ARAS MAKNA PROPOSISI terkait "KELOGISAN dalam BERBAHASA"

20210516_015530_0000

Selamat Pagi
Salam Literasi :point_up_2:

Pertemuan kali ini kita akan belajar mengenai Buku Teori Semantik karya J.P Parera.
terkait topik “Kelogisan dalam Berbahasa”.

Pengantar: Bahasa keilmuan menuntut ketunggalan makna dan interpretasi dan hubungan yang logis. Bahasa kelilmuan menuntut keterukuran dan kenyataan sesuai dengan hasil pengalaman.

1. Logika dalam Berbahasa
Bahasa tidak mengandung unsur logika dalam dirinya. Akan tetapi, Bahasa dapat dipakai sebagai sarana berpikir secara logis. Penggunaan kata logis dan logika dalam tutur setiap hari dapat digantikan oleh kata perilaku yang masuk akal atau dan dapat masuk akal atau sesuai dengan kebiasaan dan kebudayaan setempat atau umum.
Dalam berbahasa kita harus memperhatikan Logika. Inilah yang disebut logika dalam berbahasa.
Pertama, logika berbahasa harus memenuhi runtun berpikir yang sistematis dan memenuhi kaidah-kaidah logika,
Kedua, logika berbahasa harus memenuhi hubungan antara konsep-konsep yang ditautkan,
Logika ketiga, logika berbahasa tidak boleh menimbulkan kontradiksi.

2. Kalimat Analitis dan Kalimat Sintesis
Kalimat pernyataan yang bersifat analitis ialah kalimat yang didalamnya terkandung kebenaran yang umum dan berlaku di mana-mana. Ini berarti kalimat itu mengandung kebenaran unsur-unsur pembentuknya. Sedangkan, kalimat pernyataan yang bersifat Sintesis ialah kalimat yang kebenarannya didasarkan pada hasil observasi dan pengamatan.
Perhatikan kalimat di bawah ini.

  • Semua orang yang kikir adalah orang yang pelit.
  • Semua orang yang kikir adalah orang kaya.
  • Semua orang kikir patut dikasihani.

Penjelasannya:
Untuk dapat menjawab dan menentukan mana di antara tiga kalimat di atas bersifat analitis dan sintesis, maka harus menentukan dahulu definisi kikir. Apakah pengertian kikir meliputi pelit, kaya, dan patut dikasihani. Semua orang akan menerima bahwa kalimat (1) adalah kalimat yang analitis dan kalimat (2) dan (3) adalah kalimat yang sintesis.

3. Kontradiksi
Jika kita katakan kalimat analitis adalah kalimat yang kebenarannya dinyatakan oleh hubungan antara sense kata-kata yang terdapat dalam kalimat dan berlaku diberbagai situasi dan dunia, maka Kontradiksi adalah kalimat yang kesalahannya terjadi dan wajib terjadi karena sense kata-kata yang mendukung kalimat itu bertentangan.
Misalnya:
(1) “Binatang adalah sayuran” adalah sebuah kontradiksi karena sense binatang dan sayuran bertentangan.

4. Pertentangan Makna
Pertentangan makna antara dua kata dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe berdasarkan karakter dan komponen makna yang dikandung oleh kata-kata tersebut.

  • Pertentangan Makna secara Taksonomis (Bersifat mutlak dalam kategori umum tertentu).
    Misalnya, kita mempertentangkan konsep hidup dan mati.

  • Pertentangan Makna Kekutuban (Tidak selalu terdapat pertentangan yang mutlak. Dalam istilah antonim dibedakan kaya-miskin. Diruntunkan dalam satu skala dua kutub).

  • Pertentangan Berbalikan/Bernasabah (Pertentangan berbalikan dengan jenis pertentangan lain. Sedangkan pertentangan bernasabah mempunyai variasi dalam ciri kelogisan).

  • Pertentangan Hierarkis (Misalnya, dalam ukuran, nama hari, nama bulan, angka.
    Ukuran sentimenter, meter, kilometer bertentangan secara hierarkis. Sebagai alat uji ialah kontradiksi).

  • Pertentangan Kebalikan (Satu variasi yang utama dalam pertentangan kembar. Kita lihat pasangan makna kata-kata: (a) Semua dan Beberapa, (b) Mungkin dan Pasti, (c) Masih dan Sudah. Menguji kelogisan ini dipergunakan kaidah sinonim dalam kalimat).

5. Tautologi
Tautologi merupakan satu perumusan Kembali kata atau konsep dengan pengulangan makna yang sudah dikandung oleh kata yang hendak dijelaskan atau diuraikan itu. Pemberian sinonim dalam penulisan ilmiah hanya bersifat tautologi.
Contoh;

  • Pancasila adalah lima sila.
  • Anak yatim itu tidak mempunyai orang tua lagi.

Maka tampak bahwa kalimat itu tidak membawa kejelasan baru bagi kata Pancasila atau yatim.

Banyak penulis tidak sadar mempergunakan kalimat-kalimat yang bersifat tautologis. Kalimat-kalimat itu mengandung unsur kelebihan makna dan pemborosan. Dalam kalimat tulisan ilmiah sebuah penjelasan tambahan atau uraian harus bersifat empiris. Misalnya:
“ Masalah itu sangat berat karena sudah tiga tahun dan dengan kerja keras ahli-ahli psikologi belum dapat diatasi ”.

Tautologi muncul lewat pemberian definisi yang bersifat nominal. Dalam penulisan ilmiah kita harus membedakan definisi operasional atau definisi kerja.

6. Predikasi
Dalam tulisan dan tutur akan muncul argument-argumen. Sering seorang penulis atau pembicara hanya mengungkapkan argument-argument tanpa penghubung. Penghubung antara satu argument dan argument yang lain dikatakan predikat.
Contoh kalimat;

  • “di dalam darahnya” dan
  • “benih penyakit”.

Jika ia ingin mengalimatkan dua argument itu, maka ia memerlukan satu penghubung antara dua argument itu. Misalnya, (1) Di dalam darahnya ada benih penyakit, atau (2) Darahnya mengandung penyakit. Kata ada dan mengandung disebut predikat yang berfungsi menghubungkan dua argument tersebut.

Untuk mengetahui predikasi, yakni argument dan predikat, argument, predikat-argument dan seterusnya, perlu diketahui kaidah ketatabahasaan Bahasa Indonesia.

Dalam penulisan ilmiah kita lebih banyak mempergunakan kalimat berita daripada kalimat perintah atau tanya. Dalam kalimat berita atau kalimat informasi predikasi memegang peranan penting. Ini berarti dalam kalimat berita harus ada argument dan predikat.

Nahh… sampai disini belajar mengenai “Kelogisan dalam Berbahasa” dalam Buku Teori Semantik Karya J.D. Parera Semoga Bermanfaat untuk kita semua. :nerd_face: :pray: