Apa itu Perubahan Total Makna?

perubahan total makna

Apa itu Perubahan Total Makna?

Bahasa merupakan dasar dari kebudayaan yang mnejadi milik umum di masyarakat serta milik pribadi seseorang. Bahasa memiliki sifat arbitrer (kesewenangan) yang tidak memiliki hubungan yang bersifat wajib antara lambang bahasa yang berwujud bunyi dengan suatu hal yang dilambangkan konsepnya. Dalam hubungannya dengan bahasa, kata dan makna juga memiliki sifat arbitrer.

Kridalaksana (dalam Suwandi (2011:52)), mengartikan makna secara istilah yakni sebagai 1) maksud pembicara, 2) pengertian satuan bahasa dalam pemahaman persepsi, 3) hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa dan 4) cara penggunaan bahasa. Kridalaksana (dalam Suwandi (2011:48)), menyatakan bahwa makna dalam pemakaiannya biasa disejajarkan pengertiannya dengan arti, gagasan, pikiran, konsep, pernyataan maksud, informasi dan isi.

Makna dapat dicapai apabila penutur dan lawan tutur ataupun penulis dan pembaca memiliki kesamaan bahasa. Makna juga dapat dicapai apabila penutur dan lawan tutur memiliki kesamaan bahasa yang telah disepakati bersama. Permasalahan mengenai makna adalah hal yang krusial karena mencakup kepentingan setiap lapisan masyarakat karena bahasa memiliki fungsi kompleks dalam kehidupan sebagai media komunikasi.

Bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat luas dapat mengalami perkembangan dan perubahan dinamis sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia dan peradaban sebagai pemakai bahasa. Tarigan (2015:78) menyatakan bahwa perubahan makna beriringan dengan perubahan sosial yang dapat disebabkan karena peperangan, penduduk, perpindahan, kemajuan iptek, ekonomi, budaya serta faktor lain. Terdapat beberapa faktor lain yang mengakibatkan terjadinya perubahan makna menurut Pateda (dalam Suwandi (2011:151)), diantaranya yakni 1) bahasa senantiasa berkembang, 2) makna leksem sering bersifat samar, 3) kehilangan motivasi, 4) ada makna ganda, 5) ambigu, dan 6)struktur kosa kata.

Sedangkan, Suwandi (2011:151) membagi faktor penyebab terjadinya perubahan makna, yaitu 1) faktor linguistik, 2) faktor kesejarahan, 3) faktor sosial masyarakat, 4) faktor psikologis, 5) faktor kebutuhan kata baru, 6) faktor perkembangan iptek, 7) faktor perbedaan bidang pemakaian, 8) faktor pengaruh bahasa asing, 9) faktor asosiasi, 10) faktor pertukaran tanggapan indra, 11) faktor perbedaan tanggapan pemakai bahasa, dan 12) faktor penyingkatan.

Secara umum, perubahan makna dapat dibagi menjadi beberapa, yakni:

  • perluasan (generalisasi)
  • penyempitan (spesialisasi)
  • perubahan total
  • penghalusan (eufemia)
  • pengasaran (disfemia)

Namun, dalam kesempatan ini saya akan berfokus memberikan pemahaman mendalam mengenai perubahan total makna. Chaer (2009:142) mengemukakan pendapatnya bahwa perubahan makna total merupakan berubahnya sama sekali makna sebuah kata dan makna kata asalnya. Terdapat kemungkinan bahwa makna yang digunakan sekarang memiliki sangkut paut dengan makna asalnya walaupun korelasinya sudah sangat jauh. Contohnya :

  • Kata ‘ceramah’ pada zaman dahulu diartikan sebagai cerewet. Namun, di masa sekarang ini ceramah biasa diartikan dengan ‘pidato’. Pidato sendiri dapat diartikan sebagai suatu hal yang disampaikan di depan banyak orang.

  • Kata ‘seni’ sejak zaman dahulu diartikan sebagai air kencing. Namun, di masa sekarang kata seni diartikan sebagai suatu hasil ‘karya’. Kata seni juga lazim ditemukan dalam beberapa frase seperti seni ukir, seni tari, seni lukis dan lainnya.

  • Kata ‘canggih’ yang pada zaman dahulu bermakna banyak cakap. Namun sekarang kata canggih bermakna intelektual dan berfrase dengan peralatan canggih, teknologi canggih dan frase lainnya.

  • Kata ‘pena’ yang dahulu memiliki arti bulu. Namun, seiring dengan berjalannya waktu mengalami perubahan makna secara total menjadi alat tulis yang menggunakan tinta.

  • Kata ‘merujuk’ yang dahulu diartikan sebagai mengambil kembali istri yang telah ditalak. Namun, kata tersebut mengalami perubahan total makna sehingga diartikan sebagai mengacu lebih lanjut.

  • Kata ‘dihelat’ yang pada awalnya memiliki makna tipu muslihat, tipu daya maupun akal. Namun, seiring berjalannya waktu mengalami perubahan makna menjadi pelaksanaan suatu kegiatan.

  • Kata ‘dicecar’ mengalami perubahan total makna yang pada awalnya bermakna terus menerus memukuli. Saat ini, dicecar dapat bermakna diberikan pertanyaan oleh seseorang dengan terus menerus.

Referensi :

Chaer, Abdul. (1990). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Samsuri. (1981.) Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Sembiring, R. J. B., Susilowati, E., & Lasmono, D. (2013). Perubahan Makna dalam Rubrik Politik, Sosial, dan Ekonomi pada Harian Pontianak Post. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 2(11).

Suwandi, S. (2011). Semantik: Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta : Media Perkasa.

Tarigan, Henry Guntur. (2015). Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.