Analisis Wacana Kritis Struktur Makro Cerpen Perihal Orang Miskin yang Bahagia Karya Agus Noor

Kesejahteraan merupakan hak bagi tiap manusia. Kedamaian menjadi suatu harapan dengan terpenuhinya kebutuhan, memiliki kasur empuk untuk tidur nyenyak, hingga kehidupan yang layak, namun tidak semua manusia dapat memenuhi hal tersebut. Keadaan itu timbul karena terpicu oleh penyakit manusia, seperti malas yang membudaya, tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme pada jajaran pejabat negara, adanya disparitas tingkatan masyarakat, sehingga kemiskinan itu lahir. Ketidakmampuan manusia dalam mencukupi kebutuhan menjadi beban tersendiri bagi suatu negara, di Indonesia kemiskinan telah menjadi kawan lama hingga seperti saudara.

Kemiskinan merupakan suatu keadaan merugikan bagi negara nyatanya juga dapat berdampak positif. Keadaan tersebut memantik manusia lain untuk berpikir mencari solusi agar kemiskinan tidak lagi menjamur, dengan konsep dari Aristoteles yaitu zoonpoliticon bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, namun berdampingan dan saling membutuhkan. Lahirlah manusia-manusia yang melek terhadap kemiskinan di Indonesia, karena tidak semua menjadi tanggung jawab penuh pemerintah, dari banyak solusi yang diberikan masyarakat untuk menangani kemiskinan, karya sastra hadir sebagai media penyambung lidah rakyat.

Karya sastra lahir dari produk budaya dalam masyarakat, kelahiran karya sastra seolah menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat. Puisi, prosa, drama, dan cerita pendek merupakan karya yang diberikan untuk pembaca. Pada cerita pendek terdapat sebuah pesan yang diberikan, layaknya proses berkomunikasi antara penulis dengan pembacanya dan cerita pendek menjadi medianya. Pesan-pesan dalam cerita pendek biasanya bersifat implisit, sehingga pembaca akan didorong oleh proses dialektis.

Setelah melakukan pengamatan terhadap kehidupan atas realitas sosial, kontemplasi, hingga perdebatan pikiran dari banyak sudut pandang dalam situasi dan kondisi tertentu hingga memakan waktu, pengarang akan merangkai tiap elemen itu menjadi rangkaian gagasan cerita pendek melalui karya sastra. Meski karya sastra terus berkembang dan mengalami perubahan, namun cerpen mempunyai karakteristik yang mendasarinya, seperti tema, tokoh, karakter, alur, dialog, metafora, bahkan sarat akan makna yang tak akan lepas dari realitas meski hasil rekaan (fiktif). Cerpen tercipta dari hasil kontemplasi terhadap realitas, hasil pengamatan, keresahan, merajuk terhadap lingkungan, keadaan budaya, bahkan terhadap kekuasaan, baik dari prespektif budaya, politik maupun ekonomi.

Cerita pendek menjadi media bagi penulis untuk membentuk dunia kedua sebagai dunia alternatif dari dunia nyata. Cerpen yang tercipta dapat ditafsirkan menjadi refleksi kehidupan nyata, di samping sifat cerpen yang singkat dan menghibur, pesan moral dalam cerpen akan mengaktifkan akal, nurani, dan menumbuhkan rasa simpati maupun empati pembaca terhadap konteks yang dibangun oleh penulis dan dapat menimbulkan pemikiran atau prespektif baru bagi pembaca, hal itu diperkuat oleh karakteristik dalam cerpen, seperti semiotis dan pragmatis antara tokoh dengan latar cerita maupun makna yang disiratkan secara dialektis (Mustofa. 2014).

Analisis wacana kritis sebagai studi yang mengungkapkan kaidah kebahasaan dapat mengkontruksi wacana, mengungkap pelambangan, pemrosesan, serta pemahaman suatu hal dalam wacana sehingga analisis wacana kritis dapat menjadi pisau bedah dalam menungkap penafsiran pesan dalam cerpen Perihal Orang Miskin Yang Bahagia. Cerpen dipilih karena dapat menjadi media penyambung lidah rakyat untuk mengungkapkan ketidakadilan, ketidaksetaraan, dan kritik bagi penguasa. Cerpen sangat berhubungan dengan wacana kritis karena cerpen merupakan bagian dari wacana itu, sehingga analisis wacana kritis dapat mengungkap penafsiran pesan dari cerpen. (Mulyana. 2005)

Analisis wacana kritis bertujuan membantu menganalisis dan memahami masalah sosial dalam hubungannya antara ideologi dan kekuasaan. Tujuan analisis wacana kritis adalah untuk mengembangkan asumsi-asumsi yang bersifat ideologis yang terkandung di balik kata-kata dalam teks atau ucapan dalam berbagai bentuk kekuasaan (Yoce, 2009, p. 53). Menurut van Dijk meneliti wacana tidak hanya mengenai analisis teks saja. Wacana juga menyertakan proses produksinya. Van Dijk membagi wacana menjadi beberapa aspek. Pada kesempatan ini peneliti menggunakan struktur makro sebagai analisis wacana cerpen Perihal Orang Miskin yang Bahagia. (Aliah, Y. 2014)

Struktur Makro

Struktur Makro merupakan makna umum dari teks yang dipahami berdasarkan topik dari suatu teks. Isi dari wacana dalam hal ini bukan hanya isi namun juga hal lain dari luar yang berkaitan dengan peristiwa tertentu. Hal-hal yang dianalisis pada teks yaitu tematik.

Tematik merujuk pada gambaran secara umum dari teks, bisa disebut ringkasan atau hal utama dari teks. Topik menggambarkan apa yang ingin disampaikan, menunjukkan konsen utama, dominan, dan paling penting dari teks. Topik menggambarkan gagasan utama apa yang ingin diutamakan dalam memandang sebuah peristiwa atau fenomena. Tematik berhubungan erat dengan topik karena sering dihubungkan dengan tema dari teks yang diperjelas dengan subtopik pendukung (Sumarlam. 2003).

Cerpen Perihal Orang Miskin yang Bahagia yang dimuat pada 31 Januari 2010 menyajikan tema kritik pada pemerintah terkait dengan kemiskinan. Di balik uraian yang menghibur, Agus Noor menunjukkan keprihatinannya terhadap kemiskinan di Indonesia.

“AKU sudah resmi jadi orang miskin,” katanya, sambil memperlihatkan Kartu Tanda Miskin, yang baru diperolehnya dari kelurahan. “Lega rasanya, karena setelah bertahun-tahun hidup miskin, akhirnya mendapat pengakuan juga.”
Kartu Tanda Miskin itu masih bersih, licin, dan mengkilat karena di-laminating. Dengan perasaan bahagia ia menyimpan kartu itu di dom-petnya yang lecek dan kosong.
“Nanti, bila aku pingin berbelanja, aku tinggal menggeseknya.”

Pada data tersebut, Agus Noor menunjukkan satire terhadap realitas, bahwa untuk menjadi miskin sekarang memerlukan pengakuan dari pemerintah padahal kenyataannya tanpa mendapat pengakuan pemerintah, orang miskin di negeri ini sudah banyak. Hal tersebut terlihat pada dialog “AKU sudah resmi menjadi orang miskin” dan pada kalimat “Kartu Tanda Miskin itu masih bersih, licin, dan mengkilat karena di laminating.” Agus Noor menggiring opini pembaca bahwa untuk menjadi orang miskin seolah harus mendapat pengakuan dengan kepemilikan kartu tanda miskin.