Apa itu Artikula?


“Kamu tadi dicari si Andri”

Mungkin kalimat seperti itu sudah tidak asing di telinga kita. Bahkan hampir setiap hari kita mendengarnya berkali-kali. Jika kita membedah struktur kebahasaan suatu kalimat, umumnya kita akan menemukan yang namanya subjek, predikat, dan objek. Akan tetapi, dalam kalimat tersebut ada satu kata yang tidak banyak orang mengetahui penamaannya dan posisinya dalam kalimat. Ya, kata itu adalah kata “si”.

Jadi, kata “si” itu apa? Ya kata. Dalam istilah bahasa Indonesia, kata tersebut dikenal dengan kata sandang atau artikula. Menurut Hasan Alwi, artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam bahasa Indonesia artukula terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu artikula yang bersifat gelar, artikula yang mengacu pada makna kelompok, dan artikula yang menominalkan.

Artikula yang bersifat gelar pada umumnya bertalian dengan orang atau hal yang dianggap bermartabat. Diantara jenis-jenisnya.

  1. sang, untuk manusia atau benda unik dengan maksud untuk meninggikan martabatnya; kadang-kadang juga dipakai dalam gurauan atau sindiran
  2. sri’. untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam keagamaan atau kerajaan
  3. hang, untuk laki-laki yang dihormati dan pemakaiannya terbatas pada nama tokoh dalam cerita sastra lama
  4. dang, untuk wanita yang dihormati dan pemakaiannya terbatas pada nama tokoh dalam cerita sastra lama

Artikula yang mengacu pada makna kelompok atau makna kolektif adalah para. Artikula tersebut mengisyaratkan sesuatu yang tidak tunggal, sehingga nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Seperti kalimat “para guru” tidak ditulis “para guru guru” untuk menyatakan kelompok guru. Para dipakai untuk menegaskan makna kelompok bagi manusia yang memiliki kesamaan sifat tertentu, khususnya yang berkaitan dengan pekerjaan atau kedudukan. Dengan demikian, diperoleh bentuk seperti para guru, para petani, dan para ilmuwan. Akan tetapi, bentuk seperti ‘para anak’, ‘para orang’, dan ‘para manusia’ tidak digunakan dalam bahasa Indonesia. Ada pula kata lain seperti kaum dan umat yang juga menyatakan makna kelompok, tetapi kedua kata itu termasuk nomina, bukan artikula. Maka dari itu, dapat kita temukan klausa seperti Kita adalah umat/kaum ydng beragama.

Selain itu, ada pula artikula yang menominalkan. Artikula si yang menominalkan dapat mengacu pada makna tunggal atau generik, bergantung pada konteks kalimatnya. Artikula si dapat digunakan sebagaimana berikut :

  1. digunakan di depan nama diri pada ragam akrab atau kurang hormat: si Ali, si Toni, si Badu
  2. diletakkan di depan kata untuk mengkhususkan orang yang melakukan sesuatu atau terkena sesuatu: si pengirim, si alamat, si terdakwa
  3. diletakkan di depan nomina untuk dipakai sebagai timangan, panggilan, ejekan bagi orang, atau sebutan untuk binatang yang memiliki sifat atau ciri yang disebutkan: si belang, si bungsu, si kumis
  4. dalam bentuk verba yang menandakan dirinya menjadi bersifat tertentu: bersitegang, bersikukuh, bersimaharajalela, bersikeras, bersilengah
  5. pada berbagai nama tumbuhan dan binatang: siangit, sibusuk, sidingin, simalakamay siamang, sigasir, sikikih, sikudomba.

Kata yang dapat juga dimasukkan ke dalam jenis artikula yang menominalkan. Kata itu berfungsi ganda dalam sintaksis. Sebagai artikula, kata yang membentuk frasa nominal dari verba, adjektiva, atau kelas kata lain yang bersifat takrif atau definit, Sifat yang sama akan muncul jika kata mengantarai nomina dengan pewatasnya. Di samping itu, kata menjadi pengantar klausa relatif. Berikut ini beberapa contohnya,
a. yang terhormat, yang berkepentingan, yang hadir
b. yang buta, yang kaya, yang panjang
c. yang laki-laki, yang perempuan
d. yang pertama, yang kesepuluh
e. Pak Marto bekerja di perusahaan terkenal.
f. Pak Marto bekerja di perusahaan yang terkenal.
g. Rayanti membeli pakaian mahal.
h. Rayanti membeli pakaian

Frasa perusahaan terkenal dan pakaian mahal memiliki sifat takdefinit, sedangkan perusahaan yang terkenal dan pakaian yang mahal pada memiliki sifat definit.

Referensi :
Hasan Alwi, Anton M. Moeliono, Hans I-apoliwa, Sty Satrya Tjatur Wisnu Sasangka, Siiglyono. (2017). TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA (Edisi Keempat). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.