Apa itu Eufemia? Yuk Kita Pahami Lebih Lanjut

Penghalusan Makna000666

Halo sobat-sobat mijil, kalian pastinya sudah tidak asing lagi kan dengan kata “penghalusan” ?, ya benar sekali penghalusan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbentuk dari kata dasar halus yang memiliki arti proses, cara, atau perbuatan menghaluskan. Kata penghalusan dapat digunakan dalam berbagai hal loh sobat mijil, termasuk dalam penghalusan makna. Apasih maksud dari penghalusan makna? Terdengar asing yaa, yukk simak penjelasan dibawah ini…

Berbicara mengenai bahasa mungkin tidak akan pernah menemukan ujungnya. Bahasa ibaratkan sepasang sandal yang melekat pada diri setiap manusia, mengapa? Karena selain fungsi utamanya sebagai media komunikasi, pembahasan mengenai bahasa juga dapat mencakup segala aspek kebudayaan dan kepentingan seluruh lapisan manusia. Dimana hal tersebut menimbulkan adanya keterkaitan satu sama lain yang takkan terpisahkan walau dihadapkan dengan segala bentuk permasalahan diarus kemajuan zaman.

Sejalan dengan hal tersebut, pandangan manusia yang dinamis juga mempengaruhi sifat bahasa. Bahasa sebagai makanan pokok manusia juga senantiasa berkembang mengikuti arus perubahan zaman. Maka dapat dikatakan bahwa bahasa selalu berkembang berdasarkan perkembangan sistem pemikiran manusia yang selaras dengan perkembangan kehidupannya. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari pun perubahan bahasa akan merembet pada perubahan maknanya sesuai dengan maksud dan tujuan awal sang pembicara.

Sebagaimana yang kita ketahui pembahasan mengenai makna bahasa telah dikaji melalui pembelajaran ilmu semantik. Ilmu semantik mengkaji seluk beluk makna yang terkandung dalam bahasa termasuk jenis dan perubahan makna dalam bahasa itu sendiri. Perubahan makna dalam bahasa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor sosial masyarakat, perkembangan ilmu dan teknologi, perbedaan bidang pemakaian, perbedaan tanggapan dan masih banyak lagi. Dengan faktor-faktor tersebut maka melahirkan berbagai jenis perubahan makna seperti perluasan makna, penyempitan makna, peningkatan makna, penurunan makna, penghalusan makna, pengasaran makna, dan lain-lain.

Seperti yang telah disebutkan, terdapat berbagai jenis perubahan makna, salah satunya yang akan kita bahas kali ini yaitu “penghalusan makna”. Chaer (1995:144) mengemukakan, penghalusan makna adalah perubahan makna meluas, menyempit, atau berubah secara total yang dihubungkan dengan makna yang menjadi halus. Sedangkan Pateda (1996:190) berpendapat bahwa penghalusan makna adalah melemahkan makna, yaitu makna kata tetap dipertahankan meskipun lambangnya diganti. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penghalusan makna merupakan perubahan yang tertuju hanya pada konsep atau bentuk kata saja, namun makna katanya tetap. Fenomena penghalusan makna atau sering disebut eufemia merupakan gejala yang umum terjadi dikalangan masyarakat apalagi masyarakat zaman sekarang, yang cenderung menggunakan kata-kata yang dianggap lebih halus bahkan lebih sopan untuk diutarakan kepada orang lain. Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai gejala eufemia ini, maka terdapat beberapa contoh kata yang sudah mengalami perubahan ini sebagai berikut.

  1. Kata penjara atau bui mengalami eufemia dan berubah menjadi lebih halus yaitu lembaga kemasyarakatan

  2. Kata korupsi mengalami eufemia dan berubah menjadi lebih halus yaitu penyalahgunaan jabatan

  3. Kata pemecatan (dari pekerjaan) mengalami eufemia sehingga berubah menjadi lebih halus yaitu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

  4. Kata babu mengalami eufemia sehingga berubah menjadi lebih halus yaitu pembantu rumah tangga atau pramuwisma

  5. Kata buta mengalami eufemia dan berubah menjadi lebih halus yaitu tuna netra

  6. Kata kenaikan harga mengalami eufemia sehingga menjadi lebih halus yaitu pemberlakuan tarif baru

  7. Kata mati mengalami eufemia sehingga menjadi lebih halus yaitu meninggal

  8. Kata bunting mengalami eufemia berubah menjadi lebih halus yaitu hamil sehingga terkesan lebih halus untuk diucapkan

  9. Kata maling mengalami eufemia berubah menjadi lebih halus yaitu pencuri

  10. Kata mayat mengalami eufemia berubah menjadi lebih halus yaitu jenazah

Dari contoh diatas maka dapat disimpulkan bahwa gejala eufemia atau penghalusan makna akan terus menerus terjadi dan senantiasa mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Selain itu penghalusan makna juga dilakukan untuk menghindari penggunaan kata-kata yang dianggap tabu atau dilarang sehingga perubahan ini menciptakan kesan yang lebih sopan dan halus. Eufemia tidak dapat kita cegah atau kita hentikan karena pemikiran manusia yang semakin maju dan luas tetap mempengaruhi kata yang akan digunakan untuk berkomunikasi serta hal tersebut juga mendukung terwujudnya penambahan kosa kata baru dalam bahasa Indonesia yang tergolong dalam kemajuan positif di ranah ilmu kebahasaan.

Itulah diantaranya penjelasan dari perubahan makna dalam Bahasa Indonesia salah satunya yaitu fenomena Eufemia. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan sobat-sobat mijil…

Referensi :

Chaer, A. (1990). Pengantar semantik bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Muzaiyanah, M. (2012). Jenis Makna dan Perubahan Makna. Wardah, 13(2), 145-152.

Sembiring, R. J. B., Susilowati, E., & Lasmono, D. (2013). Perubahan Makna dalam Rubrik Politik, Sosial, dan Ekonomi pada Harian Pontianak Post. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 2(11).

Suwandi, Sarwiji. 2022. SEMANTIK:Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa