Angan, 6 Oktober 2020

https://youtu.be/zcnqoZ8P7Co - Video pemanis yang Narasines persembahkan untuk sobat mijil. Jangan lupa ditonton terlebih dahulu ya.

Harapan indah terukir bersama alunan air yang tak pernah terhenti. Apakah angan kita bernasib sama, tak akan pernah berhenti atau hanya akan menjadi bayang-bayang ilusi ?

Ini kisah perjalananku, sepatah kata yang aku tuliskan tak akan pernah cukup untuk mengungkapkannya. Baiklah, akan ku buka kembali lembaran-lembaran angan yang mulai tertutup dan aku kubur dalam-dalam. - Kayla

Sebut saja aku Kayla. Gadis berparas cantik, cerdas, dan sederhana yang membuat kaum adam berdebar-debar. Itu kata Shyla, teman dekatku yang sedang berusaha meledekku. Tak begitu aku hiraukan ucapannya. Yang terpenting bagiku, aku sosok yang bisa bermanfaat dan membawa kebaikan bagi orang-orang di sekitar.

Fajar mulai menyingsing, ayam jago milik tetangga berusaha membangunkanku. Sayangnya, aku sudah terbangun. Selalu berusaha bangun sebelum waktu subuh tiba. Ya, hanya ingin berusaha menjadi manusia yang tidak hanya taat terhadap peraturan negara, tetapi juga kepada Sang Pengatur Alam Semesta.

Pagi hari ku awali dengan bismillah, dengan harapan semua yang datang menjadi kado terindah. Tepat hari ini, 23 Maret 2021, umurku genap 19 tahun. Umur yang notabene orang-orang menganggap ini adalah fase yang berat. Hmm, menurutku mungkin tidak seperti itu. Karena yang aku kejar selama ini bukan ketenaran, kekayaan, ataupun kedudukan. Aku teringat perkataan dari seorang Syeikh. Beliau berkata, “Kekayaan, umur, dan ketenaran itu seperti minum dari air lautan yang asin. Semakin kau minum, semakin haus yang kamu dapatkan”. Kalimat ini lah yang selalu menjadi prinsip dalam menjalani hidup. Sadar sebenarnya, bahwa dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau, tidak ada yang abadi kecuali Sang Pengatur Kehidupan.

Kayla, nama yang sangat akrab di telinga teman-teman SMA ku dikenal dengan sosok yang periang, ramah, dan penuh kasih sayang. Tak terkecuali Rayhan. Sebut saja Ray, lelaki yang pernah singgah dalam hidupku sebelum aku menjadi Kayla yang baru. Dulu, aku bukanlah orang yang pandai dalam hal agama, ya walaupun sekarang juga belum paham semua hal tentang agama, setidaknya aku sedang berproses menjadi lebih baik. Hijrah, sebutan yang familiar di zaman sekarang.

Memasuki dunia perkuliahan, Ray kembali mencoba hadir dalam kehidupanku. Membuka lembaran angan yang sudah ku tutup rapat dan menggali kenangan yang sudah terkubur dalam-dalam. Aku, mulai tergoyah dengan prinsipku. Dia berusaha meyakinkanku agar membuka kembali pintu hati untuknya. Berita ini akan menjadi berita bahagia untuk Shyla. Sahabat yang sangat mendukung aku dan Ray kembali menjadi kita. Jujur, aku tak tau apa yang sebenarnya ada dalam benakku. Bahagia? Sedih? Atau takut?. Trauma lebih tepatnya. Takut jika harus mengulang sakit hati tuk kedua kalinya. Namun, Ray tetap berusaha untuk bisa bersamaku lagi. Baiklah, aku akan mencoba menerimanya perlahan.

“Jujur Kay, sejak 2 tahun lalu saat kita tak lagi bersama, aku belum menemukan sosok wanita sepertimu.” ucap Ray dalam bentuk pesan singkat di pagi hari.

Aku benar-benar bingung. Dia hanya ingin menggoreskan luka lagi atau benar-benar dia mencintaiku? Sudahlah, tak perlu ku balas pesan singkat darinya.

Hari demi hari ku lalui. Ray tetap saja bersikeras mendekatiku. Memang benar, hati wanita mudah sekali luluh. Dia berhasil membujukku dan aku menerima dia menjadi pacarku. Sebenarnya kita tidak pacaran, hanya komitmen lebih tepatnya.

Keesokan harinya, Ray menghubungiku. Kringgg……

“Assalamu’alaikum Kay”, ucap Ray dengan suara lembut.

“Wa’alaikumussalam Ray, ada apa?”

“Boleh aku mengajakmu pergi ke taman hari ini?”

“Bolehhhhhhh”, jawab aku spontan. Rasanya senang sekali, layaknya orang-orang yang sedang jatuh cinta di luar sana. Aku segera pergi menemui Ray, dengan memakai gamis hitam yang menurutku itu sangat anggun ketika aku pakai. Tiba di taman, terlihat lelaki yang sedang duduk dengan memakai baju berwarna hitam.

“Kok bisa samaan ya bajunya?” terlintas kalimat tersebut dalam hati.

Waktu rasanya cepat sekali berlalu. Obrolah canggung menemani pagi hari itu. 2 tahun tak bertemu, aku sedikit lupa dengan wajahnya.

Hari demi hari kita lalui bersama. Dia benar-benar berubah. Kini, Ray menjadi sosok yang sangat menyayangiku, selalu ada untukku, dan berusaha membahagiakanku. Aku begitu menyayanginya, tak peduli dengan masa lalu yang pernah terjadi di antara kita. Duduk bercerita, melangitkan harapan-harapan indah tuk tetap bersama. Layaknya teman, bukan pacar. Tak pernah sekalipun dia menyentuh tanganku. Teruntuk hal-hal kecil yang menyangkut kehormatanku, dia sangat peduli. Karena itu, aku sangat bersyukur bisa bersamanya kini. Aku harap, kini hingga nanti.


Satu tahun sudah kita bersama. Kita disibukkan dengan tugas kuliah yang begitu banyak. Aku menjadi wakil presiden BEM di fakultasku. Selain itu, aku juga disibukkan dengan UKM ku yang meranah ke agama. Aku sibuk dengan duniaku, begitu juga Ray. Kini hubungan kita tak sehangat dulu. Percakapan dingin menemani kita saat sedang berjumpa. Ucapan singkat hanya sebagai formalitas saja. Aku selalu berusaha menjadi Kayla yang Ray kenal, namun tidak sebaliknya. Ia sudah asik dengan kehidupannya sendiri. Dengan teman-teman satu prodi dengannya. Aku merasa kini hatinya tak lagi untukku. Hubungan kami semakin hari semakin jauh. Tidak ada kabar apapun darinya satu bulan terakhir ini.

Aku mulai terbiasa tanpa Ray dan mencoba menjalani aktivitas seperti biasanya. Tiba di suatu hari, aku merasa ada yang aneh dengan salah satu teman satu UKM denganku. Akmal, lelaki dari fakultas kedokteran yang sepertinya menyukaiku. Setiap ada acara di UKM agama, teman laki-laki Akmal selalu meledekku dengan Akmal. Mulai dari sini, aku curiga.

Pukul 08.00 sebelum perkuliahan di mulai, aku melihat sosok Akmal yang sedang menengadahkan tangan di masjid dekat fakultasku. Tak bisa ku bohongi, Akmal memanglah sosok yang menjadi idaman mahasiswi di kampus. Tak hanya saleh, dia juga termasuk Good Looking. Jika dibandingkan dengan Ray,mungkin lebih unggul Akmal dari segi tampannya.

Selepas Akmal pergi meninggalkan masjid, kini aku yang pergi ke masjid. Tidak sengaja, aku menemukan sebuah kertas yang terlipat rapi di lantai bekas Akmal duduk tadi. Aku benar-benar terkejut dengan isinya.

“Aku yang mengagumimu dalam diam, utuh dan tak tersentuh. Mencintai dalam diam tanpa takut kehilangan. Karena Allah telah menyiapkan yang terbaik bagi hamba-Nya yang sabar dalam mencintai. Jika saja kau bisa merasakan, saat aku memejamkan mata, saat namamu ku lantukan dalam sujud terakhirku, aku harap Tuhan membisikkan pada hatimu bahwa ada orang yang sedang mengagumimu dalam diam, Untuk Kayla.”

Kalimat itu yang tertulis dalam lembar kertas yang aku temukan. Aku sangat yakin bahwa kertas ini milik Akmal. Baiklah, akan aku simpan terlebih dahulu. Keesokan harinya, aku menunjukkan ini keada Shyla.

“Apa? Kayla! Dia benar-benar menyukaimu!”, ucap Shyla dengan nada terkejut. Aku benar-benar bingung, ketika hubunganku dengan Ray sedang renggang, mengapa Akmal datang?

Aku benar-benar bingung. Selepas perkuliahan, aku segera merapikan meja dan mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat Dhuha. Percikan air wudhu yang membasahi wajah ini, membuat aku merasa lebih tenang. “Ya Allah, tunjukkanlah sesuatu yang benar agar terlihat benar dan sesuatu yang salah agar terlihat salah. Engkau Maha Tahu apa yang aku tidak tahu. Kemaslah perasaan ini dan bantu aku memilih keputusan apa yang terbaik untuk hidupku.”

Apakah anganku bersama Ray selama ini akan menjadi bayang-bayang semu? Rasaku untuk Ray kini tak lagi sama. Sebab Ray berbeda dari yang dulu atau doa Akmal yang begitu kuat memintaku kepada Yang Maha Membolak-balikkan hati?

– Kayla

6 Likes