Menurut saya, tujuan dari merekonstruksi bahasa awal (proto) ini sangat berguna dalam menentukan hubungan kekerabatan antara bahasa yang tidak ada naskah tertulisnya dengan bahasa-bahasa lain yang masih serumpun (baik yang memiliki naskah tertulis maupun yang sama-sama tidak memiliki naskah tertulis) sehingga dapat diketahui bahasa awal (proto) dari bahasa tersebut. Hal ini didasarkan atas pengertian dari teknik rekonstruksi bahasa sendiri yang berarti teknik pra-sejarah bahasa (Keraf, 1996: 59). Rekonstruksi protobahasa merupakan suatu penetapan satuan-satuan kebahasaan sebagai protobentuk (Ino, 2015: 366). Rekonstruksi-rekonstruksi tersebut dilakukan untuk membantu menganalisis asal mula suatu bahasa menggunakan petunjuk-petunjuk yang ada. Meskipun cara ini terkesan cukup terbatas karena dibatasi oleh sedikitnya petunjuk yang ada, namun cara ini justru dapat membuat peneliti lebih bebas mengeksplorasi bahasa mana saja yang berkemungkinan masih berkerabat untuk menemukan bahasa awal atau protonya.
Referensi:
Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ino, L. (2015). Pemanfaatan Linguistik Historis Komparatif Dalam Pemetaan Bahasa-Bahasa Nusantara. RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, 1(2), 365-378.