Analisis wacana tekstual dan kontekstual beserta penjelasannya

Secara etimologis, wacana berasal dari bahasa Sansekerta yang diartikan sebagai
bahasa. Wacana memiliki keselarasan dengan semantik yang menjadikannya menjadi bentuk kalimat atau gagasan yang utuh, tetapi pembaca atau pendengar mungkin mengalami kesulitan memahami makna wacana. Djajasudarma (2004 :15) mengungkapkan bahwa wacana terdiri dari beberapa paragraf dan paragraf tersebut merupakan satuan ide atau gagasan. Kemudian, Tarigan (1993 :24) mengatakan jika analisis wacana adalah analisis untuk menelaah bahasa dengan aneka fungsi (pragmatik). Artinya dalam wacana terdapat beragam fungsi pragmatik
bahasa, dalam analisis wacana perlu menelaah aneka fungsi pragmatik dalam prosa, puisi atau drama. Sejalan dengan pernyataan tersebut, McCharty (dalam Kristina, 2020 :1) berpendapat jika analisis wacana adalah suatu studi tentang hubungan antara bahasa dan konteks penggunaanya. Bahasa memiliki hubungan dengan konteks dari fungsi kegunaan bahasa itu sendiri. Dalam analisis wacana tentu memperhatikan kaidah kebahasaan yang terdapat dalam teks dengan mengkorelasikan maksud dari tuturan komunikasi. Mengkaji wacana merupakan metode analisis wacana untuk mengetahui pesan-pesan yang terkandung dalam tuturan bahasa baik secara tekstual (tertulis) maupun kontekstual (tidak tertulis). Untuk memamahami wacana tertulis penerima perlu membaca teks karena maksud yang tertuju ada di dalam teks. Lalu, untuk memahami wacana kontekstual penerima harus menyimak tuturan yang yang diungkapkan oleh lawan tutur. Analisis wacana terfokus terhadap isi makna dalam suatu teks dan juga ujaran antara penutur dan mitra tutur. Dalam analisis wacana dapat diketahui cara yang digunakan oleh komunikator dalam memahami pesan-pesan tertentu yang disampaikan.
Wacana tekstual terdiri dari aspek gramatikal dan aspek leksikal. Dalam gramatikal
juga menggunakan unsur kebahasaan untuk mengasosiasikan teks sehingga dapat dipahami dengan teks lain. Kushartanti (2009: 96) menjelaskan hubungan gramatikal merupakan hubungan semantik antara bagian yang terkait dengan tata bahasa atau alat linguistik yang digunakan sehubungan dengan tata bahasa. Kohesi gramatikal menggunakan bahasa sebagai relasi utama dalam menghubungkan suatu teks. Hubungan gramatikal erat kaitanya dengan kohesi ketika bentuk ujaran dan konteksnya cocok. Dalam hal ini, tata bahasa tidak bisa diciptakan dengan sendirinya, tetapi diciptakan untuk alat linguistik yang digunakan untuk menciptakan hubungan antara teks dan ucapan sehingga bahasa dan teks lain dapat dipahami. Hubungan gramatikal terdiri dari aspek pengacuan, aspek penyulihan, aspek pelepasan dan aspek perangkaian. Sedangkan hubungan leksikal terdapat antara bagian-bagian wacana untuk mendapatkan keserasian struktur yang melekat. Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyana (2005: 29) yang menjelaskan bahwa kohesi leksikal atau hubungan leksikal merupakan aspek yang berada di dalam teks. Hubungan leksikal berkaitan dengan kata sifat (adjektif) dari kata. Lalu, ditegaskan oleh Sumarlam, dkk. (2008: 35) bahwa kohesi leksikal dalam wacana dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu repetisi, sinonimi, kolokasi, hiponimi, antonimi, dan ekuivalensi.
Wacana kontekstual merupakan aspek internal wacana dan segala sesuatu yang
melingkupi wacana secara eksternal secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik (Sumarlam. 2003: 47). Proses pemahaman kontekstual harus didasarkan pada pemahaman makna berdasarkan konteks sosial dan budaya. Dengan kata lain, pemahaman konteks wacana baik internal maupun eksternal mendasari suatu penalaran. Pemahaman konteks situasional dan budaya wacana berpedoman pada prinsip-prinsip yaitu prinsip penafsiran personal, prinsip penafsiran lokasi, prinsip penafsiran temporal, prinsip inferensi, dan prinsip analogi. Dalam memahami wacana melalui interpretasi dan analogi membutuhkan pertimbangan faktor sosial, situasional, budaya, serta pengetahuan tentang dunia.

Referensi:
Agustia, I. (2022). Analisis Wacana Tekstual dan Kontekstual Naskah Drama Berjudul
Sarapan Terakhir sebagai Alternatif Lembar Kerja Peserta Didik di SMA (Doctoral
dissertation, FKIP UNPAS).