Apa itu Hakikat Bahasa: Bersifat Produktif?

IMG_20211224_173741
Sumber gambar: KBBI- Lektur.ID

Halo kawan-kawan mijil. Kalian sudah tahu belum kalau bahasa itu bersifat produktif? Apa sih maksud dari produktif itu? Untuk mengetahui lebih dalam tentang sifat bahasa yang satu ini, yuk kita simak bersama artikel nya!

Bahasa sebagai objek kajian linguistik merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan sesuatu hal kepada orang lain. Bahasa dihasilkan dari berbagai macam alat ucap manusia dengan hasil berupa simbol bunyi. Peran bahasa amat besar bagi kehidupan bermasyarakat terutama dalam bersosialisasi. Masyarakat menggunakan bahasa untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi di lingkungan mereka.

Bahasa memiliki beberapa karakteristik yang salah satunya adalah bersifat produktif. Produktif memiliki arti selalu menghasilkan. Sehingga dapat dimaknai bahwa meskipun bahasa memiliki unsur-unsur yang terbatas tetapi masih bisa membuat satuan-satuan bahasa lain dari unsur-unsur terbatas tersebut dengan jumlah yang relatif tidak terbatas.

Bahasa yang produktif dapat diketahui dari jumlah kalimat yang dapat dibentuk. Dari bahasa Indonesia yang memiliki 25 fonem konsonan, 7 fonem vokal, dan 3 fonem diftong serta 60.000 buah kosakata dapat dibuat ribuan hingga jutaan kalimat bahasa Indonesia yang berbeda. Misalnya, terdapat tiga pola kalimat dasar yang dapat dikembangkan lagi menjadi kalimat-kalimat lain.

Pada bahasa Indonesia yang memiliki sudut pertuturan dengan lima tipe kalimat, yaitu pernyataan, perrtanyaan, perintah, seruan, dan keinginan akan dapat dengan mudah disusun kalimat-kalimat bahasa Indonesia dengan jumlah yang sangat banyak. Pada fonem-fonem bahasa Indonesia /a/, /u/, /r/, /s/. Fonem-fonem tersebut dapat dihasilkan satuan-satuan bahasa, seperti: /r/-/u/-/s/-/a/. /r/-/u/-/a/-/s/, /a/-/r/-/u/-/s/ yang mana satuan-satuan tersebut dapat ditemukan pada kosakata bahasa Indonesia. Akan tetapi, keproduktifan bahasa juga memiliki batasan. Ada dua jenis keterbatasan yang ada pada keproduktifan bahasa, yaitu keterbatasan parole dan keterbatasan langue.

Keterbatasan parole adalah keterbatasan yang disebabkan karena ketidaklaziman bentuk-bentuk yang dihasilkan. Contohnya pada bahasa Indonesia bentuk kata mengburukkan tidak berterima karena tidak lazim sedangkan bentuk kata mengindahkan berterima. Selanjutnya, keterbatasan langue adalah keterbatasan yang disebabkan karena kaidah kebahasaan yang berlaku. Misalnya, pada bentuk berpegangi tidak bisa berterima karena dalam sistem morfologi bahasa Indonesia tidak ada pasangan afiks ber-/-i. Berbeda untuk bentuk berpegangan yang berterima karena tidak menyimpang dari kaidah pembentukan kata bahasa Indonesia.

Selain itu, keproduktifan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia menggunakan afiks juga dibatasi dengan ciri-ciri inheren bentuk dasarnya. Contohnya, prefiks me- yang lebih produktif dibandingkan dengan prefiks di- karena afiks me- bisa ditambahkan pada dasar yang menyatakan suatu kondisi sementara prefiks di- tidak bisa. pada bentuk melayang, menurun, menanjak berterima, sedangkan bentuk dilayang, diturun, ditanjak tidak berterima.

Referensi:

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Efendi, M. S. (2012). Linguistik Sebagai Ilmu Bahasa. Jurnal Perspektif Pendidikan, 5(1), 97-101.
Iqbal, M., Azwardi, A., & Taib, R. (2017). Linguistik Umum.
Ningsih, A. N. M. (2019). Penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dalam menunjang Ilmu Pengetahuan di Era Global.
Setyadi, A. (2019). Fonem Deret Konsonan dalam Bahasa Indonesia. Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, 14(1), 53.