Apresiasi Karya Sastra pada Novel "Hujan" Karya Tere Liye Melalui Pendekatan Mimetik

Penulis : Aisyah Kharisma Yogi, Bulan Azzahra Puteri B., Fatmawati, Khansa Hafidza, Nuha Is’af Rosyidah

A. Sinopsis Novel Hujan Karya Tere Liye
Berlatar tahun 2042, dunia memasuki era modern saat itu. Era di mana peran manusia tergantikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi canggih. Lail, gadis berusia 13 tahun harus mengalami musibah di hari pertama sekolahnya. Bencana gunung meletus dahsyat telah menghancurkan tempat tinggalnya sekaligus merenggut nyawa kedua orang tuanya.
Lail sangat beruntung karena Dia telah diselamatkan oleh Esok, seorang pemuda berusia 15 tahun. Esok masih memiliki seorang Ibu. Namun akibat bencana tersebut, kedua kaki Esok harus diamputasi.
Sejak kejadian peristiwa tersebut, Lail dan Esok semakin dekat. Keduanya tinggal di pengungsian yang sama. Mereka berdua juga sering membantu warga sekitar, sehingga keduanya banyak dikenal.
Sayangnya Lail dan Esok harus berpisah, lantaran Pemerintah mengumumkan bahwa tempat pengungsian mereka akan ditutup. Lail memutuskan tinggal di Panti Sosial sedangkan Esok tinggal bersama keluarga yang telah mengangkatnya menjadi anak.
Saat di panti sosial, Lail bertemu dengan Maryam, seorang gadis lucu, ceria, dan penuh semangat. Keduanya menjadi dekat setelah menjadi teman sekamar. Meskipun Lail dan Esok terpisah, mereka berdua tidak putus komunikasi. Lail dan Esok memutuskan untuk membuat jadwal pertemuan setiap sebulan sekali. Pertemuan tersebut menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh keduanya.
Awalnya, semua berjalan lancar. Saat bertemu mereka kerap berbagi cerita tentang kegiatan masing-masing. Sayangnya, jadwal pertemuan mereka harus berubah karena Esok harus melanjutkan pendidikan di Ibu Kota. Mereka berdua memutuskan untuk bertemu pada akhir semester.
Pertemuan yang jarang tersebut membuat Lail merindukan sosok Esok. Lail memutuskan untuk mencari kesibukan dengan mengajak Maryam untuk menjadi relawan di sebuah organisasi. Mereka berdua merupakan relawan termuda sekaligus relawan berprestasi di organisasi tersebut.
Pada saat itu, Lail dan Maryam menjadi relawan di Sektor 2 di mana terdapat dua kota kembar yang berada di hulu dan hilir yang berjarak 50 kilometer. Saat itu musibah terjadi di sana. Bendungan hulu retak sehingga masyarakat khawatir akan jebol dan menghancurkan dua kota tersebut. Berkat keberanian Lail dan Maryam, mereka dapat menyelamatkan dua kota tersebut dan mendapatkan penghargaan. Kesibukan Lail tersebut mampu membuatnya mengalihkan rasa rindunya terhadap Esok. Sayangnya, komunikasi Lil dan Esok lambat laun menjadi jarang sehingga membuat hubungan keduanya menjadi renggang.
Singkat cerita, Esok mendapat kesempatan untuk menjadi tim dalam proyek kapal luar angkasa yang nantinya akan membawa penduduk bumi ke luar angkasa untuk menghindar dari musibah besar. Namun, proyek tersebut hanya membawa penduduk bumi secara acak, sehingga tidak semua ikut dalam proyek tersebut. Esok sendiri telah memiliki dua tiket untuk menaiki kapal luar angkasa tersebut.
Pada suatu hari, ayah angkat Esok yang merupakan Walikota, meminta agar putra angkatnya tersebut memberikan satu tiket kepada anak perempuannya yang bernama Claudia. Hal ini telah diketahui oleh Lail dan membuatnya menjadi salah paham. Lain ternyata memiliki perasaan untuk Esok. Lail juga menginginkan kepastian darinya.
Tidak adanya kabar dari Esok membuat Lail menjadi kacau. Perasaannya terhadap Esok tidak tahu harus Ia apakan. Lail memutuskan untuk pergi ke ruangan modifikasi ingatan agar Ia bisa menghilangkan semua beban pikirannya termasuk kenangannya bersama Esok. Esok yang tidak ada kabar tersebut ternyata sedang melakukan pemindahan data sehingga Ia tidak sempat memberi kabar kepada Lail. Proses pemindahan data tersebut tidak bisa dihentikan. Esok terlambat menemui Lail yang sedang berusaha menghilangkan kenangan mereka berdua.

B. Analisis Pendekatan Mimetik pada Novel Hujan Karya Tere Liye
Analisis mimetik terhadap tokoh dalam novel yang berjudul Hujan karya Tere Liye dibagi menjadi lima, yaitu realitas sosial, realitas pendidikan, realitas kesehatan, realitas perjuangan, dan hubungan fiktif dengan dunia nyata. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut.
1. Realitas Sosial
Realitas sosial adalah kenyataan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Realitas sosial yang terdapat dalam novel Hujan karya Tere Liye terdapat dalam kutipan kalimat
“Lail kamu mendengarku?” Elijah bertanya lembut kepada Lail. Namun, gadis di hadapannya itu masih menunduk. Lail mengangkat wajahnya, lalu mengusap matanya yang berair yang sejak tadi menahan sesak.
“Tidak apa-apa kalau kamu ingin menangis” Elijah menatap bersimpati, sambil mengetukkan jarinya di tablet layar sentuh. Ini akan menjadi tangisan terakhirmu. Aku janji. (Halaman 8)
Realitas sosial merupakan suatu kenyataan yang sering terjadi di dalam kehidupan masyarakat melalui interaksi antarsesama manusia. Hal itu bisa terlihat dari Elijah sebagai tokoh tambahan yang mempunyai kemampuan untuk memahami apa yang sedang dirasakan oleh tokoh Lail. Elijah merupakan paramedis senior yang memiliki rasa simpati dan empati yang tinggi tinggi terhadap para pasiennya. Dia mendapatkan tugas sebagai penasihat bagi pasiennya yang ingin menceritakan kisah di masa lalunya.
Pada kutipan “Tidak apa-apa kalau kamu ingin menangis” Eljiah menatap bersimpati, sambil mengetukkan jarinya di tablet layar sentuh. Ini akan menjadi tangisan terakhirmu. Aku janji.” Dari kutipan tersebut, tokoh Eljiah berjanji kepada tokoh Lail bahwa tangisan yang Lail luapkan akan menjadi tangisan terakhir dalam hidup Lail. Pada kenyataannya menangis memang merupakan bagian dari kehidupan, jadi tak heran jika seseorang ingin meluapkan emosinya, mereka memilih untuk menangis. Tujuan dari Lail menceritakan pengalaman hidupnya yang menyedihkan kepada Eljiah adalah supaya hatinya menjadi lebih lega karena dia sudah tidak sanggup lagi dalam memendam ingatan memori itu sendirian.
Lail merupakan tokoh utama yang sangat banyak mempunyai pengalaman hidup buruk sejak kecil yang sangat sulit dia terima dan lupakan. Lail akhirnya memutuskan untuk melupakan ingatan masa lalunya yang kelam. Dalam ruangan, Lail tampak duduk di atas sofa hijau. Kemudian, Elijah menyuruh Lail untuk mengetukan jarinya di tablet dengan bantuan robot. Elijah memberikan tisu yang dibutuhkan oleh Lail untuk menyeka hidungnya yang tampak berair.
Dalam kehidupan ternyata memang seseorang tidak dapat jauh dari masalah-masalah hidup yang menerpa yang bisa membuat manusia menjadi tertekan. Sejalan dengan itu, agar kita tidak merasa tertekan di dalam hidup kita harus mencoba untuk sering berinteraksi dan berhubungan baik dengan orang-orang di sekitar agar hidup menjadi sangat berguna. Kita harus menyadari bahwa sesungguhnya kehidupan ini hanya berlangsung satu kali. Oleh karena itu, dengan kita menyadari bahwa kehidupan itu sangat berharga, kita akan menjadi lebih berhati-hati dalam menentukan pilihan, membuat keputusan, dan benar-benar menikmati kehidupan dengan sebaik mungkin. Dengan demikian, sikap Eljiah sangat menunjukkan sikap yang sangat peduli terhadap tokoh Lail dan dengan ini bisa digolongkan sebagai realitas sosial karena sikap empati yang tinggi terhadap sesama perempuan yang menceritakan masalah-masalah dalam kehidupannya.

2. Realitas Pendidikan
Realitas pendidikan merupakan ilmu pengetahuan yang tidak bisa lepas hubungannya dengan manusia di dalam kehidupan. Pendidikan mampu mengubah pola pikir menjadi lebih kritis, inovatif, dan kreatif. Realitas pendidikan dalam novel Hujan karya Tere Liye terlihat dalam penggalan:
“Ini hari pertama Lail masuk sekolah setelah libur panjang. Itu juga yang menyebabkan jalanan kota terlihat padat anak sekolah. Lail berangkat bersama ibunya. Kantor Ibunya satu arah.” (Halaman 11)
Pada kutipan “Ini hari pertama Lail masuk sekolah setelah libur panjang. Itu juga yang menyebabkan jalanan kota terlihat padat anak sekolah.” Menggambarkan tentang seorang anak yang bernama Lail sedang dalam perjalanan ke sekolah bersama Ibunya. Dalam perjalanan tersebut, jalanan terlihat sangat ramai karena di jam-jam para pekerja mulai berangkat dan memulai aktivitasnya. Hari itu pertama Lail masuk sekolah setelah libur panjang, ibunya pun berkata “Kamu jangan sampai tertinggal, kita harus berjalan dengan cepat mengejar kereta agar tidak telat sampai sekolah”. Anak perempuan yang pada saat itu sangat patuh kepada Ibunya, terlihat Lail yang sangat semangat dalam melaksanakan aktivitasnya di sekolah saat belajar bersama guru dan teman-temannya. Dengan demikian, kutipan di atas dapat dikategorikan sebagai realitas pendidikan yang dibuktikan dengan tokoh Lail yang sangat bersemangat datang ke sekolah, meskipun sangat macet.

3. Realitas Kesehatan
Realitas kesehatan merupakan hal utama bagi tubuh manusia agar dapat tumbuh dengan baik untuk menjalankan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan yang terdapat dalam novel Tere Liye digambarkan pada kutipan berikut.
“Stadion dipenuhi abu setebal lima sentimeter”. Saat kaki menginjak rumput, abu itu melesak.Semua terlihat kelabu.Atap tenda, bangunan stadion yang tersisa, mobil, dan peralatan logistik tertutup abu tebal (Halaman 50).
Kutipan “Stadion dipenuhi abu setebal lima sentimeter”. Menjelaskan bahwa dampak hasil letusan gunung berapi membuat semua tertutup abu vulkanik yang memiliki ketebalan lima sentimeter. Abu vulkanik hasil letusan gunung api mengandung partikel debu yang sangat halus dan dapat terbawa mencapai jarak berkilo-kilo meter jauhnya. Komponen halus mempunyai sifat inisiatif dan korosif karena memiliki asam. Debu itulah yang menyebabkan masalah kesehatan pada manusia. Paparan abu vulkanik dalam jangka waktu singkat akan menyebabkan masalah pada kulit dapat mengalami iritasi dan menimbulkan gejala berupa gatal dan kemerahan.
Melihat kondisi cuaca yang semakin parah, Lail mendongak. Langit terlihat remang, seperti masih malam.Jarak pandangnya terbatas.Lail tidak bisa melihat pucuk-pucuk tenda dikejauhan, seperti ada kabut menyelimuti sekitar. Udara dingin menerpa wajah, membuatnya menggigil. Dengan demikian, kutipan diatas dapat dikategorikan sebagai realitas kesehatan. Terlihat pada suhu bumi yang terus turun. Protokol darurat telahdiumumkan. Petugas menyelamatkan semua persediaan untuk masyarakat.

4. Realitas Perjuangan
Realitas perjuangan merupakan hasil usaha seorang manusia dalam menjalani sebuah pengalaman, tantangan, permasalahan dalam hidup. Perjuangan yang terdapat dalam novel Tere Liye digambarkan dengan kutipan berikut:
Runtuhan atap mengenai bagian belakang kerumunan penumpang yang berlarian, belasan tertimbun hiduphidup. Teriakan mereka hilang ditelan tanah dan bebatuan. Cahaya lampu darurat di belakang yang dipegang oleh petugas juga padam.Kengerian menguar didalam lorong (Halaman 25).
Kutipan “Runtuhan atap mengenai bagian belakang kerumunan penumpang yang berlarian, belasan tertimbun hiduphidup. Teriakan mereka hilang ditelan tanah dan bebatuan.” Menjelaskan bahwa para penumpang wajahnya terlihat pucat. Dadanya berdegup kencang. Para penumpang memaksa kakinya berlari lebih cepat, tidak peduli dengan penampilan mereka yang penumpang pikirkan hanya menyelamatkan diri dari reruntuhan bangunan. Melihat kondisi yang sangat mengkhawatirkan para penumpang berlarian berseru dengan panik karena atap bangunan mengenai kerumunan para penumpang. Banyak penumpang yang tertimbun hidup-hidup. Bencana gempa bumi disusul dengan gunung meletus menyisakan pemandangan yang sangat mengenaskan dan menyedihkan bagi masyarakat. Para penumpang terlihat melakukan suatu tindakan untuk menghadapi atau mengubah suatu kondisi agar tidak terlihat panik dalam menyelematkan diri dari bencana gempa bumi. Dengan demikian, kutipan tersebut dapat dikategorikan sebagai realitas perjuangan. Terlihat pada semua penumpang yang berusaha menyelamatkan diri masing-masih dari runtuhan atap.

5. Hubungan Fiktif dengan Dunia Nyata
Hubungan Fiktif dengan dunia nyata merupakan fenomena antara realitas dalam novel dengan fenomena yang ada dalam dunia nyata. Hubungan fiktif dengan dunia nyata dapat dibuktikan dengan adanya berbagai kejadian, seperti kereta api bertabrakan, gunung meletus, gempa bumi, tsunami, bangunan rusak, meninggal, hujan asam, amputasi sekolah darurat, evakuasi, adopsi, turun salju, paceklik dan demo.
1.) Kereta Api Tabrakan
Dalam novel Hujan karya Tere Liye ini memiliki kajian mimesis berupa kecelakaan kereta api bawah tanah akibat gunung purba meletus yang dialami oleh tokoh utama yakni Lail saat ia akan berangkat ke Sekolah bersama dengan ibunya. Dalam novel, peristiwa ini digambarkan terjadi pada tanggal 21 Mei 2042 yang mengakibatkan gempa bumi sehingga terjadi kecelakaan kereta api. Peristiwa yang hampir serupa pernah terjadi di Indonesia antara Kereta Api Bintaro 2013 dan kereta rel listrik (KRL) Commuter Line yang mengalami kecelakaan dengan truk tangka pertamina yang membawa bahan bakar premium sebanyak 24.000 liter di perlintasan kereta api Pondok Betung, Bintaro pada 9 Desember 2013.
2.) Gunung Meletus
Hubungan fiktif dengan dunia nyata dalam novel Tere Liye digambarkan dengan kutipan berikut.
Pagi itu, saat kapsul kereta yang ditumpangi Lail melaju cepat, salah satu gunung meletus. Itu bukan gunung biasa. Itu gunung purba. Seperti terukir dalam catatan sejarah, betapa dahsyatnya letusan Gunung Krakatau atau Tanbora. Tapi kali ini ledakan gunung purba itu lebih dahsyat daripada kedua gunung itu seratus kali lebih dahsyat. Semaju apapun teknologi di muka bumi, tidak ada yang bisa mencegah kejadian itu (Halaman 18).
Kutipan “Itu bukan gunung biasa.Itu gunung purba. Seperti terukir dalam catatan sejarah, betapa dahsyatnya letusan Gunung Krakatau atau Tanbora.” Menjelaskan bahwa pengarang menggambarkan fenomena yang ada di dunia nyata yaitu gunung Krakatau yang berada di selat Sunda, antara pulau Jawa dan Sumatera. Namanya juga disematkan pada satu puncak gunung berapi (gunung Krakatau). Kawasan gunung Krakatau sekarang merupakan cagar alam yang memiliki empat pulau kecil. Pada dunia nyata Krakatau dikenal karena letusan yang sangat dahsyat pada waktu itu, sampai menewaskan banyak jiwa. Suara letusannya sampai terdengar ke negaralain. Dengan demikian kutipan tersebut dapat dikategorikan sebagai hubungan fiktif dengan dunia nyata.Terlihat pada gunung meletus yang letusannya sangat dahsyat, yaitu gunung Krakatau atau Tambora.Pengarang sengaja menggambarkancerita yang ada pada novel Hujandikaitkan dengan fenomena alam yang ada di dunia nyata.
Fakta lainnya adalah adanya peristiwa gunung purba meletus yang terjadi di belahan benua lain tepat pada pukul 08.15 tanggal 21 Mei 2042. Peristiwa meletusnya gunung purba ini merupakan tiruan dari peristiwa Gunung Tambora yang Meletus dan termasuk dalam 7 skala richter pada tanggal 5 April 1815 sehingga ledakannya terdengar hingga 1200 kilometer dan menyebabkan perubahan iklim dunia berupa tahun tanpa musim panas karena abu yang menutupi langit. Peristiwa nyata lainnya yakni ketika Gunung Toba Meletus dengan skala 8 dan seratus kali lebih kuat dibandingkan dengan Gunung Tambora dan mengakibatkan bumi mengalami musim dingin selama enam tahun karena abu letusan menutup separuh lebih permukaan bumi.
3.) Gempa Bumi
Pada kutipan Gempa Bumi, petaka besar yang terjadi dalam hitungan detik. Gempa vukkanik 10 skala Richter, Gedung-gedung runtuh, jalan layang-layang berguguran, tanah merekah, rumah bagaikan dibelah, sepertiga bumi merasakan gempa dengan skala mematikan. Hal tersebut diangkat dari peristiwa letusan gunung api purba saat Lail berangkat ke sekolah mengakibatkan gempa bumi yang dahsyat dengan skala 10. Gempa ini mengakibatkan Gedung-gedung runtuh, jalan berguguran, tanah merekah, rumah bagai dibelah. Dalam sejarah, peristiwa sejenis pernah terjadi saat dahsyatnya letusan Gunung Krakatau atau Tambora. Namun dalam novel ini diceritakan bahwa ledakan gunung purba itu seratus kali lebih dahsyat daripada kedua gunung itu. Peristiwa gempa bumi ini juga merupakan tiruan peristiwa gempa yang terjadi di Aceh. Pusat gempa terletak pada bujur 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa berkekuatan 9,3 skala Richter ini menjadi gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam 132 Aceh, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
4.) Tsunami
Terdapat pada kutipan “Tsunami setinggi empat puluh meter dalam novel ini menyapu separuh bumi dengan kota-kota di pesisir pantai luluh lantah seperti istana pasir diterpa ombak. Beruntung kota Lail jauh dari pesisir pantai walaupun Ayah Lail tidak selamat saat terjadi tsunami”. Tsunami dalam novel ini merupakan tiruan peristiwa kehidupan nyata tsunami yang terjadi di Aceh dengan gelombang tsunami yang puncak tertingginya mencapai 30 meter sehingga menewaskan lebih dari 230.000 orang di 14 negara pada 26 Desember 2004 silam.
5.) Bangunan Rusak
Terdapat pada kutipan “Hampir tidak ada bangunan yang utuh sepanjang jalan. Reruntuhan gedung memenuhi jalan. Bongkahan bangunan raksasa melintang, meremukkan mobil-mobil. Beberapa bus terguling.”. Hal ini merupakan tiruan peristiwa kehidupan nyata yaitu akibat dari peristiwa tsunami yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 silam dengan total kerusakan ruas jalan mencapai 300 km, 120 jembatan rusak berat, 120.000 rumah yang rusak, dan 14 pelabuhan laut yang lumpuh dan tidak berfungsi.
6.) Meninggal
Terdapat pada kutipan “Meninggalnya pasien yang sedang dirawat Lail yakni seorang anak laki-laki berusia enam belas tahun tepat di hadapannya”. Peristiwa semacam ini sering terjadi di dunia nyata terutama ketika suatu Kawasan terdampak bencana alam seperti wilayah Indonesia yang dinyatakan sebagai kawasan bencana tsunami terparah dengan korban tewas akan melebihi 100.000 orang.
7.) Hujan Asam
Terdapat pada kutipan “Dikarenakan letusan gunung purba, kadar asam menjadi sangat dan berbahaya sehingga terjadi hujan asam yang dapat berakibat fatal”. Peristiwa hujan asam ini merupakan tiruan mimetic dari peristiwa kondisi geografis di Bandung yang berada di daerah cekungan perparah tingkat polusi yang dapat memicu potensi terjadinya hujan asam yang berakibat pada rusaknya patung-patung tembaga yang ada di kota Bandung.
8.) Amputasi
Terdapat pada kutipan “Ibu Esok mengalami kecelakaan akibat tertimpa reruntuhan bangunan di toko kue yang ia kelola. Hal itu mengakibatkan kedua kakinya harus diamputasi.”. Peristiwa ini merupakan tiruan peristiwa kehidupan nyata seperti yang dialami oleh wanita pengemudi ojek aplikasi online, Wiwin Harsani (39) warga Jalan Panca Warga Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur yang mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan ia harus kehilangan kaki kirinya.
9.) Sekolah Darurat
Terdapat pada kutipan “Sekolah darurat mulai dilaksanakan setelah satu bulan sejak gunung purba Meletus dan didirikan di dekat pengungsian.”. Sekolah darurat seperti dalam novel ini merupakan peristiwa yang nyata adanya seperti yang dikatakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy yang menyatakan bahwa sekolah darurat akan didirikan untuk anak-anak korban bencana di lokasi pengungsian pasca-gempa dan tsunami yang melanda wilayah Sulawesi Tengah pada 28 September 2018.
10.) Adopsi
Terdapat pada kutipan “Ada keluarga yang bersediah mengangkat Esok menjadi anak asuh, sekaligus menyekolakannya setinggi mungkin.”. Hal itu merupakan tiruan peristiwa kehidupan nyata seperti peristiwa mengadopsi anak yang dilakukan Dewi Persik.
11.) Turun Salju
Terdapat pada kutipan “Suasana panti sangat ramai karena turu salju.”. Hal itu merupakan tiruan peristiwa kehidupan nyata seperti di Jepang Utara (Hokkaido dan Tohoku) dan di pegunungan sepanjang Laut Jepang Coast (terutama Niigata dan Nagano).
12.) Paceklik
Terdapat pada kutipan “Paceklik bahan pangan di kota Lail semakin serius dengan harga bahan pangan yang sangat tinggi namun dengan stok yang amat terbatas.”. Hal ini merupakan tiruan peristiwa yang ada di kehidupan nyata seperti yang terjadi pada tahun 2014 saat nelayan Sukabumi mengalami masa paceklik ikan berkepanjangan dan berdampak pada sebagian nelayan yang memilih untuk tidak melaut dan beralih profesi untuk mencukupi kehidupannya.
13.) Demo
Terdapat pada kutipan “Demo dalam novel ini saat penduduk menyerbu para tokoh dan menggulingkan bus kota serta membakar benda-benda yang ada di jalan.”. Demo seperti ini merupakan tiruan peristiwa kehidupan nyata seperti aksi demo 411 yang dilaksanakan di kawasan Istana Merdeka, Jakarta Pusat pada Jumat, 4 November 2022.

Daftar Pustaka :
Aminudin.2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung:Sinar Baru Algesindo
Fitrah, Muh: Luthfiyah. 2017. Metode Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas, dan Studi Kasus. Sukabumi: Cv Jejak
Herawati, L. (2021). Kritik Sastra.
Luxemburg, Jan van, Mieke Bal, dan Willem G. Westseijn. 1985. Pengantar Ilmu 6 Sastra. Terj Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia.
Nurjaman, Aam., & Rania Najla. (2022). Analisis Tokoh Berdasarkan Pendekatan Mimetik Pada Novel Hujan Karya Tere Liye Serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa di SMA. Triangulasi, Jurnal Pendidikan :Kebahasaan, Kesastraan dan Pembelajaran, 1(1), 11-15.
Parlina, I., & Anggraini, C. (2018). Kajian Mimesis dalam Novel Hujan Karya Tere Liye. Dialektologi, 3(2), 126-136.
Pradopo, R. D. (2021). Teori kritik dan penerapannya dalam sastra Indonesia modern. UGM PRESS.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar teori Sastra.Jakarta:Grasindo Gramedia WidiaSarana Indonesia.
Sitanggang Gusar, M. R. (2022). Modul Kritik Sastra.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Yudiono, K. S. (2009). Pengkajian kritik sastra Indonesia. Grasindo.

1 Like