Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Kepada Peminta-Minta” Karya Chairil Anwar

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Kepada Peminta-Minta” Karya Chairil Anwar

A. PENDAHULUAN
Karya sastra adalah hasil kreativitas seorang pengarang yang bertujuan menyampaikan sesuatu kepada manusia lainnya. Menurut Istiqomah, Doyin & Sumartini (2014: 1) karya sastra merupakan adalah hasil pengamatan sastrawan atas kehidupan sekitarnya. Karya sastra terdiri dari berbagai bentuk, salah satunya puisi/ sajak. Menurut Adawiah, Pertiwi, Sukawati & Firmansyah (2018: 898) puisi adalah pengalaman yang berkesan kemudian ditulis sebagai ekspresi penyair dengan menggunakan bahasa tak langsung. Puisi merupakan ungkapan perasaan, emosi, ide, imajinasi penyair yang disusun menggunakan bahasa yang khas. Selain itu, sebuah puisi ini terdiri dari berbagai unsur. Al-Ma’ruf & Nugrahani (2019: 38) menemukan struktur fisik puisi terdiri atas diksi, imaji atau citraan, bahasa figuratif, rima dan ritma. Sedangkan struktur batin puisi terdiri atas tema, amanat, perasaan, dan nada.

Apresiasi sastra dapat dikatakan sebagai upaya memahami makna yang terkandung dalam suatu karya. Ketika membaca suatu puisi, pembaca harus dapat menafsirkan dan memberikan tanggapan untuk memberikan penilaian terhadap karya sastra. Dengan adanya proses penilaian makna ini akan mempermudah untuk memilih karya yang berkualitas rendah, sedang dan tinggi. Mengapresiasi sastra mempunyai pandangan bahwa karya sastra mempunyai makna lebih dari satu. Namun bukan tidak mungkin dalam waktu tertentu seorang pembaca mampu untuk menemukan sebuah arti dan mereka hanya fokus terhadap satu arti itu serta tidak memperhatikan arti yang lainnya. Menurut Junus (1985), mengapresiasi karya itu bisa berbeda pada setiap pembaca. Seperti yang disampaikan oleh Peer (2017) bahwa mengapresiasi pada karya sastra puisi itu sangat beragam tergantung seberapa jauh pemahamannya akan karya tersebut. Apresiasi sastra dapat dipandang sebagai bagian dari pendekatan atau aliran sastra melalui kontribusi, tanggapan atau respons terhadap teks sastra. Dalam menyampaikan respons terhadap suatu teks sastra, pembaca dipengaruhi faktor-faktor yang antara lain ruang, waktu dan kelompok sosialnya. Asumsi teori resepsi menghendaki sebuah karya sebagai bagian dari rangkaian karya lain untuk penemuan arti dan posisi historisnya terkait konteks pengalaman kesastraan (Sunanda & Arifin, 2020).

Chairil Anwar merupakan seorang penyair besar Indonesia. Dalam puisi-puisinya ia membebaskan diri dari kaidah-kaidah tradisional pada persajakan yakni tidak terikat dengan jumlah baris, jumlah suku kata, dan rima yang teratur. Puisi Chairil Anwar juga bersifat prismatis yang memiliki kedalaman makna dan keluasan pengertian. Chairil juga banyak menggunakan kiasan serta majas yang menjadi kekhasan dalam karyakaryanya. Gaya ekspresi yang digunakan juga mengutamakan keaslian pengucapan, dengan mewujudkan pemikiran-pemikian dalam wujud murni. Artikel ini akan membahas tentang apresiasi salah satu puisi karya Chairil Anwar yang berjudul “Kepada Peminta-Minta”.

B. PEMBAHASAN

Kepada Peminta-Minta
(Karya Chairil Anwar)

Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.

Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga.

Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah.

Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingku

Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.

Setelah membaca puisi “Kepada Peminta-Minta” Karya Chairil Anwar di atas, kita menjadi tau bahwa di setiap puisi pasti memiliki unsur pembangunnyan. Unsur pembangun puisi terbagi menjadi dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik puisi adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam naskah puisi tersebut. Sedangkan unsur ekstrinsik puisi adalah unsur-unsur yang berasal dari luar puisi tersebut. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam puisi “Kepada Peminta-Minta” karya Chairil Anwar. Adapun unsur intrinsiknya:

  1. Tema
    Tema merupakan hal yang ingin disampaikan oleh pengarang. Puisi Chairil Anwar menceritakan seseorang yang melarat, miskin yang tidak memiliki apa-apa. Yang ditonjolkan dalam puisi ini yaitu tingkah atau sikap si peminta-minta. Hal ini tertuang dalam baris 5, 6, 7 yaitu "Jangan lagi kau bercerita sudah tercecer semua dimuka dengan nanah yang meleleh dari muka semua itu telah terjadi dan diketahui”.

  2. Perasaan
    Perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa benci penyair terhadap peminta-minta. Perasaan menyerah dan merasa bersalah atas dosa yang diperbuat. Hal tersebut dikemukan pada baris 2 yaitu "menyerahkan diri dan segala dosa”. Hal tersebut mengungkapkan perasaan penyair yang terganggu dan kurang simpati terhadap si peminta-minta. Selain itu, penyair juga menunjukkan sikap jengkel kepada si peminta-minta. Sikap yang terlalu menyerah pada keadaan hidup dan begitu menunjukkan kepedihannya dan kemelaratannya.

  3. Nada
    Nada yang ditunjukan dalam puisi adalah sinis. Nada sinis ini muncul akibat dari kebencian penyair kepada peminta-minta. Hal tersebut salah satunya muncul pada bait ke dua baris ke 5-8 puisi berikut: “jangan lagi kau becerita sudah tercacar semua dimuka nanah meleleh dari muka sambil di jalan kau usap juga”. Muncul nada sinis akibat dari tekanan yang didasarkan oleh rasa benci.

  4. Diksi
    Diksi dalam puisi “Kepada Peminta-minta” memiliki makna kiasan yang harus dipahami secara seksama. Tokoh aku dan dia memerlukan interprestasi sendiri untuk menentukannya. Pilihan kata (diksi) dalam puisi “Kepada Peminta-minta” mempunyai efek kecewa, menyerah, letih, terluka, sedih, berat, dan risau. Hal itu dapat terlihat dari penggunaan kata: menyerahkan diri, tentang, luka, tercacar, meleleh, menghempas, mengerang, merebah, menetas. Sedangkan adanya risau terlihat dari apa yang di ungkap oleh penyair yaitu: mengganggu, menghempas, merasa pedas dan mengaum di telinga. Selain itu, penyair juga menggunakan pilihan kata yang menciptakan efek letih, menyerah, kecewa, terluka, dan risau. Jadi, diksi yang terkandung dalam puisi “Kepada Peminta-minta” selain menggunakan kata konotatif untuk mengungkapkan gagasan dan juga menggunakan efek estetis.

  5. Citraan
    Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi pembaca. Citraan kata meliputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, dan setiap pengalaman indera yang istimewa. Dalam puisi “Kepada Peminta-minta” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imajinasi pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung. Citraan visual (penglihatan) terlihat pada baris 1, dan 10 yaitu menghadap dan memandang. Citraan perabaan terdapat pada baris 8, yaitu kata usap. Memaknai usap dapat dirasakan dengan indera perabaan. Citraan pendengaraan terlihat pada baris 9 dan 16, yaitu pada kata bersuara dan mengaum. Dalam hal ini kata bersuara dan mengaum dapat dirasakan oleh indera pendengaran. Selain itu pula terdapat citraan pengecap yaitu pada baris 15 pada kata pedas. Rasa pedas dapat dirasakan melalui indera pengecap.
    Kesimpulannya adalah puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imajinasi pembaca dalam merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Citraan membantu pembaca dalam menghayati makna puisi. Puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan visual (penglihatan), pendengaran, pengecap dan citraan perabaan.

  6. Gaya bahasa
    Gaya Bahasa yang terkandung dalam puisi “Kepada Peminta-minta” karya Chairil Anwar menggunakan bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ke 4 “Nanti darahku jadi beku” Hal tersebut merupakan majas hiperbola yang bersifat berlebih-lebihan. Muncul majas hiperbola dari kata nanti darahku jadi beku. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris 1” Baik, baik aku akan menghadap Dia”. Terjadi pengulangan pada kata baik, dalam konteksnya yaitu baik, baik aku akan menghadap Dia.

  7. Amanat
    Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan seorang pengarang dalam suatu karya sastra kepada kepada pembaca atau pendengarnya. Melalui puisi tersebut, penyair ingin menyampaikan pesan agar jangan bermalas-malasan dan menyerah pada keadaan hidup seperti sosok peminta-minta yang dikisahkan dalam puisinya. Berdasarkan penjelasan di atas, amanat yang terkandung dalam puisi tersebut adalah sebagai manusia jangan bermalas-malasan.

C. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi “Kepada Peminta-Minta” karya Chairil Anwar ini mengandung banyak sekali pesan yang dapat di petik. Tidak hanya mengandung amanat, tetapi puisi ini juga mengandung makna yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Puisi ini menarik sekali untuk dibaca dan dianalisis. Bahasa yang digunakan dalam puisi ini pun tidak rumit atau sulit, karena puisi ini menggunakan bahasa sehari-hari yang dapat dipahami oleh pembaca.

D. DAFTAR PUSTAKA
Fransori, A. (2017). Analisis stilistika pada puisi kepada peminta-minta karya Chairil Anwar. Deiksis, 9(01), 1-12.
Humaira, M. A. (2022). Analisis Makna Pada Puisi “Kepada Peminta-Minta” Karya Chairil Anwar Menggunakan Pendekatan Semiotika. Karimah Tauhid, 1(5).
Naililhaq, F. N. (2020). Semiotika Peirce dalam Sajak Putih dan Sia-sia Karya Chairil Anwar. Pena Literasi, 3(2), 70-78.
Hendri, H., & Ahmadi, A. (2023). Analisis Amanat Dan Unsur Intrinsik Puisi" Kepada Peminta Minta" Karya Chairil Anwar. Memace: Jurnal Linguistik, Pendidikan Bahasa Indonesia, Dan Asing, 1(1), 14-20.