejarahnya muncul Artificial Intelligence
Konsepnya muncul pada tahun 1956 dimana mereka mulai membuat buatan kecerdasan buatan, tetapi pada tahun-tahun berikutnya perkembangan AI adanya di era “musim dingin AI”, minat dan dukungan teknologi menurun. Sekarang, baru-baru AI, merambat drastis dan berkembang munculnya AI pada tahun 2000-an.
Negara maju Artificial Intelligence
Ada negara-negara tertentu yang mempunyai perkembangan AI yang lebih drastis dari pada yang lain. Salah satunya Jepang, yang saat ini 24% dari perusahaan Jepang yang sudah menggunakan AI adalah pemimpin dan inovator di bidang AI. Menurut IDG, adanya skema yang didukung pemerintah telah membantu mendorong investasi di industri AI di Jepang. Tetapi secara menyeluruh seluruh dunia, hanya tujuh negara yang berhasil; AS, Inggris, dan Singapura (18%); Brasil dan Jerman (16%), Meksiko (14%) dan Australia (13%).
Artificial Intelligence yang canggih ini bisa membantu bisnis dari seluruh dunia untuk lebih maju dan memperluas kawasan dan target market. Dengan pastinya AI bisa bekerja lebih cepat dan tidak pernah mengomel jika disuruh membantu. Akan tetapi apakah ini akan merusak karir manusia? Tentu saja tidak, dikarenakan di sebuah sistem AI mereka tidak ada yang kita bisa sebut perasaan. Dengan harga AI sekarang yang mahal dan terkadang juga bisa tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya diinginkan karena AI sejauh ini tidak bisa membuat sesuatu yang detail.
Di AI, mereka tidak bisa menciptakan sesuatu ide yang baru dan tidak bisa berpikir secara kreatif. Karena manusia memiliki sudut pandang yang berbeda dari AI, dan setiap orang mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda. Ini yang membuat kita bisa melihat dari sudut pandang orang lain juga yang tidak bisa dipikirkan oleh AI.
Dampak kemunculan Artificial Intelligence bagi Manusia
Dengan adanya AI, ini bisa merusak kreativitas semua orang dan bisa membuat kita lebih malas. Tetapi AI tidak akan ada yang namanya sempurna karena tanpa manusia yang mengurusnya, AI juga sama juga seperti tidak berguna.
Kekuatan AI mencakup kemampuannya untuk memproses dan menganalisis data skala besar, melakukan tugas berulang dengan presisi, dan bekerja dalam kondisi yang berbahaya atau tidak cocok untuk manusia. Namun, beberapa kelemahannya termasuk kurangnya pemahaman tentang emosi dan konteks, serta kemungkinan pengangguran karena otomatisasi tugas.
Apakah Indonesia siap dengan kehadiran AI?
Secara keseluruhan, 85% perusahaan dengan pendapatan lebih dari $20 miliar percaya AI sangat penting untuk rencana masa depan mereka. Sementara itu, di grup perusahaan dengan pendapatan di bawah $1 miliar, 47% perusahaan menganggap penting AI.
AI semakin dipandang penting untuk kesuksesan bisnis di masa depan. Saat tingkat kedewasaan dan peluang baru muncul, pemimpin AI baru akan terus bermunculan untuk mencari supremasi AI, baik di kawasan maupun di seluruh industri.
Tetapi apakah Indonesia siap untuk menerima AI? Indonesia secara keseluruhan, dari bidang ekonomi, bidang politik, dan juga kesehatan. Teknologi pada dasarnya sudah mahal, apalai AI. Sesuatu yang diciptakan dari teknologi yang juga berarti mahal.
Sumber daya manusia yang tersedia di Indonesia belum tergolong AI-ready (kecerdasan buatan/AI). Faktor bakat, kemampuan dan tingkat pendidikan menjadi penyebabnya.
Presiden Asosiasi Ketenagakerjaan dan Jaminan Sosial Indonesia (Apindo) Anton J Supit mengatakan, pesatnya perkembangan teknologi AI tidak bisa dihindari. Kecerdasan buatan secanggih itu, jika tidak digunakan oleh para pekerja, tetap saja percuma.
Jadi daripada AI dipergunakan seperti itu, lebih baik AI digunakan sebagai asisten kita untuk menyelesaikan tugas. Kita perlu menyaring informasinya terlebih dahulu, setelah itu menggunakan AI untuk mengorganisasikan semuanya, dan setelah itu di-break down lagi dan menjadikan karya kita lebih efektif dan bermakna.
Secara keseluruhan, AI dapat membantu menghasilkan konten yang lebih cepat dan efisien, namun AI tidak dapat diganti sepenuhnya. Jadi kita pada tahun kedepan tidak perlu untuk khawatir tentang AI.